Aku hanya  mengangguk-ngangguk tanda setuju. Mungkin wanita ini menderita phobia pengemis atau apalah alasan lain dia membenci pengemis. Kereta terus melaju cepat menyusuri Rel. Hingga kemudian berhenti sejenak di stasiun Cawang
"Ngomong-ngomong ini sudah di stasiun mana yah, Mbak?'" tanya wanita itu tiba-tiba
"Stasiun Cawang Mbak" jawabku singkat
"Anu saya ini Phobia gelap, kata teman saya nanti di Cawang kita akan melewati lorongkan. Bisa ga saya memegang Mba nanti selama melewati lorong itu" katanya ragu-ragu. Aku menatap wanita itu prihatin, orang yang Phobia bisa pingsan. Aku berpikir sebentar. Ya sudahlah tidak masalah lorong itu tak panjang-panjang amat, hanya 30 detik. Apa salahnya seh di sentuh la wong sama-sama perempuan ini.
"Oh silahkan saja Mbak, Mbak bisa pegang tangan saya." Tawarku
"Terima kasih, Mbak." Ujar wanita itu tersenyum.
Ketika kami melewati Lorong gelap antara stasiun Cawang dengan Kalibata Wanita itu memegang lenganku kuat.
"Terima kasih yah, Mbak." katanya tersenyum manis ketika sudah melewati lorong itu kereta berhenti di Kalibata
"Kembali kasih, Mbak."Jawabku. Tiba-tiba wanita itu berdiri
"Lah, mau kemana Mbak? Bukanya Mbak turun di Pasar Minggu yah?" Aku bertanya bingung.
"Ga, Mbak. Saya turun di Kalibata saja." Katanya cepat lalu segera turun dari kereta  setangah berlari menghilang di stasiun Kalibata. Aku menatap wanita itu dari balik jendela kereta yang pelan-pelan sudah meninggalkan Kalibata. Kembali pedagang-pedangang lalu-lalang menawarkan dagangan. Tiba-tiba bocah pengemis yang tadi datang meminta pertama kali datang menghampiriku lagi.