quote yang dibuat. Keempat, menulis dengan tujuan sebagai terapi jiwa.
Setelah memaparkan keempat tujuan menulis, Bunda Sinta memberikan pertanyaan kepada
seluruh peserta. Bisakah kita menulis untuk mendapatkan keempat hal di atas? Seorang peserta
menjawab bisa tapi peserta lain lalu menimpali bahwa tidak bisa. Bunda Sinta menyampaikan bahwa
tidak ada jawaban benar atau salah. Ada beberapa buku yang berangkat dari kisah terapi jiwa sang
penulis tapi biasanya itu dipublikasikan setelah penulis merasa sembuh terhadap terapi jiwanya. Hal ini
terjadi karena ketika kita menulis untuk terapi maka kita butuh ketenangan. Tak hanya itu menulis untuk
terapi juga akan mengekspos diri kita sampai jauh terdalam hal-hal yang kelam maupun abu-abu dari
kita. Jadi, sebaiknya jangan buru-buru untuk posting atau di publikasikan. Misalnya kita sedang marah
lalu menulis segala macam kejelekan orang yang menyebabkan kita marah. Tentu saja, hal tersebut
tidaklah bijak. Sebaiknya kita tuliskan saja apa yang menjadi kegundahan kita tanpa perlu posting atau