Mohon tunggu...
Yunuraji P
Yunuraji P Mohon Tunggu... Penulis - Orang biasa

Warga biasa yang masih berjuang dalam hidup ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerbung] Manusia Aneh: Lomba

9 September 2019   05:41 Diperbarui: 9 September 2019   05:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Di ruangan ini kita mulai latihannya.” Selesai Tomi berkata demikian, mendadak ruangan tersebut berubah menjadi semacam tempat kompetisi. Aku terbengong-bengong karenanya.
“Apa jawaban dari 24-…” Aku tidak sempat memerhatikan pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara karena aku agak terkejut yang membawa acara adalah Tomi! Bagaimana mungkin dia ada disitu, sementara aku melihat dia ada disebelahku memerhatikan pertanyaan dengan seksama.

“Lel. Kenapa bengong? Ayo dijawab tuh pertanyaannya.” Kata Tomi sambil menulis jawabannya di lembar kertas dengan santainya. Kemudian dia segera menjawab dan aku bengong karena jawabannya cukup rinci disertai sedikit alasan kenapa jawabannya begitu.
“Hmm… Sepertinya dengan cara tadi masih susah dan malah bikin kamu bingung ya,” Kata Tomi kemudian ruangan tersebut menjadi ruangan kosong berisi bahasa-bahasa.
“Kalau begitu aku akan membuka pikiranmu agar bisa tahu, model latihan mana yang cocok untukmu.” Setelah itu mendadak saja aku merasa pikiranku dimasuki oleh sesosok makhluk yang kuyakini sebagai Tomi. Ia perlahan-lahan membuka dan menjelajahi tiap wilayah pikiranku. Kemudian ia tidak ada dalam pikiranku.
“Sudah kudapatkan.” Tiba-tiba saja Tomi muncul dari pojok ruangan sambil mengubah ruangan tersebut menjadi ruang yang selama ini aku idam-idamkan.
******
“Bagaimana, lel? Apakah kamu sudah siap?” Tanya Tomi ditengah-tengah latihan yang cukup menarik bagiku, mungkin karena itu Tomi yang mengajar beserta tempat latihan yang mendukung. “Yuk kita pulang.” Setelah aku memegang tangannya, aku kembali lagi ke depan rumahku. Sejenak aku memerhatikan langit.
“Tom. Bukannya ini jam dimana kita tadi pergi untuk latihan di kelas?” Tanyaku sedikit bingung.
“Yups. Ini waktu dimana kita baru saja pergi. Sengaja aku kembalikan kita ke waktu dimana pergi sekitar sekian menit yang lalu, supaya orang tua kita tidak kelamaan mencari kita. Belum lagi ditambah kamu belum cerita kan sama orang tuamu tentang perlombaan yang kamu ikuti saat ini.” Jawab Tomi sederhana sambil menjentikkan jarinya. Sejurus kemudian, tasku dan tas Tomi muncul dari balik awan tepat dihadapan kami berdua dan kemudian awan tersebut menghilang. Aku sedikit bingung, namun aku tidak terlalu memperdulikan hal tersebut karena perlombaan sisa sekian hari hingga beberapa pekan lagi, padahal aku belum siap sama sekali. Namun dengan metode yang Tomi berikan untukku, aku memiliki keyakinan bahwa Tomi dan aku akan memenangkan perlombaan. Disamping karena Tomi yang memiliki cara-cara yang berbeda, juga karena Tomi memiliki sekian rahasia dan hal lain yang tidak aku ketahui.

Malamnya aku mencoba untuk berlatih sendirian, setelah sebelumnya memberitahukan kabar perlombaan tersebut kepada orang tuaku. Awalnya mereka cukup terkejut, namun setelah aku jelaskan bahwa Tomi bergabung dalam tim, mereka memahami dan melanjutkan latihanku.

******

“Ok, jadi untuk pertanyaan model ini, sudah bisa dipahami?” Tanya Tomi ditengah-tengah latihan yang cukup tinggi dan sedikit 'panas'. Aku cukup senang karena dalam beberapa hari semua bisa aku hadapi, lewati, dan selesaikan tanpa kendala.

“Semua aman terkendali.” Tanganku memberikan tanda bahwa tidak ada kendala sedikitpun dalam latihan kali ini. Diapun tersenyum sembari merapikan beberapa tumpukkan kertas dan buku.

“Baiklah, karena sudah merasa yakin semua, maka sekarang kita istirahat dahulu sejenak.” Katanya lalu berjalan menuju pintu keluar. Tak lupa dia menggerakan tangannya kecil seolah memberikan tanda bahwa aku mengikutinya. Setelah merapikan beberapa lembar coretan dan buku, akupun mengikutinya. Namun ia hanya berhenti sampai di depan pintu keluar. Aku agak sedikit terheran-heran dengan kelakuannya.

“Katanya aku diminta untuk mengikutimu, tapi kenapa hanya  berhenti sampai sini?” Tanyaku sedikit protes.

“Iya. Tunggu sebentar.” Lalu dia menggerakkan tangannya seperti memberikan isyarat. Beberapa detik kemudian bangunan yang aku tinggali didalam berubah menjadi tempat yang berbeda. Seperti berada di taman saja! Adanya air pancuran yang berada di tengah-tengah ruangan, beberapa deret kursi panjang khas taman, tidak lupa dengan beberapa lampu taman di dekatnya. Kemudian ada bangunan untuk pertunjukkan di ujung sebelah kanan ruangan yang kini kosong.

“Ok, sepertinya ini sudah cukup. Yuk.” Katanya sambil memegang tanganku membawaku menuju kursi terdekat di tengah-tengah ruangan. Aku tidak menyangka ruangan ini benar-benar penuh dengan hal yang tak terduga. Dari ruangan untuk berlatih dan tempat untuk mempersiapkan diri, hingga menjadi sebuah taman yang cukup seru untuk bercengkrama. Sungguh selama ini aku ternyata belum mengenal Tomi lebih jauh, gumamku dalam hati. Padahal selama ini aku sudah cukup dekat dengan tante Mira, maka aku sudah mengenal dengan dekat siapa Tomi. Namun ternyata aku salah!

“Hari ini enaknya nonton apa ya?” Tanya Tomi membuatku terkejut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun