Mohon tunggu...
Maratini Aisya
Maratini Aisya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

lanjut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Persiapan Psikologis Kembali ke Sekolah Pasca Pandemi COVID-19

12 November 2022   12:30 Diperbarui: 12 November 2022   12:53 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cnnindonesia.com/

Kembali ke Sekolah

Berdasarkan penelitian Zhan dkk (2021) pada orangtua di Cina, bahwa kemauan orangtua untuk mengizinkan anak-anaknya kembali ke sekolah adalah karena faktor keefektifan belajar. Dengan mempertimbangkan faktor pribadi dan lingkungan, sebagian besar orangtua tidak puas dengan efek pembelajaran daring di rumah dan menyatakan kesediaan mereka untuk mengirim anak mereka kembali ke sekolah dan melanjutkan kelas; namun, mereka juga khawatir tentang keadaan COVID-19 dan kemampuan perlindungan diri anak-anaknya. Perkembangan siswa sangat bergantung pada suasana pergaulan, jadwal yang teratur, dan dukungan lingkungan dari sekolah, yang hampir tidak dapat dicapai dengan pembelajaran daring dari rumah. Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa upaya bersama masyarakat, sekolah, dan keluarga diperlukan dalam masalah siswa kembali ke sekolah setelah pandemi COVID-19.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan dan menjaga kesehatan mental siswa sekembalinya ke sekolah adalah dengan mengajarkan beberapa keterampilan psikologis kepada siswa. Keterampilan psikologis ini akan membantu siswa dalam menghadapi situasi sulit dan berat yang mungkin mereka hadapi. Materi keterampilan psikologis yang akan diberikan adalah manajemen stres, manajemen amarah, pengaturan diri, mindfulness, dan perilaku prososial.

Stress Management

Stres adalah bagian dari kehidupan yang juga dialami oleh anak-anak. Misalnya karena banyak tugas sekolah, tidak bisa mengikuti pelajaran di kelas, harus berjauhan atau berpisah dengan orang yang kita cintai. Daripada menghilangkan semua stres yang dirasakan, jauh lebih baik mengajarkan cara mengelola stres agar siswa menjadi tangguh mampu bangkit dari situasi sulit.

Anger Management

Memiliki manajemen amarah yang baik berarti memiliki kemampuan untuk merasakan, memahami, dan mengekspresikan emosi secara efektif. Siswa yang mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan benar akan membantu meringankan beban psikologisnya. Manajemen stres dan emosi membantu individu mencapai pengaturan diri. Pengaturan diri adalah kemampuan untuk tetap tenang, mengatasi emosi yang besar, beradaptasi, dan merespons sesuai dengan situasi dan lingkungan. Pengaturan diri memainkan peran penting dalam hubungan, kesejahteraan, dan kesuksesan dalam hidup. Individu yang dapat mengelola emosi dan mengontrol perilakunya akan lebih baik dalam mengelola stres, menghadapi konflik, dan mencapai tujuannya.

Mindfulness

Untuk membantu mengelola emosi yang intens selama transisi kembali ke sekolah jasmani, sekolah harus merencanakan untuk memasukkan kesempatan bagi siswa untuk mempraktikkan pengaturan emosi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu cara sekolah dapat melakukan ini adalah dengan memperkenalkan kebiasaan mindfulness kepada siswa dari waktu ke waktu. Mendorong siswa untuk fokus pada kebiasaan ini membantu mereka menjadi lebih bahagia, tidak cemas, dan lebih siap untuk menerima tantangan hidup yang datang. Latihan mindfulness dalam rutinitas sekolah, sepanjang kegiatan sekolah, dan di ruang kelas akan menumbuhkan koneksi dan resiliensi pada siswa dan akan membantu mengajari siswa keterampilan yang mereka butuhkan untuk membantu mengelola kecemasan dan stres.

Perilaku Prososial 

Membantu orang lain memunculkan perasaan yang lebih baik dalam diri mereka, bahkan membuat mereka bahagia. Membantu orang lain atau perilaku prososial pada anak akan meningkatkan kompetensi sosial, kerjasama, keharmonisan, dan masyarakat yang damai. Perilaku prososial (membantu, berbuat baik, mendukung, berkolaborasi) membantu mengurangi efek negatif stres terhadap kesejahteraan emosional (Raposa dkk., 2016). Jadi, di masa pandemi ini, membantu orang lain saat kita juga mengalami kesulitan sama seperti membantu diri kita sendiri. Selain itu, perilaku prososial dapat menimbulkan rasa terhubung dengan orang lain yang mungkin hilang akibat efek karantina di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun