Musik yang menyejukan dibarengi dengan lantunan lirik lagu yang khas dan penuh makna menjadi karakter kuat yang dimiliki oleh sebuah band bentukan akhir 2007 ini, Payung Teduh merupakan sebuah band alternatif/indie  dengan aliran musik fusi antara folk, keroncong, dan jazz. Dengan keluarnya vokalis mereka, Mohammad Istiqamah Djammad atau yang lebih dikenal Is, tidak menjadikan Payung Teduh menjadi hilang arah. Single dengan judul "Nanti", memperlihatkan bahwa mereka tetap berkarya serta menunjukan eksistensinya di blantika musik tanah air.
Single yang dirilis pada tahun 2019 ini, memberikan makna tersendiri. Menjadi lagu yang cukup membuat hati bergejolak yang mana dalam lagu tersebut menyuguhkan lirik yang sangat puitis dibarengi dengan makna yang mendalam. Lirik lagu tersebut dapat kita lihat seperti di bawah ini...
Matahari tertutup hujan
Bukan berarti tak bersinar
Membasuhi tanah tangisnya
Lara pun tersapu
***
Aku pernah melihat
Padang rumput yang tak berkupu-kupu
Kuncup bunga menanti
Bentangan sayap terbelah waktu
***
Ulat terbang tak akan cantik
Biji bunga yang belum terbelah
Waktu adalah perias rupa
Berjalanlah berdampingan
***
Dengkuran jangkrik yang menyambut
Kicau burung yang belum terdengar
Waktu tak akan terlambat tiba
Rayakanlah penantian
Menjelma yang kau berikan
***
Aku pernah melihat
Wajah murung merutuk kesunyian
Rangkullah ruang waktu
Sepasang sayap 'kan tumbuh untukmu
***
Ulat terbang tak akan cantik
Biji bunga yang belum terbelah
Waktu adalah perias rupa
Berjalanlah berdampingan
***
Dengkuran jangkrik yang menyambut
Kicau burung yang belum terdengar
Waktu tak akan terlambat tiba
Rayakanlah penantian
Menjelma yang kau berikan
Sumber: google.com/search: payung teduh nanti lirik
***
Kita sebagai seorang individu pastinya mempunyai keistimewaan tersendiri. Layaknya matahari yang menyinari bumi, apapun yang telah kita perjuangkan dan lakukan walaupun belum menunjukan hasil yang baik bukan berarti kita tidak memiliki arti di kehidupan ini. Layaknya matahari yang tertutup mendung hujan, bukan berarti tidak bersinar. Ada kalanya kita melakukan sesuatu namun tidak menghasilkan apa-apa, tapi tentunya hasil bukanlah yang utama. Namun bagaimana proses kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selama kita masih memperjuangkan tujuan kita, selama itu kita masih bercahaya dan belum gagal.
"Ulat terbang tak akan cantik/ Biji bunga yang belum terbelah/ Waktu adalah perias rupa/ Berjalanlah berdampingan". Lirik tersebut dapat kita tafsirkan, bahwasanya sang penulis mencoba mengantarkan kita kepada kata "Luwes". Dimana keluwesan ini merupakan sesuatu yang penting di kehidupan kita, suatu hal/tujuan yang tercipta dengan waktu yang tidak tepat pasti memunculkan sesuatu yang kurang baik, apapun itu bentuknya. Oleh karenanya, nikmatilah penantian, yang akan mewujudkan apa yang kita harapkan.
Payung Teduh lewat lagunya mengajarkan kita bahwa, sesuatu yang kita harapkan dalam kehidupan di dunia ini tidaklah ada yang instan dan membutuhkan suatu proses yang matang. Sesuatu yang didapat di kehidupan tanpa dibarengi dengan waktu yang tepat akan menjadikan ketidak seimbangan dalam hidup serta tentunya tidak akan mempunyai rasa atau makna yang mendalam. Â
Kesabaran dan tetap teguh dalam mewujudkan tujuan kita di kehidupan adalah suatu bentuk perjuangan suci, lebih baik gagal dan mencoba lagi serta memperbaikinya daripada tidak berbuat apa-apa di dunia ini. Hal ini menjadi suatu yang sangat penting, mimpi yang tinggi, tujuan hidup yang besar, mencoba memperbaiki derajat hidup, memberikan manfaat baik bagi keluarga, dan lain sebagainya adalah suatu bentuk pengabdian kita hidup di dunia, oleh karenanya lanjutkan dan tetap percaya bahwa waktu akan memberikan jawaban dari penantian kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H