Mohon tunggu...
abubakr saleh
abubakr saleh Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa geologi yang tak lulus lulus, tapi mempunyai ambisi menjadi penulis handal...doa para pembaca sangat berperan disini...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bengkel Cinta

4 Februari 2015   04:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Istriku telah mati," kata bapak sebelum aku memotong ucapanya.

"Tapi bapak tidak mungkin bisa menghidupkan orang mati, sekreatif apapun otak bapak," kataku yang membantah analogi bapak yang telah kuterka.

"Benar," kata bapak

"Saya bukan Nabi Isa. Tapi pola pikirmu keliru. Begini..." kata Bapak yang melihatku telah mengernyitkan dahi.

"cinta, yang membuat bapak harus berada disamping ibu kelak di alam sana. Di dunia ini ada keterbatasan. Dengan mengunjungi makam ibu, bapak makin tersadarkan akan bernasib sama, mati. Ketika bapak bisa menjadi kreatif karena keberadaan barang bekas, tentu bapak harus mempunyai sikap terhadap orang-orang mati yang bapak cintai. Paham?"

"Jadi maksud bapak, apa yang bisa dipetik dengan adanya keniscayaan kematian, begitu?"

"sederhananya seperti itu. Karena dirimu tak bisa memperbaiki kematian, setidaknya kematian membuatmu memperbaiki hidupmu. Karena suatu saat kita akan mati, dan dengan kematian itu, kita berfungsi memperbaiki orang banyak. Sudahlah. Renungi saja dulu. Sudah sore, bapak mau istirahat, dada sesak membicarakan hal ini. Pulanglah!"

Bapak mengantarku sampai pintu rumah. Aku pamit dengan sejuta kekaguman di benakku.

Rupanya, itu pesan terakhir bapak, sebelum jantungnya mendadak berhenti berdetak. Aku bergegas mengunjungi rumah bapak sedetik setelah menerima kabar menyedihkan itu. Sesak dadaku. Tapi tak pernah kulihat bapak menyungging senyum seindah dalam jasad yang terbujur kaku.

Tamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun