Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Penilaian Diagnostik: Pentingnya Mengenal Karakteristik dan Kemampuan Murid dalam Pembelajaran

17 Juni 2022   05:14 Diperbarui: 30 Juni 2022   11:54 2058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penilaian Diagnostik yang dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran baru (DOK. BANK DUNIA via Kompas.com)

Masa pandemi yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu berdampak pada semua sektor kehidupan, termasuk pula sektor pendidikan. Proses pembelajaran dan penyelenggaraan proses pendidikan menjadi sangat terganggu.

Maka yang telah terjadi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengambil kebijakan penyelenggaraan Belajar dari Rumah secara daring atau online. Sebagai langkah preventif yang harus ditempuh karena faktor keadaan dan demi kemaslahatan terutama bagi peserta didik.

Nyatanya kebijakan pembelajaran daring diyakini telah berdampak pada perkembangan kognitif dan nonkognitif siswa yang telah memengaruhi wajah pendidikan saat ini.

Di Indonesia, karena faktor sosial ekonomi, akses teknologi, serta kondisi wilayah sebaran pandemi menyebabkan pelaksanaan pembelajaran daring serta capaian belajar siswa menjadi bervariasi.

Oleh sebab itu, asesmen atau penilaian untuk mengetahui kelemahan siswa dan hambatan yang mencuat pada saat pembelajaran daring perlu dilakukan. 

Asesmen yang dilakukan kepada siswa untuk memberikan gambaran meliputi aspek kognitif dan nonkognitif yang perlu dievaluasi agar pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kondisi siswa.

Hasil asesmen memberikan dasar kepada guru untuk mendiagnosis keadaan siswa guna menetapkan perlakuan atau strategi yang tepat kepada masing-masing siswa.

Model pembelajaraan serta pengayaan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasil diagnostik merupakan upaya untuk memastikan tidak ada siswa yang ketinggalan materi atau pelajaran lantaran kemampuan siswa yang beragam.

Proses penilaian diagnostik semestinya harus sudah dilakukan semenjak penerapan pembelajaran daring. Karena pada masa sulit itu, siswa sangat tertekan dan memikul beban yang berat.

Kini di masa pembelajaran yang sudah kembali dilakukan dengan tatap muka di kelas, guru juga harus tetap melakukan proses penilaian diagnostik ini.

Hasil akhir dari penilaian diagnostik ini akan memberikan pedoman kepada guru untuk bagaimana caranya menghadirkan pembelajaran yang berdiferensiasi. Penilaian diagnostik dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu nyawa dari Kurikulu merdeka yang sebentar lagi akan digulirkan di tahun ajaran yang baru.

Untuk itu, akan ada beberapa wawasan dan pedoman yang perlu kami bagikan kepada rekan sesama guru dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut yang tepat pada proses penilaian diagnostik ini.

Penilaian diagnostik ini dalam pelaksanaannya tetap musti dilakukan secara berkala. Karena grafik tingkat kemampuan anak selalu berubah-ubah setiap waktu.

Apa yang dimaksud dengan penilaian diagnostik?

Penilaian diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa terhadap suatu topik pada sebuah mata pelajaran.

Kegiatan asesmen ini hasilnya dapat mengandung tingkat kemampuan siswa terhadap satu atau lebih dari satu topik yang ada.

Misalnya, penilaian diagnostik untuk mata pelajaran PAI kelas V bisa mendiagnosa topik tentang Shalat Tarawih saja, atau semua topik dalam mata pelajaran PAI termasuk pengertian shalat, rukun dan syaratnya, dan sebagainya.

Penilaian diagnostik adalah rangkaian proses mendiagnosis kemampuan siswa yang dapat dilaksanakan secara rutin. Baik sejak awal disaat ketika guru memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru. Kemudian di akhir pembelajaran ketika guru sudah tuntas menjelaskan dan membahas sebuah topik. Hingga di waktu yang lain selama semester berjalan.

Alasan pentingnya melaksanakan penilaian diagnostik secara berkala

Sebagaimana yang semua guru ketahui, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seluruh siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda.

Ada siswa yang lebih cepat paham mengenai topik pelajaran tertentu, namun tentu saja ada juga siswa yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik pelajaran tersebut.

Meskipun demikian, seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik pelajaran, belum tentu juga cepat menguasai topik pelajaran yang lainnya.

Nah, penilaian diagnostik mampu memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat dan lebih efektif, untuk mengetahui siswa mana saja yang sudah paham, siapa saja yang sudah agak paham, dan yang paling penting terhadap siswa yang belum paham.

Lalu, bagaimana guru melakukan proses penilaian diagnostik?

Petunjuk pelaksanaan penilaian diagnostik secara berkala terdiri dari tiga tahap: 1) persiapan, 2) pelaksanaan, dan 3) diagnosis dan tindak lanjut.

1# Persiapan Pelaksanaan Penilaian Diagnostik

Saat dalam proses persiapan ini, yang akan dilakukan guru mencakup pula tiga langkah, yakni membuat rencana pelaksanaan asesmen, identifikasi materi asesmen, lalu menyusun 10 soal sederhana.

A) Membuat Rencana Pelaksanaan Asesmen

Sebelum membuat asesmen penilaian, guru sendiri perlu menjawab beberapa pertanyaan kunci di bawah ini.

Untuk murid kelas berapa penilaian diagnostik ini dibuat? Misalnya, pada murid kelas IV SD.

Mata pelajaran atau materi pelajaran apa yang akan dinilai dalam asesmen ini? Pada pelajaran Matematika, dapat berupa penjumlahan dan pengurangan dua pecahan.

Kapan saja asesmen ini akan diberikan oleh guru untuk semua murid di kelasnya? Bisa dilakukan pada awal tahun ajaran. Hingga setiap bulan setelah pembelajaran tersebut dimulai.

Di mana proses penilaian ini akan dilakukan? Apakah akan dilakukan di rumah atau di sekolah? Guru bebas memilih mana yang sesuai dengan selera dan kebutuhan. Kami menyarankan penilaiannya dilakukan anak saat berada dirumah.

Bagaimana cara penilaian diagnostik ini akan dilakukan? Apabila memilih dilakukan di rumah, bagaimana cara soal-soal disampaikan kepada murid atau dalam hal ini melalui dukungan dari orang tuanya?

Apabila penilaian diagnostik ini dilakukan di sekolah, guru perlu menyiapkan bahan untuk wadah pengerjaan soal, misalkan cara yang cukup gampang adalah dengan memanfaatkan LKS.

Pilihan lain apabila penilaian diagnostik ini dilakukan di sekolah, guru mengirimkan pesan WhatsApp (WA) kepada orangtua agar anak atau siswa mengisi asesmen.

B) Identifikasi Materi Asesmen

Hal yang akan dilakukan guru pada tahapan ini adalah guru melakukan identifikasi untuk materi asesmen dengan menjawab dua pertanyaan kunci di bawah ini.

Pertama, topik apa saja yang perlu dipahami oleh peserta didik pada jenjang kelasnya. Guru bisa mencermati buku teks untuk mengidentifikasi topik-topik yang perlu dipahami murid, khususnya untuk semester yang baru akan dimulai.

Kedua, pengetahuan dan keterampilan apa yang perlu dikuasai oleh siswa dari jenjang kelas sebelumnya. Ini menjadi prasyarat dasar yang perlu dikuasai agar dapat mengikuti pembelajaran di jenjang kelasnya sekarang. Guru pun juga bisa melihat buku teks dari jenjang kelas sebelumnya.

Setelah itu, guru dapat mengumpulkan contoh-contoh soal terkait topik yang ingin dinilai. Selanjutnya terkait cara penyusunan soal dijelaskan pada poin c di bawah ini.

C) Menyusun 10 Soal Sederhana

Asesmen terdiri dari 10 soal. Yakni, delapan soal yang merupakan dasar hasil identifikasi pada langkah sebelumnya beserta dua soal terkait pengajaran baru.

Soal nomor 1-2: dua soal dari kmampuan dasar di dua kelas dibawah pada semester 2. Lalu, soal nomor 3-8: enam soal dari Kemampuan Dasar pada satu kelas dibawah pada semester 1 dan 2. Selanjutnya, soal nomor 9-10; dua soal dari KD pada semester 1 kelas yang baru akan dimulai.

Contoh penyusun soal penilaian diagnostik untuk pelajaran matematika kelas V SD; maka terdiri atas kelas 3 semester II, kelas 4 semester I, serta kelas 5 semester I.

2# Pelaksanaan Asesmen

Berikan soal asesmen untuk semua siswa di kelas, baik secara tatap muka ataupun belajar dari rumah.

Asesmen Tatap Muka: penilaiannya dilakukan di kelas secara langsung keada siswa. Guru mengawasi jalannya proses penilaian.

Asesmen Belajar dari Rumah: siswa dapat diberikan soal-soal secara manual untuk dikerjakan di kertas. Selain itu ketika memungkinkan siswa juga dapat melaksanakannya via daring.

3# Diagnosis dan Tindak Lanjut Asesmen

Tahap ini mencakup empat langkah: Lakukan pengolahan hasil asesmen. Berpedoman pada hasil penilaian, guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. 

Lakukan penilaian untuk pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran yang baru. Guru perlu mengulangi proses yang sama, hingga siswa mampu mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan.

Lakukan pengolahan hasil asesmen

Guru melakukan penilaian untuk masing-masing murid, dengan memberikan nilai 1 apabila jawaban benar, dan nilai 0 apabila jawaban salah. Jadi, bagi murid yang bisa menjawab dengan benar 10 soal akan memperoleh nilai 10.

Menghitung rata-rata kelas, dengan menambahkan nilai total semua murid, dan membagi dengan jumlah murid yang mengikuti asesmen awal.

Berdasarkan hasil penilaian, maka siswa dibagi menjadi 3 kelompok 

Siswa yang memperoleh hasil berupa rata-rata kelas akan diajar oleh guru kelas. Siswa yang mendapatkan hasil  1 semester di bawah rata-rata akan mendapatkan pelajaran tambahan dari guru kelas.

Hasil penilaian materi pada 2 semester di bawah rata-rata akan dititipkan ke guru kelas di bawah. Bahkan bisa juga dibuatkan kelompok belajar yang didampingi orang tua, anggota keluarga, atau pendamping lain yang relevan.

Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru

Dengan melakukan penilaian diagnostik berkala, Bapak/Ibu guru dapat menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan rata-rata kemampuan siswa. 

Dengan demikian, landasan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa menjadi lebih kuat, sebelum mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang lebih sulit.

Karenanya, sebelum memulai topik pembelajaran baru, sebaiknya Bapak/Ibu guru kembali melakukan penilaian untuk topik yang sudah diajarkan.

Ulangi terus proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan

Guru melakukan penilaian diagnostik terhadap kemampuan kognitif secara berkala pada awal pembelajaran dimulai. Serta asesmen setiap kali akan berganti topik pembelajaran baru.

Guru melakukan penilaian diagnostik kognitif untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa, bukan untuk mengejar target kurikulum.

Guru mengajar kelompok sesuai dengan tingkat pembelajaran. Guru menyesuaikan aktivitas dan materi belajar di kelas dengan peningkatan rata-rata semua murid di kelas.

***

Kita para guru berharap langkah diagnosis melalui penilaian diagnostik ini dapat menjadi salah satu penguatan terhadap prinsip "teaching at the right level"  yang berarti pembelajaran sesuai dengan tingkat yang mengakomodir tinjauan fase perkembangan seluruh siswa.

Dengan demikian akhirnya para guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Wawasan dan pengetahuan terkait proses pelaksanaan penilaian diagnostik ini kami peroleh saat mengikuti bimtek pelatihan bersama Tanoto Foundation. Kemampuan guru terkait penilaian diagnostik ini dapat diterapkan pada Kurikulum Merdeka.

Harapan dilakukannya penilaian diagnostik ini demi menghadirkan manfaat terutama bagi kelanjutan dunia pendidikan di Indonesia pada masa sekarang ini dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan, memanusiakan manusia Indonesia seutuhnya.

Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun