Gemerlap malam perlahan menghilang, digantikan dengan cahaya mentari yang perlahan makin terang, terdengar pula suasana kota yang hening perlahan menjadi ramai kendaraan yang entah untuk pergi bekerja, sekolah, maupun aktivitas lainya.
Setiaji bangun tidur dan pergi ke kamar mandi. Selepas mandi ia segera sarapan dengan nasi kemarin malam dan lauknya yaitu ikan asin. Ia tidak pernah manja dan ia bersyukur hari ini dia masih dapat makan. Setelah makan ia segera Merapihkan buku dan segera pergi ke sekolah.
Jarak dari rumah Setiaji ke sekolah tidak terlalu jauh, tapi ia tidak langsung ke sekolah, melainkan pergi kerumah Bu nenden terlebih dahulu, untuk mengambil dagangan, Bu nenden adalah seorang pembuat kue-kue kecil.
Dengan kata lain Setiaji menjual barang dagangan bu nenden agar ia mendapat upah ataupun keuntungan, bu nenden orang yang sangat baik terkadang ia memberi upah lebih kepada Setiaji karena bu nenden sering merasa kasihan kepada Setiaji.
Setelah dari rumah bu Nenden ia segera pergi ke sekolah, di sekolah ia belajar sambil berjualan, ia tidak malu oleh teman-temannya yang lain ataupun siswa-siswi yang lainnya, justru kadang ia mendapat dukungan, baik dari teman maupun guru sekolahnya.
Sepulang sekolah ia segera berganti baju dan pergi mencari rongsokan sebagai penghasilan tambahan, kadang ia berkerja apa saja yang penting dapat menghasilkan uang. Mulai dari kerja cuci piring, mencuci mobil, hingga menjadi kuli bangunan.
Sore harinya ia pergi ke percetakan surat kabar untuk mengambil surat kabar terbaru dan menjualnya dari pukul 4 sore sampai menjelang isya, kadang tidak menentu terkadang kalau surat kabar nya belum habis terjual ia dapat berjualan sampai pukul 9 malam.
Begitulah keseharian Setiaji seorang anak kecil yang belum tumbuh dewasa tapi sudah banyak merasakan kepahitan hidup melebihi orang yang lebih tua darinya, hidup di tengah keramaian kota yang begitu kasar dan keras yang kadang membuat mental nya tidak kuat.
Ingin sekali dia mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan yang ia jalani sekarang namun apa daya mungkin itu sudah takdir dari tuhan, ia terus semangat berusaha dan berusaha tidak lupa juga berdoa agar hidupnya senantiasa dimudahkan.
Dia bekerja siang malam tanpa mengenal cuaca bahkan ketika sakit juga ia masih tetap berjualan dan bekerja, karena jiga ia tidak bekerja bagaimana nasib keluarganya, sungguh malang nasibnya.
Kadang ia tidak mendapat belas kasihan dari orang lain, padahal ia tidak meminta tapi ia menjual tapi tetap saja ada orang yang berbuat jahat padanya, seperti mengusirnya, atau berkata kasar kepadanya, ia tetap tegar dan sabar menghadapinya.