Merauke, 25 September 2009, sebuah interview yang cukup panjang dengan Rahwana, seorang tokoh yang terjebak menjadi orang ketiga dalam percintaan Rama dan Shinta pada epilogi Ramayana, hingga mengakibatkan porak poranda-nya Diraja Alengka yang mahsyur. Interview ini adalah salah satu dari proyek Quantum Leap yang mencoba mengkaji ulang setiap sejarah manusia. Laporan ditulis lengkap oleh Sang Aji.
Sang Aji : Selamat datang...ehm..enaknya saya panggil apa ya? Kangmas..Pak, Mister, Sir, Sayyid, Tuan..atau apa ya..?
Rahwana : Kira-kira ‘njenengan’ sendiri sukanya manggil apa? (sambil tersenyum simpul memancarkan kearifan yang tiada taranya)
Sang Aji : aduh... sampeyan ini kok emang HALP ya..?
Rahwana : HALP? Apaan tuh?
Sang Aji : High Attitude Low Profile..meski sempat menjadi seorang Raja bahkan Diraja Alengka tapi tetap aja low profile gitu..
Rahwana : Hahaha..jangan terlalu memuji ah.. sejarah sendiri telah memojokkanku sebagai tokoh antagonis sepanjang masa..wajah saya telah diingat oleh kehidupan ini selama berabad-abad sebagai pesakitan.......(air muka Rahwana tampak mulai berubah, matanya terlihat mulai berkaca-kaca).
Rahwana : oya.. panggil nama saja, Ravi..nama kecilku (tampak kembali tersenyum). Trus saya panggil anda apa?
Sang Aji : panggil Aji saja, biar lebih akrab
Saya pun tersenyum..dalam hati kecil seolah tak percaya seorang sosok yang terlihat arif, berwibawa, cerdas dan supel ini dikenang sebagai penjahat cinta sepanjang masa. Membayangkan Weda dan Sastra menggambarkan lelaki gagah di depan saya ini sebagai sosok berkepala sepuluh (Dasamukha), tetapi..kenyataannya, saya sangat terkesan dengan sikapnya yang santun dan low profile. Seandainya saya jadi wanita, tentu akan kuuber-uber dia walau sampe ke selangkangan onta sekalipun.
Rahwana : ehm ehm..mas Aji..jadi nggak nih interviewnya?