"Kan masalah aku enggak ada buku," kata Euis menimpali ucapan Astri.
"Maksud aku tuh masalah yang serius Is, kalau masalah buku kan kita bisa tukeran," jawab Astri.
Tak terasa mereka berdiskusi, sang surya sudah mulai terun mau memasuki peraduannya. Udara yang tadinya sangat panas perlahan mulai sejuk. Dan mereka pun berbenah untuk mengemasi buku dan bawaan lainnya. Mereka perlahan turun dari dangau dan berjalan kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka berjanji besok ketemu di persimpangan jalan untuk pergi ke sekolah bersama-sama. Sore itu pun berlalu dengan manis karena berhasil memecahkan permasalahan. Agus berjalan menuju rumahnya dengan menahan sakit di kakinya yang sebetulnya dari tadi sudah dirasakannya. Agus mencoba menyembunyikan rasa sakit itu dari teman-temannya. Agus enggak mau teman-temannya khawatir dengan keadaan kakinya sehingga enggak berani ngajak-ngajak main.
Agus sampai rumah berbarengan dengan terdengarnya suara azan magrib. Dan diapun bergegas mengambil sarung dan pergi ke masjid. Dia akan bercerita ke Asep kalau surat sudah diberikan ke KM-nya serta dia akan bercerita pula tentang indahnya dangau pak Haji. Dari kejauhan terlihat Asep. Agus memanggilnya.
"Sep, tunggu," kata Agus sambil mencoba berjalan menyusul Asep.
"Iya Gus," kata Asep sambil berhenti berjalan karena nunggu Agus.
"Eh Sep, surat kamu udah aku kasihkan ya tadi," kata Agus.
"Makasih ya Gus, kamu memang teman yang baik," kata Asep.
"Iya Sep, kan kita teman jadi harus tolong menolong," kata Agus sambil berjalan menuju tempat wudu.
"Eh Gus, kaki kamu sakit ya?" tanya Asep sambil mengikuti Agus ke tempat wudu.
"Ah, enggak Sep. Kenapa?" tanya Agus.