Mohon tunggu...
Wiratmaji AdiPermana
Wiratmaji AdiPermana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bernafas dengan banyak gaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Malam Di Balik Jendela

21 Januari 2025   12:40 Diperbarui: 21 Januari 2025   12:12 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangan tremorku menggapai buku itu. Halaman depannya kosong, kecuali jejak guratan pensil di sudut kanan bawah. Mungkin tangan Candra sempat mengetuk-ngetukkan pensil di sana, kebiasaannya kalau sedang bingung memulai tulisan.

Aku membuka halaman pertama. Ada satu kalimat, tergores rapi dengan tulisan tangan yang kukenali betul.

"Langit di sini lebih tinggi dari yang kubayangkan, Alin. Kamu pasti suka."

Duniaku seperti berputar pelan, tetapi cukup keras hingga mengoyak luka-luka lama yang kucoba diamkan selama setahun ini. Aku membuka halaman kedua. Kali ini ada sketsa sederhana, dua siluet yang saling menggandeng tangan. Aku mengenali gambar itu; itu kita berdua, digambar dengan gaya sederhana tetapi penuh perasaan.

"Dia bahkan menulis hingga halaman terakhir," bisik Rinai.

Aku mengangguk kecil, lalu memeluk buku itu erat-erat. "Terima kasih."

Rinai tersenyum tipis, lalu meninggalkanku sendirian di ruang tamu.

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam tiga ratus enam puluh lima hari, aku merasa Candra kembali hadir, bukan dalam bentuk tubuh, tetapi dalam catatannya, dalam kenangan yang terkubur, dan dalam sketsa kecilnya yang tidak sempurna, tetapi selalu terasa nyata.

Aku menatap ke luar jendela lagi, dan di langit yang gelap, ada satu bintang yang berkilau lebih terang dari biasanya. Bintang itu seperti berbisik, memintaku berhenti berdiam.

Dan aku tahu, mungkin sudah waktunya.

Sudah tiga ratus enam puluh lima malam sejak kamu pergi. Aku berdiri di ambang pintu rumah, memeluk buku kecilmu sebelum meletakkannya di meja dekat bunga matahari yang kini mulai layu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun