Lalu, secepat kilat Rahma membalas.
"Ketawa doang gak bisa ngasih solusi tau!"
Setelah membaca, ia membalas "Aku lagi djalan", Ishak mengharu biru jika gadis pujaannya itu khawatir padanya. Dan seperti biasa Ishak selalu berteka-teki padanya, Pikirnya ia akan memberikan kenyataan yang indah untuk Rahma, namun bukan saatnya. Karena dalam waktu dekat ini uang yang dikumpulkan untuk menikahi Rahma akan terkumpul, ia benar-benar tak sabar menunggu hari itu. Â Lalu ia langsung tancapkan gas kembali.Â
Sampai di  Cileduk, belum sampai digang rumah temannya, ia melihat ada lima unit mobil pemadam kebakaran. "Astagfirullaaladzim, ada apa ini" Ishak membatin. Lalu ia secepat kilat memarkirkan motornya di pinggir jalan, dan berjalan dengan langkah lebar menuju gang rumah temannya.
Waktu jam tangannya, sudah menunjukan jam sepuluh lebih seperempat jam. Ia melihat pemandangan yang mengerikan, kepulan asap hitam, dan api bermain ayunan di rumah-rumah, termasuk diatas rumah temannya. Tangisan dan jeritan terdengar melengking diudara. Petugas pemadam, dengan sekuat tenaga mendorong dan sesekali mundur mengusir api itu dengan selang besar.
"1,2,3, semprot..." teriak salah satu komando petugas pemadam.
"Mundur..." teriak lagi. Karena ada ledakan, serta api berkobar-kobar diayun oleh angin malam.
Ia bingung, berusaha mencari temannya dari kerumunan korban kebakaran. Ia melihat ada seorang ibu yang pingsan yang dibiarkan begitu saja, anak-anak menangis. Begitupun seorang kakek, ia menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
"Astagfirullahaladzim.." Ia berulang-ulang beristigfar dalam hatinya, sambil mencari-cari sosok temannya. Dan ia pun tertuju pada lelaki yg menaruh kepalanya pada tangannya, ia menangis terisak-isak.
"Na, maulana..."
"Maulana, ini aku Ishak..!"