Mohon tunggu...
Aisyah
Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa psikologi

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Resensi Buku "Insecurity is My Middle Name", Kita Butuh Insecurity

11 September 2024   22:12 Diperbarui: 14 September 2024   15:26 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Review Buku Insecurity Is My Middle Name | Sumber Gambar: instagram.com/alvisyhrn

"Penjahat dalam kisah kita bukanlah ibu tiri yang kejam, teman yang berkhianat, orang-orang yang merendahkan kita. Tapi... our own insecurity." Alvi Syahrin-

Begitulah buku ini menyapa para pembacanya. "Insecurity is My Middle Name" buku yang ditulis oleh Alvi Syahrin ini adalah karya pertamanya di seri self-healing. 

Dalam buku ini Alvi benar-benar memposisikan dirinya sebagai pendengar yang baik, dan kita sebagai pembaca akan dituntun untuk bisa melihat diri sendiri juga menceritakan keresahan diri mengenai insecurity. 

Sebagai pendengar yang baik, alur dalam buku ini awalnya akan menuntun kita mengenali masalah insecure dalam diri kita, lalu menyadarkan kita akan 'kita ngga perlu insecure', dan akhirnya buku ini mengajak kita berdamai dengan insecurity dengan segenap saran layaknya pendengar yang baik.

Insecurity adalah perasaaan tidak aman yang terjadi di dalam emosi seseorang, rasa ketidakamanan yang tidak terjadi secara nyata atau fisik tapi dapat kita rasakan karena hal itu terjadi di dalam emosi, perasaan atau psikologis kita. Insecurity bisa dirasakan siapa saja, tanpa memandang umur, gender, ataupun status sosial seseorang. 

Insecure bukan hanya muluk-muluk tentang fisik, tapi bahkan insecure juga bisa berupa kekhawatiran akan keadaan yang tak seberuntung orang lain, hingga menimbulkan ketidakpuasan akan pencapain diri yang belum ada apa-apanya dibanding orang lain. Maka, Alvi menulis buku ini untuk mengajak kita berdamai dengan insecurity, dan melihat sisi positif dari adanya insecurity.

Buku ini terdiri dari 5 bagian, di mana bagian 1 ke bagian 2 dan seterusnya adalah tahap-tahap runtut yang akan menuntun kita untuk berdamai dengan insecurity. 5 bagian tersebut, yaitu:

            I: Fisik yang Kurang Menarik

            II: Masa Depan yang Buram

            III: Jauh Tertinggal dari Teman-temanku

            IV: I Hate My Self

            V: Berdamai Dengan Insecurity

Kenapa Insecure?

"Aku ngga good looking"

"Kenapa yang good looking yang selalu dipilih?"

Fisik, hal yang ditakutkan banyak orang. Katakan memang benar fisik bukan segalanya, dan juga fisik bukan yang terpenting, tapi bagaimana jika bagi orang-orang diluaran sana fisik adalah yang utama? Fisik adalah cover bagi seseorang, seperti halnya buku dimana semakin bagus covernya maka semakin menarik, dan semakin menarik semakin banyak yang memilihnya. Katakan ketidaksempurnaan fisik bukan masalah besar, tapi mengapa mereka menghina fisik seseorang?

"Aku kayaknya nggak bisa apa-apa deh"

"Aku takut gagal"

Masa depan, yang cerahnya belum terlihat sama sekali, sedangkan orang lain sudah. Merasa tidak memiliki skill, terlalu lelah mencoba, atau bahkan tidak pernah mencoba karena terlalu takut akan kegagalan. Punya banyak mimpi, tapi tak tau dari mana harus memulai mengejarnya. Atau mimpi dan cita-cita yang berbeda dengan pilihan orang tua. Mimpi-mimpi yang mulai hilang satu persatu dibawa rasa tak percaya diri.

Di buku ini, Alvi menyebutkan banyak alasan mengapa seseorang bisa merasa insecure. Di bagian I segala bentuk insecure terhadap fisik dibahas di sini dangan gaya bahasa Alvi yang seolah olah mengerti tentang cerita mengapa si pembaca merasa insecure terhadap bentuk fisiknya. Sama halnya dengan bagian I, di bagian II dan III Alvi seperti benar-benar mengerti akan kehawatiran para pembaca tentang masa depan.

Good Looking Bukan Segalanya dan Masa Depan Masih Bisa Diusahakan

Di bagian pertama buku ini, Alvi akan membawa pembaca memahami bahwa fisik bukanlah segalanya. Bahwa good looking bukan satu satunya cara menjadi 'beautiful'. 

Mengejar pendidikan, menjadi seseorang yang berbakat, menjadi seseorang yang menginspirasi, menjadi orang yang baik hati dan akhlaknya, hingga menjadi hamba yang taat pada Tuhannya. 

Banyak cara untuk menjadi 'beautiful' ataupun menjadi orang baik, semua tak harus tentang fisik. Bahkan Alvi menjadikan dirinya sebagai bukti bahwa fisik bukan segalanya. 

Di mana seorang Alvi Syahrin yang bukunya masuk di deretan best seller, namun apakah pengikutnya di sosial media dan orang-orang yang membeli bukunya tau wajahnya? tidak. Alvi membuktikan bahwa fisik tidak selalu jadi yang utama. Ada prestasi dan hal lain yang bisa kita asah untuk menjadi daya tarik society.

"You don't have to be beautiful. You can be kind,saving someone's life, and that's still beautiful in some ways" (Insecurity is My Middle Name, Page 20)

Kekhawatiran akan masa depan yang entah harus mulai dari mana ataupun kekhawatiran tertinggal dari teman-teman yang terlihat sudah sukses. Itu adalah hal wajar dirasakan oleh banyak kalangan. 

Di bagian II dari buku ini, Alvi memposisikan tulisannya sebagai penasehat yang bijak. Memberi saran-saran dari semua kekhawatiran dan menuntun pembaca untuk mulai mencoba dari 0 dan menemukan skill yang sekiranya si pembaca miliki. 

Dari sini pembaca akan dituntun untuk pelan-pelan menemukan kemampuan diri yang tepat dan bagaimana cara untuk mengasahnya. Selain itu, pada bagian ini Alvi menuliskan beberapa bahasan lain seperti bagaimana membuat diri produktif meskipun dalam posisi pengangguran, juga saat pilihan kita berbeda dari keinginan orang tua.

"Do something or do nothing" (Insecurity is My Middle Name, page 112)

Sedangkan tentang merasa kita sudah tertinggal dari teman-teman kita, ini merupakan hal yang tak jarang terjadi di orang-orang usia 20-an, merasa minder atas pencapaiannya yang dirasa tertinggal jauh dari teman-temannya yang lebih sukses. Padahal tidak selamanya pencapaian orang lain menjadi tolak ukur kesuksesan kita. 

Alvi mengilustrasikannya seperti kompetisi berenang atau berlari antara ikan dan kucing. Kompetisi tidak adil ini memberi arti bahwa kita tidak akan bisa menang di kompetisi yang memang bukan hal yang kita bisa lakukan. Gantinya kita bisa memilih kopetisi lain dalam hal yang bisa kita lakukan, walau dari hal kecil pun yakin kita bisa melewati kompetisi ini.

"Tapi, kamu ngga harus jadi pemenang di semua komprtisi itu, nggak semua kompetisi harus kita menangkan, tapi perlu kita perjuangkan,sebisa kita" (Insecurity is My Middle Name, page 176)

Mengingat Tuhan di Tengah Badai Insecurity

Di dunia ini ketika orang-orang berkompetisi menjadi good looking, kita tetap harus selalu mengingat Allah. Di mana jangan sampai keinginan kita untuk menjadi good looking menjadikan kita melangar aturan-Nya dengan mengubah apa yang telah Dia ciptakan untuk kita, seperti oprasi plastik contohnya. 

Juga ketika omongan orang dan insecuritymu menuntutmu untuk punya kesempurnaan, ingat Tuhanmu tidak menuntut itu kita hanya perlu menjadi hamba yang baik untuk-Nya. 

Hal-hal keagamaan yang tak lupa Alvi masukkan dalam tulisannya, mengajak pembaca untuk tetep menggingat dan memprioritaskan Tuhannya. Juga di bagian IV buku ini yang mengajak pembaca untuk bersyukur dan mengingatkan akan tujuan yang haqiqi adalah akhirat yang baik.

"Di Tengah badai insecurity ini, kamu bukanlah kesia-siaan. Sebab allah nggak pernah menciptakan sesuatu yang sia-sia" (Insecurity is My Middle Name, page 223)

Kita Butuh Insecurity 

Dan sampailah di bagian akhir dari perjalanan berdamai dengan Insecurity. Insecurity berperan besar dalam memotivasi diri untuk menjadikan diri lebih baik. 

Contohnya ketika kita merasa insecure atas pencapaian kita yang tidak seperti orang lain. Yang harus kita lakukan bukan hanya bisa diam merenung dan meratapi, kan? 

Setidaknya insecure ini membuat kita berusaha melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan karena hidup memang penuh dengan perjuangan. Juga insecure kita akan fisik membuat kita bisa lebih merawat fisik kita. Itulah mengapa kita butuh rasa insecure.

"Tapi, bagaimana jika insecurity adalah sinyalmu untuk berkembang?" (Insecurity is My Middle Name, Page 240)

Buku Insecurity is My Middle Name benar-benar menuntun pembaca untuk berdamai dengan insecurity. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh siapa pun yang sering merasa insecure akan kepunyaannya. 

Gaya penulisan Alvi yang mudah dipahami akan memantu para pembaca untuk pelan-pelan memahami alasan insecurity itu ada, lalu membuat pembaca perlahan melepas satu-persatu rasa insecure itu, hingga akhirnya si pembaca berdamai dengan insecurity dan bahkan mensyukuri kehadirannya. Buku ini juga dilengkapi potongan ayat al-quran dan hadist yang menggingatkan kita pada sang pencipta. 

Walau disayangkan buku ini memiliki banyak kosa kata bahasa Inggris yang mungkin akan sedikit menyulitkan pembaca yang tidak memiliki keterampilan berbahasa Inggris. Juga, potongan ayat Al-Qur'an dan hadist menunjukan buku ini terpaku pada satu agama, yang dimana tidak ada tanda-tandanya di cover buku ini, jadi pembaca baru bisa mengetahuinya setelah membuka dan membaca buku ini.


 Aisyah Mahasiswa program studi Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Raden Mas Said

INFO BUKU

Judul Buku       : Insecurity Is My Middle Name

Penulis              : Alvi Syahrin

Penerbit            : Alvi Ardhi Publishing

Tahun terbit    : Cetakan kesebelas, Oktober 2022

Tebal buku       : 264 halaman

ISBN                    : 978-623-97002-0-1


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun