Di bagian II dari buku ini, Alvi memposisikan tulisannya sebagai penasehat yang bijak. Memberi saran-saran dari semua kekhawatiran dan menuntun pembaca untuk mulai mencoba dari 0 dan menemukan skill yang sekiranya si pembaca miliki.Â
Dari sini pembaca akan dituntun untuk pelan-pelan menemukan kemampuan diri yang tepat dan bagaimana cara untuk mengasahnya. Selain itu, pada bagian ini Alvi menuliskan beberapa bahasan lain seperti bagaimana membuat diri produktif meskipun dalam posisi pengangguran, juga saat pilihan kita berbeda dari keinginan orang tua.
"Do something or do nothing" (Insecurity is My Middle Name, page 112)
Sedangkan tentang merasa kita sudah tertinggal dari teman-teman kita, ini merupakan hal yang tak jarang terjadi di orang-orang usia 20-an, merasa minder atas pencapaiannya yang dirasa tertinggal jauh dari teman-temannya yang lebih sukses. Padahal tidak selamanya pencapaian orang lain menjadi tolak ukur kesuksesan kita.Â
Alvi mengilustrasikannya seperti kompetisi berenang atau berlari antara ikan dan kucing. Kompetisi tidak adil ini memberi arti bahwa kita tidak akan bisa menang di kompetisi yang memang bukan hal yang kita bisa lakukan. Gantinya kita bisa memilih kopetisi lain dalam hal yang bisa kita lakukan, walau dari hal kecil pun yakin kita bisa melewati kompetisi ini.
"Tapi, kamu ngga harus jadi pemenang di semua komprtisi itu, nggak semua kompetisi harus kita menangkan, tapi perlu kita perjuangkan,sebisa kita" (Insecurity is My Middle Name, page 176)
Mengingat Tuhan di Tengah Badai Insecurity
Di dunia ini ketika orang-orang berkompetisi menjadi good looking, kita tetap harus selalu mengingat Allah. Di mana jangan sampai keinginan kita untuk menjadi good looking menjadikan kita melangar aturan-Nya dengan mengubah apa yang telah Dia ciptakan untuk kita, seperti oprasi plastik contohnya.Â
Juga ketika omongan orang dan insecuritymu menuntutmu untuk punya kesempurnaan, ingat Tuhanmu tidak menuntut itu kita hanya perlu menjadi hamba yang baik untuk-Nya.Â
Hal-hal keagamaan yang tak lupa Alvi masukkan dalam tulisannya, mengajak pembaca untuk tetep menggingat dan memprioritaskan Tuhannya. Juga di bagian IV buku ini yang mengajak pembaca untuk bersyukur dan mengingatkan akan tujuan yang haqiqi adalah akhirat yang baik.
"Di Tengah badai insecurity ini, kamu bukanlah kesia-siaan. Sebab allah nggak pernah menciptakan sesuatu yang sia-sia" (Insecurity is My Middle Name, page 223)