kecil) menudingnya Â
Penggalan puisi di atas menyebutkan kata 'mawar' dan 'bunga rumput' yang sama halnya menjelaskan mengenai aspek alam. Contoh terakhir mengenai konsep cinta kepada alam yang dilihat dalam karya sastra puisi Sapardi adalah:
siapa menggores di langit biru
siapa meretas di awan lalu
siapa mengkristal di kabut itu
siapa mengertap di bunga layu Â
Dalam penggalan puisi diatas yang berjudul "Sonet: X" terdapat beberapa kata yang bertajuk alam, seperti kata 'langit biru', 'awan', 'kabut', 'bunga'. Dari beberapa contoh di atas saya mencoba menyimpulkan bahwa dicurigai Sang Penyair Sapardi adalah seseorang yang mengagumi dan mencintai alam. Hal tersebut dapat dilihat dan didasari dengan puisi-puisi Sapardi yang banyak menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan alam sebagai aspek visual dalam karya sastra puisinya.
Beralih pada konsep terakhir yaitu mengenai konsep cinta kepada Tuhan. Konsep ini seakan menjadi aspek yang sangat penting untuk dimiliki seorang insan manusia. Dalam agama islam, setiap insan yang diciptakan oleh di muka bumi merupakan seorang hamba dan tujuan utamanya adalah sebagai khalifah Allah. Allah memberikan hadiah kepada seorang hamba yang taat berupa surga, sedangkan Allah memberikan balasan berupa neraka bagi seorang hamba yang lalai dan berpaling dari-Nya. Namun yang menjadi aspek pokok dalam beribadah adalah ketulusan penghambaan kepada Allah seperti yang dijelaskan menurut (Backry, 2018) manusia beribadah bukan karena ingin mendapatkan surga dan bukan  karena  takut  terhadap  neraka,  melainkan  karena  ketulusan penghambaan  kepada  Allah.
Konsep terakhir mengenai cinta kepada Tuhan jika dalam sajak-sajak Sapardi dapat dilihat dalam penggalan puisi yang berjudul "Dalam Doaku" (1989) yang terdapat pada buku antologi puisi Hujan Bulan Juni pula. Penggalan puisi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
/Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit../
/Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,../