Peringatan kemerdekaan Republik Indonesia telah berlalu, namun momen masih membekas haru terlebih ketika melihat sang saka merah putih berkibar di langit biru. Momen yang hadir sekali dalam setahun, namun menyisahkan banyak suka dan duka. Duka ketika mengingat para pahlawan berjuang meraih kemerdekaan dan suka ketika melihat rakyat yang berpesta ria menyambut hari kemenangan. Memaknai kemerdekaan tidak perlu lagi mengorbankan nyawa dan bertumpah darah, cukup mengisi kemerdekaan lewat karya yang berguna bagi bangsa dan negara. Lantas bagaiaman cara kita memaknai kemerdekaan dengan karya?
Banyak sikap positif yang dapat dilakukan dalam memaknai kemerdekaan Indonesia lewat karya, termasuk berkontribusi dalam menjaga warisan nenek moyang kita. Melalui warisan Indonesia, kita dapat memberikan karya nyata untuk negeri tercinta. Warisan itu berupa budaya, bahasa, suku, wisata hingga kekayaan alam seperti rempah. Salah satu warisan yang mendunia dari zaman penjajahan hingga kemerdekaan adalah rempah.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, bangsa ini sudah menjadi primadona oleh mancanegara karena Indonesia memiliki kekayaan alam berupa rempah yang sangat melimpah. Sejarah mencatatkan, Indonesia menjadi pusat perburuan rempah terbesar pada abad ke-15. Di masa lalu, negara-negara Eropa seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda menghabiskan perjalanannya untuk mendapakan rempah. Bagi mereka, rempah sangat berharga dari emas. Inilah yang mendorong mancanegara berdatangan ke Indonesia, bahkan tak sedikit harus bertumpah darah dan bertaruh nyawa untuk menguasai rempah yang ada di Indonesia. Dari sini pula, cikal bakal perdagangan komoditas rempah dari beragam suku sehingga membentuk Nusantara.
Posisi stategis Indonesia didukung dengan kekayaan rempah yang melimpah seharusnya menjadi modal bangsa untuk tumbuh menjadi negara adidaya. Namun kenyataannya, hingga saat ini Indonesia masih dalam peringkat negara berkembang. Apa yang salah dengan bangsa kita?
Kemerdekaan yang baru saja kita lalui, harusnya menjadi momentum berbenah diri untuk berkontribusi pada negeri. Hentikan perpecahan sana-sini, berantas kasus korupsi, tegakkan keadilan yang manusiawi dan paling penting tunjukkan prestasi. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi bagian dari rakyat Indonesia yang bermanfaat dan berprestasi, salah satunya menggali potensi yang ada di sekitar kita, baik potensi dalam diri sendiri ataupun potensi di lingkungan sekitar.
Lada, Potensi dari Dulu Hingga Kini
Lada merupakan satu potensi yang ada di lingkungan sekitar. Lada adalah kekayaan alam berupa rempah yang tersebar luas di Nusantara. Sejarah tak pernah terbantahkan, lada dulunya menjadi sasaran di masa penjajahan. Lada bukan sekedar rempah yang digunakan untuk kebutuhan dapur, tapi juga bermanfaat di bidang kesehatan. Beberapa manfaat lada diantaranya yaitu sebagai antioksidan, menjaga kesehatan jantung, mengatasi sakit kepala, sumber multivitamin hingga bermanfaat dalam menambah daya tahan tubuh. Manfaat tersebut dapat diperoleh dalam berbagai olahan lada seperti makanan, minuman ataupun obat-obatan.
Lada satu dari sekian banyak warisan di tanah air. Besarnya populasi budidaya lada menjadikan Indonesia sebagai penghasil lada terbesar di dunia. Lada sangat mudah kita temukan karena tersebar luas dari Sabang hingga Merauke. Tak heran, jika zaman penjajahan banyak bekas-bekas perdagangan bangsa Eropa di penjuru tanah air, karena dulunya Indonesia adalah jalur rempah yang sangat potensial.
Keberadaan lada di Indonesia diakui dunia sebagai kekayaan alam yang memiliki manfaat. Lada sangat mudah ditemukan di Indonesia. Beberapa daerah penghasil lada terbesar yaitu provinsi Lampung, Bangka, Bengkulu, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Sementara luas lahan lada di Indonesia mencapai 190 ribu Ha (Data Pertanian Indonesia, Tahun 2020). Angka ini mencatatkan Indonesia sebagai negara dengan luas lahan lada terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 88 ribu ton di tahun 2020.
Lada Indonesia merupakan salah satu rempah yang banyak diminati oleh negara-negara di dunia. Ekspor lada kini terus digerakkan untuk memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan devisa negara. Tahukah kita bahwa lada Indonesia sudah diekspor ke mancanegara seperti Singapura, Tiongkok, Belanda, Jepang hingga Amerika. Meskipun lahan lada Indonesia terbesar di dunia, namun kuantitas ekspor lada Indonesia masih di bawah Vietnam. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia pada tahun 2019 hanya berkisar US$ 116,08 juta, sementara Vietnam mencapai US$ 502,66 juta. Melihat luasnya lahan perkebunan lada Indonesia, harusnya produksi dan nilai ekspor Indonesia jauh lebih besar. Namun kenyataannya, tidak demikian. Melihat kondisi ini, perlu adanya upaya perbaikan untuk mengembalikan pasar lada Indonesia.
Melirik Potensi Lada di Timur Indonesia
Besarnya potensi lada di Indonesia perlu mendapat perhatian serius untuk megembalikan kejayaan produksi dan ekspor lada tanah air. Melihat data yang ada, Indonesia bagian Timur juga memiliki potensi besar dalam memproduksi lada. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan daerah dengan lahan perkebunan lada terbesar di Timur Indonesia yang mencapai 18 ribu Ha (data per tahun 2020). Angka ini menempatkan Sulawesi Selatan di peringkat 3 sebagai Provinsi dengan lahan perkebunan lada terluas di Indonesia. Beberapa daerah di provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi sentra produksi lada diantaranya kabupaten Sinjai, Enrekang dan Luwu Timur.Â
Kabupaten Luwu Timur yang terletak di bagian Timur provinsi Sulawesi Selatan merupakan kabupaten dengan potensi lada terbesar. Meski Luwu Timur menempati peringkat 3 luas lahan perkebunan lada di Sulawesi Selatan, namun produktivitas lada Luwu Timur menduduki peringkat pertama dengan produksi mencapai 1,45 ton/Ha. Potensi lada di Luwu Timur ini turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Terbukti, pengelolaan lada di Luwu Timur telah melibatkan 6.000 KK.
Perekonomian Luwu Timur yang terus berkembang tidak lepas dari pengaruh sektor perkebunan seperti lada. Budidaya lada di Luwu Timur masih menjadi primadona dan mata pencaharian sebagian masyarakat khususnya petani. Harga lada yang terbilang tinggi, menjadi alasan utama masyarakat lokal mengalihfungsikan lahannya ke perkebunan lada.
Pandemi covid-19 yang sudah berjalan selama dua tahun, tak menyurutkan semangat para petani lada di Luwu Timur. Dapat dikatakan, Luwu Timur kini menjadi jalur rempah potensial khususnya lada di Indonesia bagian Timur. Â Belum lama ini, Luwu Timur mencatatkan sejarah ekspor lada di masa pandemi. Berdasarkan data Dinas Pertanian, ekspor lada Luwu Timur tetap bertahan di tengah pandemi. Sebagai contoh, ekspor lada di awal tahun 2020 mencapai 13 Miliar ke Tiongkok. Hingga kini, ekspor lada ke Tiongkok terus berlanjut.
Keberadaan budidaya lada di Luwu Timur mampu memberi kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat lokal. Lada menjadi komoditi utama bagi petani di tanah bumi batara guru tersebut. Budidaya perkebunan lada di Luwu Timur merata di seluruh kecamatan. Dari total 11 kecamatan yang ada di Luwu Timur, semuanya memiliki lahan dan produksi lada yang melimpah. Dari dulu hingga masa pandemi, produksi dan ekspor lada di kabupaten Luwu Timur terus berkembang. Sehingga, untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi dan nilai ekspor lada di Indonesia khususnya Luwu Timur, perlu dilakukan berbagai upaya dari seluruh pemangku kepentingan.
Revitalisasi Lada sebagai Potensi Rempah yang Mendunia
Pengelolaan rempah di Indonesia khususnya lada perlu mendapat perhatian serius agar mampu memberikan hasil yang merata dan meningkatkan produksi serta ekspor ke mancanegara. Pemerintah dan semua pemangku kepentingan harus bahu-membahu untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia seperti dulu kala. Indonesia selayaknya menjadi eksportir rempah terbesar di dunia. Kejayaan di masa lalu karena rempah harus kita kembalikan demi kedaulatan bersama. Olehnya itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas rempah di Indonesia, khususnya lada.
Pemerintah harus menaruh perhatian hingga pelosok negeri, tak terkecuali Indonesia bagian Timur terkhusus kabupaten Luwu Timur. Di Luwu Timur masih perlu adanya pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas lada, mulai dari infrastruktur, pembiayaan hingga pelatihan. Berikut berbagai upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi lada di kabupaten Luwu Timur:
1. Â Pembangunan Infrastruktur
Infrastruktur seperti jalan dan jembatan terutama yang berada di sekitar perkebunan lada perlu ditingkatkan. Sebagai contoh, Kecamatan Mahalona, Luwu Timur masih ditemukan jalan yang rusak dan jembatan yang kurang layak. Tentunya ini akan mempengaruhi akses para petani dalam bercocok tanam hingga mendistribusikan hasil lada. Sehingga, dibutuhkan adanya perbaikan jalan dan jembatan di sekitar perkebunan para petani.
2. Â Pembangunan Pabrik
Dalam upaya mempercepat pengolahan lada di Luwu Timur perlu adanya pembangunan pabrik yang memadai. Luwu Timur sangat membutuhkan adanya pabrik pengolahan lada yang dikelola oleh BUMN ataupun swasta sehingga ke depan terwujud efisiensi dan efektivitas pengolahan lada mentah siap ekspor atau siap jual.
3. Â Pembiayaan
Pembiayaan berperan penting dalam rangka memberikan permodalan kepada para petani lada di Luwu Timur. Akses pembiayaan yang mudah dan cepat akan membantu petani lada dalam bekerja. Selama ini, masih ada lembaga pembiayaan yang mempersulit petani dalam mendapatkan modal. Sehingga perlu adanya lembaga pembiayaan khusus bagi petani lada di Luwu Timur mengingat populasi petani lada Luwu Timur cukup besar.
4. Â Pelatihan
Pelatihan merupakan media yang ampuh dalam menigkatkan kemampuan bercocok tanam para petani lada. Pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan pelatihan yang menyeluruh bagi para petani lada di Luwu Timur, agar mereka mendapatkan tambahan keterampilan dalam mengelola perkebunan lada. Selama ini yang terlihat hanya pelatihan bagi petani-petani tertentu saja dan belum menyentuh petani lada secara keseluruhan.
5. Â Perbaikan Kurikulum Pendidikan
Di era modern ini, pendidikan muatan lokal hampir punah. Padahal dulunya, di era 2000an ke bawah mata ajaran muatan lokal seperti perkebunan menjadi pelajaran tambahan wajib di bangku SD hingga SMA. Namun, kurikulum sekarang mata ajaran tentang perkebunan hampir punah dan kebanyakan ditemukan di perguruan tinggi jurusan perkebunan. Memberikan bekal kepada peserta didik dari bangku dasar sangat penting untuk mengajarkan kepada mereka kekayaan rempah yang ada di tanah air dan mengajarkan kepada mereka tentang praktik bercocok tanam. Ini perlu adanya perbaikan kurikulum untuk mengedukasi peserta didik sejak dini mengenai kekayaan rempah Indonesia. Perbaikan kurikulum ini tidak hanya berlaku untuk pendidikan di Luwu Timur tapi juga untuk pendiidkan Indonesia pada umumnya.
Itulah berbagai tawaran solusi sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan ekspor rempah Indonesia khususnya perkebunan lada di Luwu Timur. Berkembangnya angka ekspor lada Luwu Timur diharapkan menjadi pemacu semangat para petani lada untuk lebih giat mengelola kekayaan rempah daerah. Cita-cita kita bersama, produksi dan ekspor lada Indonesia semakin meningkat dan menjadi negara dengan ekspor lada terbesar di dunia. Indonesia harus mampu mengembalikan bangsa ini sebagai jalur rempah terbesar di dunia.
Momentum kemerdekaan yang baru saja dilalui harus mampu meningkatkan semangat kita dalam berkontribusi bagi bangsa lewat peningkatan kualitas dan kuantitas rempah. Pandemi bukan akhir dari segalanya. Kabupaten Luwu Timur menjadi contoh bahwa pandemi tak mempengaruhi semangat para petani lada dalam berjuang meingkatkan kesejahteraan mereka dan meningkatkan devisa negara. Ekonomi Indonesia harus bangkit, jangan biarkan rakyat menjerit karena kita semua percaya Indonesia akan melejit. Indonesia tidak akan mati karena pandemi, karena Indonesia punya warisan dunia yang tak akan pernah mati. Lada bangkit di masa pandemi, warisan dunia yang tak akan pernah mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H