Orang Cerdas Yang Banyak Mengingat Kematian
Masih ingatkah kita pada berita yang menggemparkan se-Indonesia pada 4 November 2021 lalu?
Berbagai media marak memberitakan adanya Pajero putih yang melaju melebihi batas kecepatan di tol
lalu menabrak dinding pembantas jalan. Tragisnya, dua orang meninggal di tempat karena kejadian
tersebut dan dua orang mengalami luka-luka yang salah satunya seorang anak kecil yang belum genap
berusia 2 tahun. Publik juga semakin berempati karena penyebab kecelakaan ini terbukti adanya
kelalaian sopir yang bermain HP saat mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
Bagaimanakah perasaan kita setelah mendengar berita tersebut? Pastinya ada rasa sedih
bercampur kecewa dan amarah. Sedih karena kejadian ini sampai menewaskan sepasang suami istri dan
membuat seorang anak kecil yang masih polos menjadi yatim piatu. Begitupun rasa kecewa dan amarah
dapat kita rasakan karena sangat menyayangkan kelakuan sang sopir yang seharusnya sangat bisa lebih
berhati-hati dalam mengendarai mobil.
Bagi kita yang saat ini masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara segar setiap harinya, kejadian ini memberi pesan untuk lebih berhati-hati dan selalu mengingat kematian. Karena kematian bisa datang kapan saja, dimanapun berada dan dalam kondisi apa pun termasuk di kala badan terasa sehat-sehatnya. Untuk itulah Rasulullah SAW menyampaikan salah satu ciri dari orang yang cerdas adalah yang banyak mengingat kematian.
Seperti yang disampaikan Rasulullah SAW dari Ibnu Umar, dia berkata :"Aku bersama Rasulullah
SAW, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada Beliau, kemudian mengucapkan salam kepada
Rasulullah SAW, lalu dia bertanya: "Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling
utama?" Beliau menjawab, "Yang paling baik akhlaknya di antara mereka." Dia bertanya lagi: "Manakah
di antara kaum mukminin yang paling cerdas?" Beliau menjawab, "Yang paling banyak mengingat
kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itulah orang-
orang yang cerdas." (HR. Ibnu Majah).
Selain yang telah disebutkan oleh  Rasulullah SAW sebagai orang yang cerdas karena banyak mengingat kematian. Dengan mengingat kematian kita juga akan mendapatkan berbagai hikmah, antara lain :
1. Mencegah Kemaksiatan
 "....maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan
walau sedikitpun." ( QS. An -- Nahl : 61 )
Kematian adalah satu kata yang membuat kita merinding. Jika kita ditanya sudah siapkah
kita menghadapi kematian? Mungkin banyak dari kita yang akan menjawab, belum siap atau
tidak siap. Namun, sayangnya itu semua sudah diatur oleh Allah SWT. Ada pun kapan dan
dimana adalah rahasia Allah yang hikmahnya membuat kita seharusnya berhati-hati dalam
berperilaku. Mengingat kematian adalah alarm diri buat kita untuk menjauh dari kemaksiatan.
Setiap kita memiliki niat jahat atau berbuat maksiat ingatlah kematian selalu mengintai
dimanapun kita berada.
2. Melunakkan Hati yang Keras lagi Sombong
 "Demi Allah, dunia ini dibandingkan akherat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke
laut; air yang menetes di jarinya ketika diangkat itulah nikmat dunia." (HR. Muslim)
Kematian menyadarkan kita bahwa kita hanyalah seonggok daging yang bernyawa. Apa
pun yang menempel dan melekat pada kita semuanya milik Allah SWT. Kapan pun Allah
memintanya kembali kita tidak punya kuasa menolak atau menundanya. Jabatan, harta
benda, keluarga bukanlah milik kita. Segala kenikmatan yang Allah berikan di dunia tidak ada
artinya dengan kenikmatan yang akan Allah berikan di akhirat. Untuk itu pantaskah kita
sombong dan berbangga diri? Seluruh harta benda, perhiasan dan kemewahan yang begitu
gigih kita kumpulkan akan ditinggalkan, hanya amal shalih yang akan setia mendampingi.
3. Meringankan Rasa Derita akan Ujian Hidup
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati....." (QS. Al anbiyaa:35)
Setiap kita tidak akan lepas dari ujian. Terkadang beratnya ujian membuat kita putus
asa. Dengan mengingat kematian kita akan menyadari bahwa ujian tak selamanya. Di depan
ada kenikmatan Allah yang dijanjkan buat kita yang bersabar dalam ujian.
Kesibukan dunia terkadang membuat kita lupa bahwa nantinya kita akan kembali padaNya.
Kelak kita akan dihisab, diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT, "Pada hari ketika lidah,
tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS.
An. Nur ; 24).
Sebelum tamu agung bernama kematian hadir, mari bersungguh-sungguh mempersiapkan bekal
untuk kehidupan setelah kematian. Karena hidup di dunia sejatinya adalah untuk mempersiapkan
kematian dan hari setelahnya. Semoga kita semua termasuk orang cerdas yang menerima rapor amal
dengan tangan kanan. Semangat!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H