Selama liburan musim panas dari studinya di Stanford, Elizabeth mengisi waktunya dengan bekerja di Genome Institute of Singapure untuk mengerjakan chip komputer yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan virus SARS dalam tubuh.Â
Dari kesempatan bekerja tersebut kemudian Elizabeth tertarik untuk mengembangkan perangkat medis yang lebih efisien yaitu Theranos.Â
Theranos merupakan gagasan dan ide Elizabeth untuk menciptakan sebuah perangkat diagnostik medis melalui pengujian darah. Akan tetapi di tahun kedua studinya, Elizabeth memutuskan untuk meninggalkan Stanford (dropout) untuk meluncurkan Theranos.Â
Adapun keputusan yang diambilnya tersebut terinspirasi dari kisah tokoh-tokoh sukses dan kaya yang memilih dropout dari kampus, seperti Steve Jobs, Bill Gates, Elon Musk, Mark Zuckerberg, dan masih banyak lagi. Yang mana, Elizabeth muda sangat mengidolakan sosok Steve Jobs, pendiri Apple.Â
Menurut saya, keputusan Elizabeth untuk dropout dari kampus merupakan keputusan yang kurang tepat. Sebab, untuk mengembangkan bisnis di bidang kesehatan, saya rasa butuh ilmu yang matang mengingat hasil dari ide bisnis Elizabeth tersebut (Theranos) akan didistribukan dan berdampak bagi kesehatan banyak orang.Â
Jika ilmu yang diemban masih kurang, perangkat kesehatan tersebut dapat berbahaya bagi kesehatan manusia (bisa jadi salah diagnosis, ataupun hal buruk lainnya). Dua tahun pendidikan rasanya ilmu yang didapatkan masih kurang untuk berani menciptakan suatu bisnis yang besar.
Theranos
Dibalik keputusan dropout yang dinilai kurang tepat, dapat diakui bahwa ide dan konsep Theranos yang digagas Elizabeth cukup inovatif, revolusioner, dan bermanfaat bagi dunia medis.Â
Theranos merupakan sebuah perusahaan yang difokuskan untuk mengembangkan layanan pengujian laboratorium minimal invasif (meminimalkan luka). Perbandingan antara proses Theranos dengan tes darah pada umumnya yaitu, tes darah pada umumnya mengandalkan penarikan 5-10 ml darah melalui jarum besar untuk mengisi satu tabung untuk setiap tes yang diminta oleh dokter.Â
Proses tersebut acap kali menyakitkan bagi pasien dan mahal bagi operator asuransi, dan para ahli khawatir bahwa prosedur tersebut terasa berat bagi pasien yang masih belia, lansia, atau yang memiliki rasa takut berlebih terhadap jarum suntik.Â
Di sisi lain, proses Theranos hanya membutuhkan sampel yang jauh lebih kecil/sedikit (hanya membutuhkan beberapa tetes diambil dari tusukan jari) sudah cukup untuk menyediakan bahan baku tes diagnostik perusahaan, dan tentunya jauh lebih tidak menyakitkan dan lebih murah dibandingkan tes darah biasanya. Elizabeth juga mengklaim bahwa tes ini dapat secara instan mendeteksi kondisi medis seperti kanker dan kolestrol tinggi.