"La, rokok dilaciku kau buang yaa?" Hafis mengalihkan pembicaraan. "Tidak bang, aku simpan kupindahkan , Ramzi suka membuka lacimu." jawab Laila sambil beranjak mengambil rokok suaminya. "Tumben, biasanya kau buang diam-diam!". "Aku sedang berusaha mengertimu, Bang."ucap lembut Laila. Mendengar ucapan Laila, Hafis mengecup kening isterinya.Â
"Ramzi dimana?" Tanya Hafis. "Dia sedang bermain ayunan di belakang" jawab Laila. Hafis segera ke belakang rumah menemui buah hatinya itu. Ketika keluar ia mendapati ketiga buah hatinya. Kayla menggendong Ramzi, dan Dimas mendorong ayunan dari belakang. Pemandangan surga, ia terhenti dengan rasa yang mengharukan. Laila memeluk Hafis dari belakang pintu. "Apa kau sudah mengerti tentang dunia, sayang?" ucap Laila. Hafis mengecup kening Laila " Terima kasih sayang." ucap Hafis sambil membalas pelukan Laila.
Pikir keduanya, tidak perlu diceritakan tentang ketidakbaikan seseorang apalagi orang terdekat orang yang dicintai. Meski seperti memikul banyak beban yang tak pernah dilakukan. Melangkah seperti dikejar anjing galak. Tapi itulah ilustrasi yang dirasakan orang sabar. Meski perlahan dan masih saja terjatuh, dan perlahan bangkit kembali. Hakikatnya sebuah konsisten dalam bersikap baik dibutuhkan untuk melihat surga di wajah-wajah orang tercinta.
                                         Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H