Mohon tunggu...
ajeng safitri
ajeng safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Islam dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi

25 November 2024   12:54 Diperbarui: 25 November 2024   12:54 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sangat urgen bagi kehidupan umat manusia. Tanpa menguasai Iptek manusia akan tetap dalam lumpur kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Penguasaan manusia terhadap Iptek dapat mengubah eksistensi manusia dari yang semula manusia sebagai 'abdullah saja menjadi khalfatullh. Oleh karena itu, Islam menetapkan bahwa hukum mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah wajib. Anda sudah mengalami sendiri betapa besar manfaat Iptek bagi kehidupan Anda sebagai mahasiswa. Tanpa menguasai Iptek, umat manusia akan mengalami banyak hambatan dan kesulitan dalam menjalani kehidupan di jagat ini. Pada zaman modern, seperti sekarang ini, ukuran maju tidaknya suatu bangsa justru diukur dari penguasaan bangsa itu terhadap Iptek. Jika suatu bangsa itu mampu menguasai Iptek, maka bangsa tersebut dikategorikan sebagai bangsa yang maju, Sebaliknya, jika suatu bangsa itu tertinggal dalam penguasaan Iptek, maka bangsa itu dipandang sebagai bangsa yang belum maju atau biasa disebut bangsa tertinggal atau disebut bangsa berkembang. Supaya bangsa Indonesia masuk ke dalam kelompok bangsa yang maju, maka Anda sebagai mahasiswa wajib berusaha sekuat tenaga untuk menguasai Iptek dan mengejawantahkan Iptek untuk kemaslahatan umat manusia.

Memahami Konsep Islam tentang Iptek, Ekonomi, Politik, Sosial-Budaya dan Pendidikan

Kata ilmu diambil dari bahasa Arab 'alima-ya'lamu-'ilman artinya 'mengetahui, pengetahuan'. Secara etimologis 'ilmun artinya "jelas, terang, baik proses perolehannya maupun objek kajiannya". Kata 'ilmun dalam Al-Quran diungkap sebanyak 854 kali. Kata ini digunakan untuk mengetahui objek pengetahuan dan proses untuk mendapatkannya sehingga diperoleh suatu kejelasan. Pengetahuan (knowledge) diperoleh manusia dengan cara memberdayakan pancaindra terhadap segala objek Dengan demikian, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra dan hati (al-qalb). Adapun ilmu dalam arti sains (science) atau ilmu pengetahuan atau disebut juga pengetahuan ilmiah (al-'ilmu wa al-ma'rifah) adalah suatu sistem pengetahuan menyangkut suatu bidang pengalaman tertentu dan disusun sedemikian rupa dengan metodologi tertentu (ilmiah) sehingga menjadi satu kesatuan (sistem). Masing-masing sistem diperoleh sebagai hasil penyelidikan dan pengkajian yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu (metode ilmiah).

Pandangan Islam Tentang IPTEK

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) akan semakin berkembang. Namun bagaimana perspektif Islam mengenai perkembangan IPTEK?. Dalam kegiatan Seminar Nasional Fakultas Psikologi dan Pendidikan (FPIP) Fair Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang diadakan pada Sabtu (06/05/2023) Dr Akhtim Wakyuni MAg menjelaskan mengenai Islam dan IPTEK. Dr Akhtim menjelaskan secara harfiah IPTEK adalah Ilmu pengetahuan dan Teknologi. "Ilmu pengetahuan adalah studi tentang alam serta perilaku dunia fisik dengan alam melalui metode ilmiah. Sebagai proses mengamati, mengidentifikasi, eksperimen, deskripsi, penyelidikan, dan penjelasan teoritis tentang fenomena alam tersebut. Sedangkan teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu," ungkapnya Sehingga dalam pemaparannya IPTEK adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan. Banyak perspektif menyikapi perkembangan teknologi. Dr Akhtim menjelaskan bahwa masih ada masyarakat yang menolak perkembangan teknologi karena perbedaan. Baik perbedaan prinsip maupun keyakinan. Faktanya Dr Akhtim menjelaskan "menurut Muhammad Ijazul Haq dari Universitas Damaskus menemukan sebanyak 750 ayat al-Qur'an membicarakan mengenai ilmu pengetahuan. Sehingga Perkembangan IPTEK seharusnya menjadi ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dan dimanfaatkan untuk kehidupan beragama," ujarnya. "IPTEK adalah keilmuan yang tinggi yang dimiliki oleh seseorang dan mampu menjadi alat untuk menyelesaikan masalah. Menjadi suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan oleh seseorang, karena sangat pentingnya, hal tersebut sering disebut dalam Al-Qur'an, artinya Islam sangat menganjurkan pengembangan IPTEK," imbuhnya. Manfaat perkembangan IPTEK bagi Islam dibuktikan dengan Pembelajaran al quran futuristik yang menggunakan teknologi metaverse. Sehingga belajar Al Quran akan lebih efektif dan menarik bagi anak-anak.

Pandangan Islam Tentang Ekonomi

Segala bentuk transaksi, yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pemasaran barang dan jasa yang mendatangkan keuntungan finansial itu, merupakan kegiatan ekonomi. Menurut AM Saefudin (1997) ada enam pokok perekonomian. 

Barang dan jasa yang diproduksi. 

Sistem produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. 

Sistem distribusi yang berlaku di antara para pelaku ekonomi. 

Efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi. 

Antisipasi terhadap fluktuasi pasar, mulai dari inflasi, resesi, depresi dan lain-lain.

Ikhtiar manajemen produksi dan distribusi agar efisien. 

Prinsip ekonomi konvensional berbeda dengan prinsip ekonomi Islam. Ekonomi konvensional berprinsip "berkorban sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya." Prinsip ekonomi tersebut dipergunakan oleh pedagang dan pengusaha semata-mata untuk mencari keuntungan. Dengan modal seadanya, pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan sebesar-besarnya; atau dengan alat sekecil-kecilnya, pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan secara maksimal. Dalam Islam, ekonomi ialah berkorban secara tidak kikir dan tidak boros dalam rangka mendapatkan keutungan yang layak. Dengan demikian, pengorbanan tidak boleh sekecil-kecilnya ataupun tertentu saja, melainkan pengorbanan yang tepat harus sesuai dengan keperluan yang sesungguhnya sehingga mutu produksi dapat terjamin. Demikian pula, keuntungan tidak perlu dikejar sebesar-besarnya dan tidak perlu melewati batas. Jadi, keuntungan monopoli dilarang dalam Islam. Oleh karena itu, keuntungan harus sewajarnya dan tidak merugikan orang lain. Kekuatan ekonomi sangat berpengaruh terhadap eksistensi dan wibawa suatu bangsa. Bangsa yang ekonominya kuat, akan menjadi bangsa yang berwibawa di hadapan bangsa-bangsa lain. Dengan ekonomi yang kuat dan stabil, satu negara dapat membantu negara lain, memajukan negara lain, dan mempunyai daya tawar politik terhadap negara lainnya. Setelah perang dingin antara blok timur dan blok barat berakhir, maka kriteria negara kuat beralih dari ukuran kuat secara militer ke ukuran kuat secara ekonomi. Sebuah negara dipandang kuat, bukan karena kekuatan militernya tetapi karena kekuatan ekonominya. Sebaliknya negara itu dianggap lemah, manakala ekonominya tidak maju, tidak stabil, dan tidak kuat, meskipun, misalnya, secara militer kuat. Tahukah Anda kalau sistem ekonomi dunia sekarang ini cenderung liberal? Memang sistem ekonomi dunia ada yang berkiblat ke sosialis dan ada yang berkiblat ke liberalis yang melahirkan sistem kapitalis. Sistem ekonomi Islam tidak kapitalis tetapi juga tidak sosialis. Islam mempunyai sistem tersendiri yang berbeda dari kedua system.

Pandangan Islam Tentang Politik

Politik yang tepat adalah yang didasarkan pada aturan dan moral menurut agama. Sehingga tidak semata-mata mengenai kekuasaan saja. Namun juga mengenai tujuan dari adanya politik dalam pemerintahan itu sendiri. Dalam tanya jawab tentang politik islam ini akan menjelaskan mengenai bagaimana politik dalam pandangan islam.

Politik yang didasarkan pada agama itu sendiri tidak merujuk pada perebutan kekuasaan atau kedudukan. Kita tahu bahwa di era yang semakin maju ini, kekuasaan dan kedudukan menjadi salah satu hal yang diperebutkan. Dengan banyaknya orang yang semakin haus akan kekuasaan. Jika melihat dari sisi agama islam, politik ini harusnya menjadi sesuatu yang fungsinya adalah memelihara, mengatur dan menata agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

Buya Dedi Azahri dalam Mutiara Pagi edisi hari ini, Senin (29/7/2024) menyampaikan bahwa politik tidak dapat dipisahkan dari Islam, ini dapat dilihat dari beberapa argumen. Argumen yang pertama adalah bahwa agama islam ini adalah agama yang mengatur semua aspek kehidupan. Sehingga Islam bukan hanya mengatur tentang ibadah, moral atau akhlak dan persoalan yang berkaitan dengan pribadi individu.Namun juga mengatur berbagai hal dalam bidang ekonomi, pendidikan, politik dan bidang-bidang lainnya.

"Ini bisa dilihat pada surat Al Baqarah ayat 275 yang menerangkan mengenai perdagangan dan larangan riba. Ini bukti bahwa Islam mengatur berbagai aspek kehidupan, seperti bidang ekonomi misalnya. Termasuk juga politik. Itulah kenapa pemimpin memerlukan sifat yang mendukung untuk kepemimpinannya. Apalagi seorang pemimpin harus memikirkan segala kepentingan rakyatnya. Begitu pandang islam mengenai politik seperti yang dijelaskan pada ulasan tanya jawab tentang politik dalam islam ini," ungkapnya.

Lanjut Buya Dedi mengungkapkan dengan adanya beberapa argumen tentang politik, maka ini cukup menjelaskan bahwa politik dalam pandangan islam adalah baik. Jika itu didasarkan pada aturan agama yang benar dan moral agama. Sehingga ini akan membentuk kepemimpinan yang berjalan dengan baik juga. Politik berkaitan dengan hal-hal yang ujungnya merujuk pada kekuasaan dan ekonomi.

Pandangan Islam Tentang Sosial Budaya 

Masyarakat yang memiliki kekuatan hukum. Islam juga memandang bahwa budaya Islam adalah budaya ketuhanan yang bersumber dari Syariah dan diwujudkan dalam kitab Allah dan Rasul-Nya. Seperti Islam memberikan apresiasi terhadap budaya melalui konsep al 'adah al muhakkamah, Islam menyikapi budaya dan tradisi yang berkembang di luar Islam dengan bijaksana, korektif, dan selektif, Islam mengakui dan melestarikan budaya dan tradisi yang tidak bertentangan dengan agama, Islam memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberi kekayaan terhadap agama, Kesenian dalam Islam berperan untuk membimbing manusia kepada akhlak yang mulia, Budaya Islam, sebagai sistem nilai budaya dalam masyarakat dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah dalam Masyarakat, Islam mengajarkan keadilan, Islam melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi. 

Pandangan Islam Tentang Pendidikan

Anda sebagai mahasiswa dapat mengamati persoalan tarikmenarik antara aplikasi sistem pendidikan sekuler dan sistem pendidikan nasional yang religius. Sistem pendidikan nasional kita mengandung visi dan misi yang sarat nilai ilahiah, tetapi tidak sedikit para pakar dan praktisi. Mengapa mengawal sistem pendidikan begitu penting? Karena berbicara pendidikan, berarti berbicara arah kemajuan bangsa ini pada masa mendatang. Jika landasan pendidikan kita tidak sesuai dengan arah dasar bangsa ini, maka berarti membiarkan pada masa depan akan terjadi pengkhianatan terhadap konstitusi. Oleh sebab itu, landasan dan arah pendidikan kita tidak boleh lepas dari nilai ilahiah karena ia merupakan amanat undang-undang dan wujud denyut nadi dan nafas bangsa Indonesia yang sangat religius.

Mengapa Diperlukan Perspektif Islam dalam Implementasi Iptek, Ekonomi, Politik, SosialBudaya dan Pendidikan?

Bagaimana Anda memahami pertanyaan yang tertuang dalam sub-judul di atas? Tentu Anda paham bahwa Iptek dalam kacamata Islam tidak bebas nilai, baik secara ontologis, epistemologis maupun aksiologis. Coba pikirkan bagaimana Iptek bebas nilai, sedangkan sumber ilmu itu adalah Allah Swt! Coba Anda buktikan! Dalam kacamata Islam sumber ilmu itu terbagi dua. Pertama, ayat-ayat qur`aniyah. Dari sumber yang pertama ini munculah pelbagai disiplin ilmu, misalnya, teologi, mistisisme, ilmu hukum, politik, ekonomi, perdata, pidana dan lainya. Ayat-ayat qur`aniyah adalah wahyu Tuhan yang Allah berikan kepada Rasulullah, termaktub dalam musaf untuk kemaslahatan umat manusia. Kedua, ayat kauniah. Ayat-ayat kauniah adalah alam semesta sebagai ciptaan Allah yang diteliti dengan paradigma ilmiah dan menggunakan akal yang juga ciptaan Allah. Sumbernya adalah alam ciptaan Allah, instrumennya adalah akal manusia ciptaan Allah pula. Dari penelitian akal manusia terhadap rahasia alam ciptaan Allah ini, maka lahirlah ilmu-ilmu eksakta. Anda masih ingat eksakta adalah bidang ilmu yang bersifat konkret yang dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan serta dapat dibuktikan dengan pasti. Implementasi ilmu eksakta menghasilkan teknologi. Teknologi dalam tataran aksiologi jelas tidak bebas nilai. Demikian juga, seni yang tidak bebas nilai. Dalam tataran epistemologi seni tidak bebas nilai sebab seni hakikatnya adalah ekspresi jiwa yang suci. Kesucian jiwa menghasilkan karya seni yang jernih, suci, dan indah. Adapun hati yang kotor melahirkan ekspresi seni yang kotor pula, jorok, dan tidak beradab. Secara aksiologi seni identik dengan tekonologi yaitu tidak bebas nilai. Artinya, seni bukan untuk seni. Seni adalah keindahan, kesucian, dan sarana untuk kembali kepada Tuhan. Jika Anda terpesona melihat indahnya karya seni, atau mendengar merdunya seni baca Al-Quran, serta merta keluarlah dari mulut Anda ucapan "SubllhTabrakallhu Asanal Khliqn". Artinya, 'Mahasuci Allah, Mahaberkah Allah, Allah sebaik-baik pencipta.' Tahukah Anda bahwa sistem ekonomi yang berlaku di masyarakat Islam belum tentu Islami? Anda sebagai mahasiswa dapat mengamati dan melakukan penelitian sendiri pola ekonomi masyarakat Islam sehari-hari. Lihat pola jual-belinya, gadainya, perbankannya, asuransinya, syirkah-nya dan sebagainya. Tolok ukuran islami-atau tidak islami sebuah sistem ekonomi, adalah adakah riba dan gharar (spekulasi) di dalam prosesnya? Tolok ukur lain adakah gharar dan dharar (merugikan orang lain) dalam niat dan akadnya? Coba buka kembali penjelasan mengenai jenis-jenis riba yang pernah Anda pelajari. Syafi'i Antonio, seorang pakar ekonomi Islam, menjelaskan jenis-jenis riba sebagai berikut.

Riba qardh. Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh). 

Riba Jhiliyah. Utang dibayar lebih dari pokokknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. 

Riba Fadhl. Pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, dan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. 

Riba Nas`ah. Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. 

Riba dalam nas`ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan satu waktu dan yang diserahkan waktu berbeda.

