Mohon tunggu...
Dayangsumbi
Dayangsumbi Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Musik, Filosofi

Blogger Writer and Amateur Analys, S.Komedi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Prosa Filsafat Eksistensialis yang Diadaptasi dari Kajian Ngaji Filsafat Tema Fyodor Dostoevsky

20 Maret 2022   05:00 Diperbarui: 23 Maret 2022   03:23 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam minggu, hari ke-19 dibulan maret.

Hujan rintik tak menghalangi sepasang kekasih ini untuk jalan-jalan mengitari kota Jakarta. Dialah Tyo dan Juni. Mereka tak berniat singgah di sebuah taman atau kedai untuk bercerita panjang lebar mengenai hidup. Tibalah mereka disebuah lampu merah.

“Kenapa sih hujan tak meminta izin pada kita kalau dia mau turun malam ini.” sahut Tyo.

“Heh! Gak boleh ngomong gitu.”

Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Mulut Tyo yang sedari tadi tidak merokok akhirnya berhenti di pinggir jalan untuk menyalakan rokoknya.

“Asem, bentar nyalahin rokok dulu.”

“Hihhh kok ngerokok di jalan sih! bahaya tau!” ketus Juni.

“Bukankah manusia memiliki kebebasan untuk mengatakan bahwa merokok itu tidak membahayakan dan menyehatkan walau bertentangan dengan akal sehat dan ilmu kesehatan. Saya setuju bahwa merokok di jalan memperburuk keadaan, tetapi jika kita memberikan pujian, maka merokok menjadi baik dan terkadang juga merupakan hal kecil yang menarik.”

Tyo menjawab dengan santainya kepada Jun seperti itu semata-mata untuk menunjukan bahwa ia memiliki kebebasan dan tidak mau diatur meskipun itu bertentangan dengan akal sehat dan ilmu pasti.

“Memangnya tidak ada tempat lain ? Saya rasa anda kecanduan.”

“Kan niat kita gak singgah di mana pun.”

 “Yasudah, setidaknya hari ini kamu masih tetap hidup, tetap ada dan menghidupi hidup bagaimana pun cara kamu hidup.”

Tyo memang manusia yang misterius serta rebel, tapi bagaimana pun ketika Jun bersamanya, Jun menemukan tujuan hidupnya.

“Melakukan kesalahan karena mengikuti pikiranku sendiri lebih baik ketimbang menempuh kebenaran hanya karena mengikuti orang lain. Setiap nasehat selalu diakhiri oleh keputusanku.”

“katanya laki-laki mengandalkan akalnya, tapi sebenarnya memang, akal budaknya perasaan.”

“hahahahaha” Tyo tertawa sinis.

Lalu, mereka berdua terjebak kemacetan, pembicaraan pun semakin dalam.

“Tyo, Apa makna hidup bagimu ?”

“Memang sih dunia tak semudah buku-buku dan kitab-kitab, tapi cobalah jauhkan diri kita dari itu, maka kita akan segera tenggelam dan jadi bingung. Karena sesungguhnya makna hidup akan di temukan ketika kita membaca,”

Jalan yang dilalui mereka masih tersendat, macet cukup panjang entah ada si komo lewat atau razia gabungan. Tiba-tiba Tyo mengeluarkan keluh kesahnya.

“Jun, sadar gak sih. Doktrin dunia sekarang menuntut kita untuk selalu memenuhi keinginan, seperti raihlah cita-citamu setinggi langit, keluarlah dari zona nyaman. Memang kita memiliki hak yang sama dalam hal itu. Tapi, menurutku hasilnya malah yang kaya terisolasi dan bunuh diri sedangkan yang miskin cemburu dan membunuh.”

“Aku gak bisa menjawab itu, yo. Gak tau aku, tapi aku sadar hehehehehe.”

“Kenapa ya… ?”

“Hey! jangan terlalu banyak berpikir, itu penyakit.”

Lalu lintas akhirnya mulai lengang walau pun perjalanannya merayap,tak disangka ternyata ada jambret yang sedang di amuk massa.

“Kasihan sekali, ya yo.”

“Biar tahu rasa tuh Jambret.”

Ternyata yang aneh dan ajaib bukanlah bahwa cinta benar-benar ada, yang luar biasa dan menakjubkan ide semacam itu dapat muncul pada makhluk biadab, kejam dan buas.

Juni sambil memegang pinggang Tyo yang sedang mengendarai sepeda motornya berteriak, “ Jalan terbaik untuk tetap menahan seorang narapidana supaya gak kabur adalah menyakinkan bahwa dirinya bukan seorang tahanan.”

“Bacot lu!” Kata seseorang yang memukuli Jambret.

Mereka berdua tertawa karena kekonyolan itu. Hari ini, cinta membuat seseorang sangat takut terlihat konyol dan menderita karena kekonyolannya, tapi tidak dengan Jun. Kenyataannya cinta tidak lahir dari keajaiban, namun keajaibanlah lahir karena cinta. Semakin Bodoh Seseorang semakin dekat dia dengan kenyataan, semakin jelas, ringkas tanpa seni apapun. Sementara kecerdasan, berkelit dan menyembunyikan dirinya sendiri. Kebodohan itu jujur dan lugas. Juni si bodoh yang berhati tanpa pikiran dan Tyo orang bodoh dengan banyak pikiran namun tanpa hati. Mereka berdua terasa sangat bahagia. Padahal mereka berdua sedang tidak bahagia, mereka berdua menderita.

Setelah lelah berkeliling Jakarta Tyo pun mengantarkan pulang Juni kerumahnya.

“Jun, dunia sudah sakit, kehidupan juga sudah betapa absurdnya itu. Kau akan memilih mati atau menikmati teh bersama-ku nanti ?”

“Biar dunia meluncur ke neraka, aku akan harus selalu menikmati teh-ku, bersamamu. Biarkan dunia tenggelam bersama kesakitannya. Di perlukan kecerdasan untuk bertindak secara cerdas. Mungkin aku benar-benar menganggap diriku seorang yang intelek hanya karena sepanjang hidupku, aku tak pernah memulai atau menyelesaikan sesuatu. Ya! orang pintar tidak bisa menjadi apapun secara serius, hanya orang bodoh yang bisa menjadi sesuatu. Karena dia bersungguh-sungguh ingin menghilangkan kebodohannya dan terus menambah kemampuannya dan ia tak banyak berpikir untuk memutuskan”

“Jun, Kita hanya senang menunggu hasil, padahal setiap yang kita lakukan selalu memiliki sisi positif dan negatif. Kita tahu bahwa ketika kita sedang jatuh hati pasti akan ada sakit hati, tapi kenapa kita selalu mengulang hal yang sama dan senantiasa menunggu hasilnya.”

“Sudahlah Tyo, Jadilah cahaya maka semua orang akan merasakan kehadiranmu.”

Jun memasuki perkarangan rumahnya. Tyo pun bergegas menyalakan motornya dan melaju dengan cepat untuk pulang, padahal rumahnya, ada di sana, di hati Juni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun