3. Tekanan Sosial
Generasi muda sering menghadapi tekanan untuk mencapai prestasi akademik tinggi dan memenuhi harapan orang tua yang ketat, yang bisa menimbulkan stres jika mereka merasa tidak mampu memenuhi standar tersebut. Selain itu, membandingkan diri dengan teman sebayanya dalam hal akademik, penampilan, atau kemampuan lain juga dapat memicu persaingan dan tekanan tambahan.
4. Minmnya dukungan emosional
Minimnya dukungan emosional dari keluarga, teman, atau lingkungan sekitar dapat memperburuk risiko burnout pada remaja. Kurangnya komunikasi dan empati dari orang-orang terdekat membuat remaja sulit mengelola stres, yang berkontribusi pada perasaan cemas, tertekan, dan kelelahan emosional
5. Rutinitas yang monoton
Rutinitas yang monoton bisa menjadi penyebab utama burnout pada remaja, karena mereka merasa jenuh dan lelah secara mental. Jadwal yang padat, tugas-tugas yang terus-menerus, atau kegiatan yang tidak menantang dapat mengurangi motivasi dan semangat, sehingga berkontribusi pada burnout.
6. Kurang tidur atau pola hidup tidak sehat
Kurang tidur atau pola hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko burnout pada remaja, karena mengganggu fungsi kognitif dan daya tahan tubuh. Selain itu, pola makan yang buruk dan kurangnya olahraga juga berkontribusi pada kelelahan fisik dan mental, yang meningkatkan stres dan kesulitan dalam mengelola emosi.
7. Tekanan untuk menetukan masa depan
Tekanan untuk menentukan masa depan dapat membebani remaja, karena mereka dihadapkan pada harapan keluarga, guru, atau masyarakat untuk memilih jalur sukses. Perasaan harus membuat keputusan besar terkait karir atau pendidikan dapat menyebabkan stres yang berkontribusi pada burnout.
Bagaimana Cara Mengelola Burnout?