Dalam masalah politik, perlu Anda sadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memang bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Sungguhpun demikian, negara menjamin penduduknya untuk memeluk suatu agama dan melaksanakan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. NKRI adalah negara demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusionalnya. Sistem demokrasi menjadi pilihan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedaulatan di tangan rakyat dan demokrasi merupakan sarana untuk kedaulatan yang diamanahkan kepada wakil-wakil rakyat di parlemen. Demikian juga kedaulatan rakyat diamanahkan kepada para para eksekutif untuk menjalankan roda pemerintahan. Untuk meraih kepercayaan rakyat, partai politik seyogyanya menjalankan fungsinya dengan baik dan tidak melanggar norma-norma Ilahi dan aturan main yang ditentukan. Kekuasaan harus diraih dengan pelbagai cara, tetapi tidak menghalalkan segala cara yang diharamkan. Kehidupan demokrasi akan terasa menjadi berkah dan mendatangkan kemaslahatan bagi segenap rakyat jika dibingkai dengan nilai-nilai keilahian. Demokrasi akan menjadi bencana manakala para pelakunya menjauhkan diri dari nilai-nilai Ilahi. Anda dapat mengamati sendiri apabila demokrasi tidak berjalan dengan baik dan ketika para pelakunya tidak menjadikan nilai-nilai Ilahi sebagai pegangan dalam proses dan tujuannya. Sekedar contoh Anda dapat melihat kekacauan di beberapa negara Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, Asia Selatan dan lain-lainnya. Nilai-nilai Ilahiah yang terkandung dalam fikih siysah (disebut prinsip-prinsip siysah) sepertinya tidak lagi dijadikan etika dalam perpolitikan mereka.

Prinsip-Prinsip Siysah Islam 

Al-Amnah. Kekuasaan adalah amanah (titipan), maksudnya titipan Tuhan. Amanah tidak bersifat permanen tetapi sementara. Sewaktu-waktu pemilik yang sebenarnya dapat mengambilnya. Setiap yang diberi amanah akan dimintai pertanggungjawabannya. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban menyangkut kepemimpinannya dan rakyat yang dipimpinnya". (Muttafaq Alaih). 

Al-Adalah. Kekuasaan harus didasarkan atas prinsip keadilan. Kekuasaan dalam pandangan Islam bukanlah tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kekuasaan, menurut alMawardi adalah menjaga agama, mewujudkan kesejahteraan, dan keadilan umat. Kekuasaan harus dijalankan di atas landasan keadilan dan untuk menegakkan keadilan agar tujuan utama kekuasaan tercapai yaitu kesejahteraan umat.

Al-Hurriyyah. Al-Hurriyah artinya kemerdekaan dan kebebasan. Kekuasaan harus dibangun di atas dasar kemerdekaan dan kebebasan rakyat yakni kemerdekaan dalam berserikat, berpolitik, dan dalam menyalurkan aspirasinya. Adapun kebebasan adalah kebebasan dalam berpikir dan berkreasi dalam segala aspek kehidupan. 

Al-Muswh. Al-Muswh secara etimologis artinya 'kesetaraan', 'kesamaan'. Siysah harus dibangun di atas fondasi kesamaan dan kesetaraan. Semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara dan juga berkedudukan sama di hadapan hukum. Tidak boleh ada diskriminasi karena gender, ras, agama dan kesukuan dalam politik, ekonomi, budaya, hukum dan lain-lain. Negara harus menjamin semua warga untuk merdeka dalam berpolitik dan bebas dalam kehendak dan tindakan menuju kemaslahatan. 

Tabadul al-Ijtima. Tabadul al-ijtima artinya tanggung jawab sosial. Siysah tidak lepas dari tanggung jawab sosial. Secara individual, kekuasaan merupakan sarana untuk mendapatkan kesejahteraan bagi para pelakunya, mewujudkan kesejahteraan bersama. Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan dalam bentuk pengaturan pilantropi Islam dengan baik, misalnya, dalam.

Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Filosofi tentang Konsep Islam mengenai Iptek, Politik, Sosial-budaya, dan Pendidikan

Kemajuan dalam pendidikan dan penguasaan Iptek berimplikasi terhadap kemajuan politik, ekonomi, dan budaya. Hal ini secara historis dapat Anda lacak ketika dunia Islam unggul dalam Iptek. Pada masa keemasan Islam, kekuasaan politik umat Islam semakin luas dengan ekspansinya ke pelbagai wilayah dan penguasaan dalam politik ini membawa kemajuan dalam kehidupan ekonomi umat Islam saat itu. Kesejahteraan yang merata juga mendorong kemajuan umat Islam dalam penguasaan Iptek. Akibatnya, dunia Islam menjadi sangat kuat secara politik dan ekonomi yang didasari penguasaan terhadap Iptek secara sempurna pada saat itu. Zaman keemasan Islam itu terjadi pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus, Syria (dan kemudian berkembang pula di Spanyol) serta zaman kekuasaan Dinasti Abbasiyyah yang berpusat di Baghdad, Irak. Akar-akar kemajuan yang dicapai umat Islam memang telah diletakan dasar-dasarnya oleh Rasulullah. Beliau mengajarkan kepada para sahabat bahwa menguasai ilmu itu adalah wajib. Kewajiban yang tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Kalau perlu, menurut Nabi Muhammad, kita belajar untuk dapat menguasai ilmu, meskipun harus pergi ke negeri Cina. Secara teologis, Allah telah menetapkan bahwa yang akan mendapat kemajuan pada masa depan adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan iman. Dalam sejarah, kita dapat menyaksikan kemajuan Iptek umat Islam membawa kemajuan bagi umat Islam dalam bisang ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Umat Islam makmur secara materi dan rohani, juga makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran. Dalam realitas sekarang, Anda dapat menyaksikan, bangsabangsa muslim tertinggal dalam Iptek sehingga yang menguasai dunia secara ekonomi, politik, dan budaya adalah bukan bangsa muslim. Mereka maju karena menguasai Iptek, walaupun sebagian besar mereka tidak beriman. Anda tidak perlu iri dengan kemajuan yang mereka capai. Karena kemajuan materi itu dapat dikejar dan diraih oleh semua orang dengan modal penguasaan Iptek tadi. Bangsa yang hanya menguasai Iptek saja dapat maju meskipun tidak beriman, apalagi bangsa yang menguasai Iptek dan beriman dengan iman yang benar, tentu akan lebih maju daripada mereka. Ibnu Athailah menyatakan: "Sesungguhnya Allah memberikan kemajuan materi kepada orang-orang yang Allah cintai dan kepada orang-orang yang tidak Allah cintai, tetapi Allah tidak memberikan iman kecuali kepada orang yang Allah cintai". Sikap Anda sebagai mahasiswa tidak boleh menutup diri. Sebenarnya, kemajuan yang dicapai umat Islam pada zaman silam, antara lain, disebabkan adanya interaksi antara sesama ilmuwan muslim, dan antara ilmuwan muslim dan tradisi intelektual non-muslim, misalnya para filsuf Yunani. Filsafat Islam berkembang dengan sangat cepat karena interaksi dan adaptasi dengan pemikiran rasional di kalangan mereka. Begitu juga ilmu-ilmu lainnya saling mempengaruhi bagi pembentukan dan penguatan perkembangan ilmu-ilmu di tengah masyarakat Islam.

Membangun Argumen tentang Kompatibel Islam dan Tantangan Modernisasi

Anda masih ingat bahwa modern mengandung arti 'maju' dan 'berkemajuan' dalam segala aspek kehidupan: ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Modern adalah perubahan sikap dan pandangan dari tradisional ke rasional, dari primordial ke logis dan nalar. Modernisasi merupakan proses terjadinya pemoderenan untuk kemajuan. dalam segala bidang kehidupan melalui akselerasi pendidikan dan aktualisasi teknologi. Modernisasi telah mengubah wajah dunia dari kusam menjadi bersinar, dari yang lamban menjadi serba cepat, dari yang tradisional menjadi rasional, dari yang primordial menjadi nalar.

Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Kontekstualisasi Pemahaman Islam dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi

Perlu untuk disadari bahwa modernisasi akibat kemajuan Iptek telah mengubah pola pikir, pola pergaulan, dan pola kehidupan secara masif. Industrialisasi dalam memproduksi barang dan jasa di satu sisi meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, tetapi di sisi lain membawa dampak terhadap wujudnya stratifikasi sosial yang tidak seimbang, yakni kapitalis (pemodal) dan pekerja atau buruh. Dalam proses modernisasi ini, sering kali kaum buruh menjadi lemah ketika berhadapan dengan kaum pemodal. Ketidakharmonisan antara dua pihak ini sering kali menjadi pemicu terjadinya adagium di masyarakat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sebaliknya, harus Anda akui bahwa industrialisasi membuka lapangan kerja yang sangat signifikan bagi masyarakat yang memiliki kualifikasi pedidikan yang memadai, tetapi industrialisasi juga menyingkirkan sebagian masyarakat yang minus pendidikan atau memiliki pendidikan yang tidak memadai. Terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkannya, industrialisasi telah menambah tumbuhnya kelas masyarakat menengah ke atas secara ekonomi. Petumbuhan kelas menengah ini berdampak pula terhadap perbaikan ekonomi secara global dan tumbuh suburnya sektor riil di tengah masyarakat. Kemajuan dalam bidang teknologi-komunikasi, misalnya, telah mengubah pola hidup masyarakat dalam segala aspeknya termasuk pola keberagamaannya. Perilaku keagamaan masyarakat, yang semula menganggap bahwa silaturahmi penting dan harus bertatap muka, bersua bertemu, dan berhadapan secara fisik, berubah menjadi silaturahmi cukup hanya melalui mendengar suara lewat telepon, sms, facebook, atau twitter. Gelombang informasi ini sangat deras dan pengaruhnya begitu terasa dalam segala aspek kehidupan manusia. Gelombang informasi telah menandai lahirnya generasi baru dalam masyarakat. Kemajuan seseorang diukur dari seberapa cepat ia menerima informasi yang belum diketahui orang lain. Semakin cepat ia menerima informasi itu semakin besar peluang yang akan ia dapatkan untuk kemajuan dirinya. Jelas sebaliknya, orang yang tertinggal dalam mendapatkan informasi, maka tertinggal pula kesempatan yang dapat ia raih untuk kemajuan dirinya. Secara riil Islam harus menjadi solusi dalam menghadapi dampak kemajuan industrialisasi dan derasnya gelombang komunikasi dan informasi. Islam memang agama yang secara potensial memiliki kemampuan menghadapi semua itu. Islam yang kafah memiliki doktrin yang jelas dalam teologis dan dalam waktu yang bersamaan Islam memiliki fleksibilitas hukum dalam mengembangkan dan memahami persoalan-persoalan masa kini. Peristiwa hukum, misalnya, harus dilihat secara kontekstual dan tidak secara tekstual. Islam dipahami secara rasional tidak sekedar dogma. Islam sebagai agama rasional adalah agama masa depan, yaitu agama yang membawa perubahan untuk kemajuan seiring dengan kemajuan kehidupan modern. Sebaliknya, Islam yang dipahami secara tekstual dan dogmatis akan sulit eksis dan sulit beradaptasi dengan lingkungan kemajuan yang semakin cepat perubahannya. Islam kontekstual akan menjadi solusi dan pemandu dalam memecahkan pelbagai problem kehidupan umat manusia. Islam yang dipahami secara tekstual akan menjadi penghambat kemajuan, padahal Islam merupakan ajaran yang berkarakter rasional, fleksibel, adaptable, dan berwawasan ke masa depan. Menurut Kuntowijoyo, ada lima program reinterpretasi untuk memerankan kembali misi rasional dan empiris Islam yang bisa dilaksanakan saat ini dalam rangka menghadapi modernisasi. Program pertama adalah perlunya dikembangkan penafsiran sosial struktural lebih daripada penafsiran individual ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu di dalam Al-Quran. Program kedua adalah mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir objektif. Tujuan dilakukannya reorientasi berpikir secara objektif ini adalah untuk menyuguhkan Islam pada cita-cita objektif. Kuntowijoyo memberikan contoh ketentuan zakat. Secara subjektif, tujuan zakat memang diarahkan untuk pembersihan jiwa kita. Akan tetapi, sisi objektif tujuan zakat adalah tercapainya kesejahteraan sosial. Program ketiga adalah mengubah Islam yang normatif menjadi teoretis. Selama ini, kita cenderung lebih menafsirkan ayat-ayat Al-Quran pada level normatif dan kurang memperhatikan adanya kemungkinan untuk mengembangkan norma-norma itu menjadi kerangka teori ilmu. Secara normatif, kita mungkin hanya dapat mengembangkan tafsiran moral ketika memahami konsep tentang fuqar` dan maskn. Kaum fakir dan miskin paling-paling hanya akan kita lihat sebagai orang-orang yang perlu dikasihani sehingga kita wajib memberikan sedekah, infaq, atau zakat kepada mereka. Dengan pendekatan teoretis, kita mungkin akan dapat lebih memahami konsep tentang kaum fakir dan miskin pada koteks yang lebih riil dan lebih faktual sesuai dengan kondisi-kondisi sosial, ekonomi, dan kultural. Dengan cara itu, kita dapat mengembangkan konsep yang lebih tepat tentang fuqar` dan maskn itu pada kelas sosial dan sebagainya. Dengan demikian, kalau kita berhasil memformulasikan Islam secara teoretis, banyak disiplin ilmu yang secara orisinal dapat dikembangkan menurut konsep-konsep Al-Quran. Program keempat adalah mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis. Selama ini pemahaman kita mengenai kisah-kisah yang ditulis dalam Al-Quran cenderung sangat bersifat ahistoris, padahal maksud Al-Quran menceritakan kisah-kisah itu adalah justru agar kita berpikir historis. Program kelima adalah merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi formulasi-formulasi yang spesifik dan empiris. Misalnya, Allah mengecam sirkulasi keuntungan hanya di sekitar orangorang kaya saja. Secara spesifik, sebenarnya Islam mengecam monopoli dan oligopoli dalam kehidupan ekonomi-politik.

Kesimpulan 

Peran Islam Dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi Islam mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai cara untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Dan Islam memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan modernisasi. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam secara kontekstual dan rasional, umat Islam dapat mencapai kemajuan dan kesejahteraan, serta menjadi solusi bagi permasalahan global. ini membahas pandangan Islam tentang berbagai aspek kehidupan, Seperti;

Iptek: Islam mendorong pengembangan iptek dan melihatnya sebagai alat untuk menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas hidup.

Ekonomi: Islam memiliki sistem ekonomi sendiri yang berbeda dari kapitalisme dan sosialisme, menekankan keadilan dan menghindari riba.

Politik: Islam memandang politik sebagai alat untuk menjaga keadilan dan kesejahteraan, menekankan pentingnya kepemimpinan yang bermoral dan bertanggung jawab.

Sosial Budaya: Islam mendorong budaya yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan dan keadilan, serta menghargai budaya lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Pendidikan: Islam menekankan pentingnya pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai ilahiah untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia dan mampu menghadapi tantangan modernisasi.

Sera pentingnya kontekstualisasi pemahaman Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi. Penulis menekankan bahwa Islam adalah agama yang rasional, fleksibel, dan adaptif, sehingga mampu memberikan solusi untuk masalah-masalah kontemporer. pentingnya reinterpretasi Islam agar tetap relevan dalam konteks modern. Penulis mengutip Kuntowijoyo yang mengemukakan lima program reinterpretasi Islam:

Penafsiran Sosial Struktural: Memfokuskan pada penafsiran Islam yang lebih luas dan mencakup struktur sosial, bukan hanya individu.

Berpikir Objektif: Mengubah cara berpikir subjektif menjadi objektif untuk menyuguhkan Islam pada cita-cita objektif.

Islam Teoretis: Mengembangkan norma-norma Islam menjadi kerangka teori ilmu.

Berpikir Historis: Memahami kisah-kisah dalam Al-Quran dengan perspektif historis.

Formulasi Spesifik dan Empiris: Merumuskan ajaran Islam secara spesifik dan empiris, agar lebih mudah diterapkan dalam kehidupan modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun