Mohon tunggu...
abubakr saleh
abubakr saleh Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa geologi yang tak lulus lulus, tapi mempunyai ambisi menjadi penulis handal...doa para pembaca sangat berperan disini...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bengkel Cinta

4 Februari 2015   04:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Analisa pertamaku menyatakan bapak akan pergi ke pantai. Duduk merenung menikmati sunset. Langit sudah semakin memerah di langit barat. Bapak masih melangkah tenang. Ketika jalur menuju pantai yang harusnya berbelok kebarat tak ditempuh bapak, semua menjadi tegas buatku. Utara yang dituju bapak tak mungkin pantai selanjutnya yang bisa membuat kaki bengkak karena terlalu jauh. Jalur utara yang ditelusuri bapak sangat masuk akal adalah sebuah kuburan tua tempat istri dikebumikan. Kemana lagi, kalau bukan berziarah ke pusasa istri tercinta.

Kenapa harus berziarah sore menjelang malam? Jiwa detektifku membuat aku harus menyelidikinya. Besok pagi aku menemui penjaga makam. Orang-orang memanggilnya pak Damar. Aku disambut dan dipersilahkan duduk di ruang tamunya yang mungil.

"Apakah ada orang yang hampir tiap hari datang ke kuburan ini pak?" Aku mulai bertanya setelah berbasa-basi seadanya

"Banyak dik, tapi ndak tiap hari juga lah." pak Damar tampak pasti menjawab pertanyaanku

Belum sempat kelegaanku menguasai hati, Pak Damar kembali berkata, "tapi ada seseorang yang hampir setiap pagi atau siang berada di kuburan ini. Tapi belakangan ini saya sudah jarang melihatnya datang. Saya sempat berbincang dengannya. Istrinya meninggal 5 bulan yang lalu. Tak pernah sekalipun bapak itu lupa membersihkan kuburan istrinya. Aku sempat menawarkan diri untuk membantunya. Dia menolak."

Penjelasan Pak Damar membuatku mampu menarik kesimpulan. Bapak memang orang yang tak ingin diintervensi untuk sesuatu yang disenanginya. Oleh karena itu Bapak memilih waktu malam hari untuk mengunjungi sang istri. Agar tak ditanya tanya Pak Damar. Itulah fungsi korek api gas yang ada lampunya. Semua telah menjadi terang setelahnya.

Aku memutuskan untuk menjadi penyemangat hidup Bapak. Segala macam resep hidup aku hafalkan. Semata-mata untuk memotivasi Bapak. Prilaku Bapak seperti orang yang tak menerima ketetapan Tuhan.

"Sudahlah pak, ikhlaskan saja. Tak perlulah Bapak melelahkan diri mengunjungi ibu setiap hari. Doa saja dari sini. Ibu telah tenang disisiNya" kataku suatu hari ketika sempat mengunjungi kediaman Bapak.

Senyum bapak tampak asli ketika mendengar protesku. "Kamu tahu, setiap barang tak terpakai di gudang itu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibuat." Kata bapak sambil menunjuk gudang disebelah ruang tamu tempat kami berbincang.

"Ia cuman membutuhkan semenit untuk rusak. Dan mati. Lalu dibuang." bapak melanjut sambil tetap tersenyum memandang kebingunganku.

"Barang-barang itu membutuhkan orang yang kreatif untuk membuatnya kembali bermakna. Makanya saya menjaganya dengan sepenuh hati. Dengan begitu saya memotivasi diri untuk menjadi kreatif."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun