Mohon tunggu...
Aisyah Safitri Hayati
Aisyah Safitri Hayati Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Instructor, Asesor and Writer

Aktif mengajar di SMKN 31 Jakarta, Instruktur dan asesor di LSP P2KPTK2 Jakarta Pusat- BNSP, Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surga di Wajah Anak-Anakku

14 Februari 2023   13:34 Diperbarui: 14 Februari 2023   13:46 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Biar sayang biar kata orang apa, yang terpenting kamu pergi besama anak-anakmu tidak menimbulkan fitnah!" Laila.

"Kau baik sekali sayang." Hafis sambil memegang janin Laila yang sudah berusia dua bulan.

Meski awal kesalahannya ada pada Rany, tapi semua masalah seperti diputar balikan. Seakan-akan dalang dari permasalahannya adalah Hafis. Terutama dimata anak-anaknya. Tapi Hafis menerima dengan baik, waktu yang akan menjawabnya. Pikir anak-anaknya, ayahnya telah meninggalkan mereka demi Laila.

Padahal pada kenyataanya, ayahnya telah berpisah dengan ibunya sudah tiga tahun. Bahkan Hafis sudah mengajak untuk rujuk, dan memaafkan apa yang telah dilakukan Rany dengan Beno terhadapnya. Tapi Rany menolaknya, karena Hafis sudah tak mempunyai apa-apa.

Diputuskanlah hati Hafis pada gadis usia dua puluh empat tahun, Laila. Meski usianya terpaut jauh dua belas tahun. Laila seperti orang tua berwujud muda.

---

Setelah lima tahun pernikahannya dengan Laila. Hampir Hafis lupakan tentang harapan Kayla dan Dimas bisa menerima Ramzi, anaknya dari Laila. Ia tak bisa hidup berlama-lama dalam dua cabang yang terpisah. Kekuatannya hanya pada anak-anak dan isterinya.

Musim hujan kini telah pergi, kini kembali matahari bertengger pada siang hari Hakikatnya dunia ini berbentuk bola, selalu berputar dan subjeknya adalah Tuhan. Semua sisi dapat dirasakan, adil. 

Hari di bumi Djakarta mulai meninggalkan sore, lembayung kuning menyambut petang. Lelaki yang kini berusia empat puluh tiga tahun itu merasa kesabarannya sia-sia. Meski pekerjaan yang sempat ia abaikan kini ia dapatkan kembali. Pikirnya tak ada gunanya.

 Sudah seminggu ia meninggalkan Laila dan Ramzi ke Balikpapan untuk tugas yang dibebankannya. Lelaki yang rambutnya sebagian memutih itu ragu melangkahkan kakinya ke rumah.

Ia mendapati isterinya sedang menutup jendela kamar. Ia mengagetkan dengan sebuah pelukan hangat. "Aku tidak bisa mengerti tentang dunia ini, sayang" Ucap Hafis pada isterinya. "Jika demikian artinya engkau juga tidak dapat mengertiku?" jawab Laila sambil melepas dasi dari leher suaminya itu. Ia duduk terdiam tidak menjawab seperti mengiyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun