"Jangan lupa, dimakan tepat waktu," pesan Ninin sembari menyodorkan bekal makanan yang sudah disiapkan.
*
Nabila demam, walau tidak terlalu tinggi. Beberapa malam balita itu terus mengigau, memanggil mendiang ayahnya. Mungkin ia rindu. Karta meninggal dunia dua hari setelah perbincangan pagi itu dengan Ninin. Sebuah kecelakaan kerja merenggut nyawanya, tubuhnya tergelincir dari ketinggian 60 meter saat hendak turun dari tangga tower yang basah karena gerimis.
Bukan tak ingin memeriksakan Nabila ke dokter, namun apa daya, kematian Karta tak menyisakan apa pun selain luka. Perusahaan tempatnya bekerja hanya mengirimkan karangan bunga dan uang yang tak seberapa. Gaji terakhir tidak cair, dengan alasan kematian Karta akibat ulahnya sendiri yang tidak mengenakan perlengkapan keamanan sesuai standar yang ada. Berusaha mati-matian memperjuangkan haknya dan Nabila bagai anjing menyalak di ekor gajah, sia-sia.
Bantuan tetangga sudah sampai di akhir masanya. Ninin tak ingin bantuan berakhir dengan cibiran. Tabungan? Jangan diharapkan. Gaji Karta yang tidak seberapa hanya habis dipakai untuk membayar rumah kontrakan kecil dan makan sehari-hari. Sesungguhnya kedatangan Karta enam tahun yang lalu adalah sebuah anugerah. Walaupun hidup sederhana, pria itu benar-benar menyelamatkan hidupnya. Sayangnya takdir tak membiarkan senyumannya mengembang sedikit lebih lama. Ninin harus bangkit dari sebuah kehilangan. Nabila harus tetap bertumbuh dan tidak kekurangan kasih sayang.
Hari ini ulang tahunnya, jangankan kue ulang tahun untuk ditiup, sepiring nasi pun tak ada untuk dimakan. Wanita itu mengetuk-ngetuk jari-jari lentiknya di layar ponsel, menunggu kabar dari seseorang.
Seketika ponsel Ninin berdering. Sebuah suara dari ujung sambungan telepon mengabarkan sesuatu yang menggembirakan, terlihat mata Ninin terbuka lebar, berbinar, wajahnya berubah cerah juga sumringah. Asuransi jiwa mendiang suaminya berhasil cair, di ujung pembicaraan Ninin mengucapkan banyak terima kasih pada si penelepon. Akhirnya kepedihan ini akan menghilang.
Saat itu juga Ninin memesan sebuah kue ulang tahun secara online, juga beberapa makanan untuk merayakan malam ulang tahunnya. Nabila yang masih sedikit demam dibangunkan dengan ciuman hangat, mereka berdua duduk di meja makan dan meniup lilin bersama. Ingatan tentang kehilangan Karta sementara disingkirkan.
*
Tepat tiga tahun berlalu ...
Sudah tak ada lagi rumah kontrakan, tak ada lagi kekhawatiran dengan kemiskinan. Sekali pun masih terlihat berpenampilan sederhana, Ninin yang cantik kini sudah hidup berkecukupan. Bermodalkan uang dari asuransi kematian Karta, Ninin bisa memiliki sebuah bisnis yang meraup keuntungan besar. Hal itu yang kemudian membawanya berkenalan dengan seorang pria mapan bernama Danang. Cukup dengan pendekatan selama tiga bulan, Danang meminang janda anak satu itu tanpa ragu.