Pernahkah Anda merasa lelah secara fisik dan emosional meskipun tidak melakukan pekerjaan berat? Atau mungkin kehilangan semangat terhadap hal-hal yang biasanya Anda nikmati? Hal ini akan menjadi bahaya loh jika dibiarkan. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh, menyebabkan masalah kesehatan fisik seperti gangguan tidur, tekanan darah tinggi, atau penyakit kronis lainnya.
Di era modern, generasi muda menghadapi berbagai tekanan yang beragam, seperti target akademik yang tinggi, persaingan di dunia kerja, ekspektasi sosial, serta pengaruh media sosial. Studi menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap tekanan tersebut dapat menyebabkan burnout, yang berdampak pada penurunan produktivitas, motivasi, dan bahkan kesehatan mental secara keseluruhan. Burnout tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada lingkungan sekitar, seperti keluarga, tempat kerja, atau institusi pendidikan. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk mengenal gejala-gejala burnout dan mempelajari strategi untuk mengelolanya secara efektif. Dengan pemahaman yang lebih baik, anak muda dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan mencegah dampak negatif jangka panjang.
Apa Itu Burnout?
Burnout adalah rasa lelah secara fisik maupun psikologis. Setiap individu memiliki kemungkinan mengalami burnout. Istilah burnout diperkenalkan oleh tokoh bernama Bradley pada tahun1969. Namun, burnot digagas dan ditemukan oleh Herbert Freudenberger, seorang psikolog klinis asal New York. Dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1974 Freudenberger menggambarkan bahwa burnout pada manusia sama halnya dengan suatu bangunan, pada awalnya berdiri dengan tegak dan kokoh dengan berbagai kegiatan yang dilakukan didalamnya. Namun, ketika mengalami kebakaran hanya terlihat kerangka luarnya saja. Sama halnya dengan manusia ketika mendapat hantaman akan mengalami kelelahan yang terlihat utuh diluarnya namun di dalamnya kosong dan mengalami masalah.
Penyebab Terjadinya Burnout
Banyak hal yang dapat menyebabkan remaja menjadi burnout, biasanya kerena tekanan yang berasa dari berbagai aspek kehidupan mereka, baik akademik, sosial maupun emosional. Mari kita simak penyebab utama yang dapat membuat burnout dikalangan anak muda.
1. Tekanan akademik yang tinggi
Generasi muda sering kali mengalami tekanan akademik tinggi akibat beban tugas seperti pekerjaan rumah, proyek, dan ujian yang padat dalam waktu singkat. Hal ini, ditambah dengan ekspektasi keluarga yang tinggi, membuat mereka merasa kewalahan.
2. Kurangnya waktu untuk diri sendiri
Remaja sering kali memiliki jadwal yang padat dengan kegiatan seperti sekolah, les, dan ekstrakurikuler, sehingga sulit menemukan waktu untuk dirinya sendiri. Akibatnya, mereka kesulitan menemukan hobi atau mengembangkan bakat, yang dapat berkontribusi pada kelelahan mental dan fisik serta risiko burnout.
3. Tekanan Sosial
Generasi muda sering menghadapi tekanan untuk mencapai prestasi akademik tinggi dan memenuhi harapan orang tua yang ketat, yang bisa menimbulkan stres jika mereka merasa tidak mampu memenuhi standar tersebut. Selain itu, membandingkan diri dengan teman sebayanya dalam hal akademik, penampilan, atau kemampuan lain juga dapat memicu persaingan dan tekanan tambahan.
4. Minmnya dukungan emosional
Minimnya dukungan emosional dari keluarga, teman, atau lingkungan sekitar dapat memperburuk risiko burnout pada remaja. Kurangnya komunikasi dan empati dari orang-orang terdekat membuat remaja sulit mengelola stres, yang berkontribusi pada perasaan cemas, tertekan, dan kelelahan emosional
5. Rutinitas yang monoton
Rutinitas yang monoton bisa menjadi penyebab utama burnout pada remaja, karena mereka merasa jenuh dan lelah secara mental. Jadwal yang padat, tugas-tugas yang terus-menerus, atau kegiatan yang tidak menantang dapat mengurangi motivasi dan semangat, sehingga berkontribusi pada burnout.
6. Kurang tidur atau pola hidup tidak sehat
Kurang tidur atau pola hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko burnout pada remaja, karena mengganggu fungsi kognitif dan daya tahan tubuh. Selain itu, pola makan yang buruk dan kurangnya olahraga juga berkontribusi pada kelelahan fisik dan mental, yang meningkatkan stres dan kesulitan dalam mengelola emosi.
7. Tekanan untuk menetukan masa depan
Tekanan untuk menentukan masa depan dapat membebani remaja, karena mereka dihadapkan pada harapan keluarga, guru, atau masyarakat untuk memilih jalur sukses. Perasaan harus membuat keputusan besar terkait karir atau pendidikan dapat menyebabkan stres yang berkontribusi pada burnout.
Bagaimana Cara Mengelola Burnout?
1. Istirahat yang cukup
Pastikan remaja mendapatkan tidur yang cukup setiap malam. Kurang tidur dapat memperburuk kelelahan mental dan meningkatkan stres, sehingga tidur yang cukup membantu memulihkan energi dan mencegah burnout.
2. Olahraga dan aktivitas fisik
Berolahraga membantu mengurangi stres, meningkatkan energi, dan memperbaiki suasana hati, sehingga membantu mencegah dan mengurangi gejala burnout.
3. Menejemen waktu
Mengatur jadwal yang seimbang, prioritaskan tugas penting, dan luangkan waktu untuk istirahat dan hobi dapat membantu mengurangi beban dan mencegah burnout.
4. Dukungan social
Berbicara dengan keluarga, teman, atau konselor dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi dan memberikan dukungan emosional yang penting dalam mengelola burnout.
5. Teknik relaksasi dan mindfulness
Latihan seperti meditasi dan pernapasan dapat membantu meredakan stres, meningkatkan fokus, dan mencegah gejala burnout.
6. Mengelola ekspektasi.
Kurangi tuntutan yang tidak realistis dan fokus pada tujuan yang dapat dicapai untuk mengurangi stres dan mencegah burnout. Focus pada tujuan yang realistis membantu meringankan beban
7. Mengatur tujuan yang jelas
Tetapkan tujuan yang terukur dan realistis, sehingga remaja dapat merasa lebih terkendali dan tidak terbebani oleh tekanan berlebihan. Membagi tujuan besar menjadi langkah-langkah kecil juga membantu mengurangi stres.
DAPUS
Putriana, Diatry. “Hubungan Antara Rasa Bersyukur Dengan Burnout Pada Perawat RSUD Dr. Moewa
Sari, Maulina Putri Hermila, Putri Mariatul Qiptiah, and Risma Yulfa Riyani. “Analisis Manajemen Stres Di Kalangan Remaja Indonesia.” JIPKM Jurnal Ilmiah Psikologi Dan Kesehatan Masyarakat 1, no. 1 (2023): 1–6.
Rosyid, Haryanto F. “Burnout : PENGHAMBAT PRODUKTIFITAS.” Buletin Psikologi, 1996, 19–25.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H