Mohon tunggu...
Muhammad Akbar
Muhammad Akbar Mohon Tunggu... profesional -

Citizen Journalist (JURU TULIS LEPAS)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menjejak Simeulue, Menikmati Indahnya Mitigasi Bencana ala Bumi Ate Fulawan

11 Juli 2015   13:09 Diperbarui: 11 Juli 2015   13:30 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Maheya mihawali…(Segeralah cari)

Fano me singa tenggi…(Tempat kalian yang lebih tinggi)

Ede smong kahanne…(Itulah smong namanya)

Turiang da nenekta…(Sejarah nenek moyang kita)

Miredem teher ere…(Ingatlah ini betul-betul)

Pesan dan navi da…(Pesan dan nasihatnya).

 

Nandong tesebut ratusan tahun bertahan hingga sekarang di bumi ate fulawan (Simeulue), jauh dari sentuhan teknologi pendeteksi dini tsunami, namun korban yang ada amatlah sedikit jika dibandingkan dengan wilayah terdampak yang lain. Sungguh sebuah aplikasi local wisdom yang mendobrak nilai logika teknologi namun menggugah.

Syahril (45), staf tata usaha di sekolah tempat saya mengajar menuturkan kalau ia semasa kecil sering dinyanyikan nandong smong oleh ibunya, setiap tidur selalu dilantunkan.

“Udah mendarah daging nandong ssmong sama kami pak Akbar. Bukan di kecamatan kita aja nandong tu dilagukan semua sudut Simeulue ini  menandong smong” Ucapnya.

Ternyata memang itulah kunci mitigasi sederhana berbasis kearifan lokal masyarakat Simeulue yang sangat membuat saya tercengang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun