Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tekad Agus

29 Desember 2020   21:29 Diperbarui: 29 Desember 2020   21:52 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Agus adalah salah satu siswa yang bersekolah di SMP Negeri 1 Cibogo, dilihat dari penampilannya Agus bukanlah sosok yang istimewa yang selalu diidolakan oleh siswa perempuan adik kelasnya. Agus adalah sosok yang sangat sederhana. Berperawakan agak subur, berambut lurus dan matanya agak sipit. 

Keseharian di sekolahnya pun tidak terlalu menonjol, yang membedakan dia dengan yang lain adalah karena dia selalu berkutat di perpustakaan, dan ke mana-mana selalu membawa buku. Dia tak pernah risih dengan pembawaannya tersebut.

Sebetulnya, dulu Agus tidak akan diterima di sekolah ini karena sekolah khawatir tidak bisa memberikan hasil yang maksimal dalam proses pembelajarannya. Diketahui bahwa Agus memiliki kekurangan secara fisik. Agus berjalan agak susah dan tangannya pun terlihat kurang sempurna. 

Tim PPDB pun melakukan wawancara khusus dengan orang tuanya tentang beberapa keberatan yang disampaikan oleh beberapa guru. Saat itu, kedua orang tuanya meminta kemudahan kepada pihak sekolah untuk memberikan kesempatan kepada Agus untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Disepakati oleh kedua orang tuanya bahwa sekolah akan mengadakan rapat dahulu dengan tim sekolah. Setelah rapat kelulusan, akhirnya Kepala Sekolah memberikan kesempatan kepada Agus untuk sekolah selama enam bulan pertama. 

Jika dalam waktu tersebut Agus memperoleh kenyamanan dalam belajar, maka diperbolehkan melanjutkan, tetapi kalau dia merasa tidak nyaman maka pihak orang tuanya harus memberikan kesempatan lain kepada Agus di sekolah yang sesuai.

Akhirnya enam bulan berlalu dan Agus tidak menemukan kendala yang berarti. Dia bisa mengikuti pembelajaran secara nyaman dengan teman-temannya. Sampai sekarang dia duduk di kelas VIII C.

Pagi ini, Agus nampak kelihatan sangat bersemangat. Setelah dia turun dari motor ayahnya langsung menemui teman-temnnya. Oh iya, Agus tiap hari selalu diantar jempu oleh ayahnya karena keterbatasannya.

"Pagi Hani, Euis, Astri," sapa Agus sambil menghampiri teman-temannya ynag sedang duduk-duduk di bawah pohon mangga.

Yang disapa sontak menengok dan menjawab dengan serentak.

"Pagi juga Agus, wah bawa kabar apa nih pagi-pagi?"

Agus mengambil tempat duduk di sebelah Euis. Kemudian dia membuka buku kecil.

"Teman-teman, gimana rencana kalian dengan tantangan itu?" tanya Agus.

"Aku sih slow aja Gus, kan buku banyak di perpustakaan," jawab Hani.

"Tinggal baca ... baca ... baca ... deh," jawab Euis nyambung ucapan Hani.

"Astri kalau kamu gimana?" Agus bertanya kepada Astri.

Astri yang sedang duduk dan membayangkan masakan ibunya buat nanti makan siang pun tak bergeming. Dia asyik membayangkan bahwa makan siang nanti akan lezat karena ibunya memasak makanan kesukaannya yaitu ayam pop. Sampai Agus pun menepuk pundak Astri. Dan Astri kaget.

"Eh apa Gus?" jawab Astri gelagapan.

"Euh kamu dah kebiasaan Astri kalau orang lain berbicara, kamu malah asyik melamun sendiri," jawab Agus.

"Maaf maaf Gus," kata Astri sambil dia membalikkan badan menghadap Agus.

"Iya kamu sudah merencanakan apa saja untuk mengikuti tantangan WJLRC itu?" tanya Agus lagi.

"Oh itu, aku sih pasti ikut dan sudah aku planning buku apa saja yang akan aku baca," Astri langsung nyerocos. Maklum di antara mereka berempat Astri paling dikenal yang paling bawel. Walaupun sosoknya paling kecil.

"Aku sih udah ditulis nih rencana apa saja yang akan aku lakukan," kata Agus sambil membuka buku kecil seperti notes gitu.

"Wah apa itu?" tanya Hani.

"Ini rencana yang aku susun untuk sepuluh bulan Han," jawab Agus.

"Weis, keren teman kita yang satu ini," kata Euis. "Sini coba aku lihat," kata Euis sambil mau mengambil buku notes Agus. Euis dan teman-temannya melihat program yang ditulis Agus untuk sembilan bulan. Di situ tertuang kalau dalam setiap bulan Agus memprogram tiga buku yang harus dibaca dan direview. Jadi dalam waktu sepuluh bulan minimal 30 buku dan menurut Agus itu sudah terpenuhi untuk lolos ikut jambore Literasi tingkat Provinsi. Dia menulis secara detail mulai dari judul buku-buku yang akan dia baca, waktu membuat review, dan waktu untuk mengumpulkannya ke bu Gina.

"Agus ih keren banget," kata Euis sambil terbelalak membacanya.

"Ya, minimal aku buat rencana dulu Is supaya aku punya target yang akan dicapai dalam setiap bulannya," jawab Agus. "Karena aku enggak mau pekerjaan yang enggak ada hasilnya."

Obrolan mereka terhenti karena bel masuk berbunyi dan mereka berjanji akan melanjutkan obrolannya nanti saat istirahat.

"Entar kita ngobrol lagi ya, teman," kata Agus.

"Ok," kata Astri sambil berdiri dan berjalan menuju ke kelasnya.

"Ih istirahat pertama aku gak bisa," kata Hani.

"Kenapa Hani?" tanya Euis penasaran.

"Kamu lupa ya? Nanti IPA mau ulangan kan setelah jam istirahat," jawab Euis sambil berjalan menuju kelasnya. "Jadi kita harus fokus menghafal."

"Oh iya, duh aku lupa, untung kamu inget Han," kata Euis.

"Ingat dong," kata Hani. "Kita sebagai pelajar harus inget dengan jadwal kita."

"Ya sudah, nanti kita ngobrol laginya setelah istirahat kedua di perpustakaan yang teman," kata Agus sambil memasuki kelas dan duduk di bangku paling depan.

"Ok deh, abis salat zuhur kita ke perpustakaan," kata Hani.

Dan mereka pun dilarutkan dengan pembelajaran hari itu. Mereka tampak tekun mengikuti pelajaran pertama dan istirahat pertama mereka gunakan membaca IPA untuk mempersiapkan ulangan. Dan ulangan pun berlalu dengan lancar. Mereka memang termasuk siswa yang rajin dan tekun dalam belajar dan bersekolah.

Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, istirahat kedua setelah salat zuhur dan makan siang, maka mereka pun bertemu di perpustakaan. Sambil menunggu teman-teman lain, mereka melihat-lihat buku dan menuliskannya menjadi buku yang akan dibaca dan dibuat reviewnya. Sampai tak terasa ada yang menepuk punggung Hani.

"Han, sudah dapat berapa?" Hani menengok karena merasa bukan suara teman-teman yang sudah janjian tadi pagi. Ternyata yang nanya adalah Mia.

"Hey Mia, sudah ada beberapa sih, tapi masih kurang," jawab Hani.

"Aku pengen ikut Han, tapi kemarin lupa enggak ikut kumpul," kata Mia seperti sangat menyesal karena kemarin saat bu Gina menjelaskan tentang kegiatan ini dia menemani temannya di ruang PMR karena sakit dan dia harus mengantarkannya pulang.

"Oh gitu Mi? Coba nanti aku tanya ya, boleh enggak kalau gak ikut kumpulan kemarin?" kata Hani.

"Ditunggu infonya ya Han," kata Mia.

"Ok entar kalau sudah ada jawaban, aku kasih tahu ya," kata Hani. Dan Mia pun ikut bergabung di ruang perpustakaan membicarakan rencana mereka dalam mengikuti kegiatan itu. Saking asyiknya bel pun sampai tak terdengar bahkan mereka akan telat kalau saja Agus tidak melihat jam di tangannya.

"Teman masuk yuk," kata Agus sambil berdiri dan berjalan keluar perpustakaan untuk memasuki kelas diikuti teman-temannya dan pembelajaran hari itu pun berlalu sampai jam terakhir.

Sepulang dari sekolah Agus nampak sedang asyik di kamarya. Bahkan panggilan ibunya pun yang menyuruh dia makan siang tak terdengar. Agus tengah sibuk menuliskan planning yang akan dia lakukan dalam rentang waktu sepuluh bulan.

"Gus, Agus," ibunya mengulang panggilannya. Agus masih tetap tak beranjak. Dan ibunya penasaran dengan kegiatan yang dilakukan anaknya di kamar sampai dia tak menghiraukan panggilannya. Ditepuknya pundak Agus dengan lembut.

"Gus itu makanan sudah ibu siapkan," kata ibunya.

"Eh ibu, maaf bu emang tadi manggil Agus gitu?" jawab Agus.

"Iya Nak, ibu memanggilmu berkali-kali. Tumben aja biasanya pulang sekolah suka langsung ke dapur makan siang, ini malah ngerem di kamar. Ibu khawatir kamu sakit Nak," kata ibunya panjang lebar.

"Eggak Bu, Agus lagi buat jadwal baca buku," kata Agus.

"Jadwal baca buku?" Ibunya mengernyitkan alisnya bingung. Dia tahu walau anaknya suka baca, tapi aneh aja kalau sampai harus dibuatkan jadwalnya. Menjawab kepenasarannya, ibunya pun bertanya.

"Kok pakai jadwal segala Nak bacanya?" tanya ibunya sambil melihat tulisan anaknya di notes kecil.

"Iya Bu, Agus mau ikut tantangan membaca yang diadakan oleh Provinsi Jawa Barat," kata Agus sambil menghadapkan badan ke ibunya," jadi bacanya harus terprogram dan konsisten Bu."

"Oh, ada lomba Nak?" kata ibunya masih penasaran.

"Iya Bu," kata Agus. "Pemenangnya nanti akan mendapatkan medali, sertifikat, dan ikut Jambore Bu," Agus menambah penjelasan kepada ibunya.

"Oh begitu," kata ibunya sambil masih bingung. Dia pikir gak apa-apalah anaknya ikutan yang penting kegiatannya bagus dan tidak menyebabkan kelelahan secara fisik. Dan ibunya pun keluar kamar sambil di pikirannya mau nanya ke Ayahnya tentang kegiatan itu, siapa tahu dia tahu.

"Ibu keluar dulu Nak, kalau sudah selesai nanti makan siang ya, khawatir keburu dingin," kata ibunya sambil ngeloyor keluar kamar Agus. Di kepalanya dia masih bingung dengan ucapan anaknya tadi. Masa membaca ada lombanya, sebab yang dia tahu dulu waktu sekolah yang ada lombanya adalah membaca puisi.

Keluar ibunya dari kamar pekerjaan Agus pun selesai. Dia langsung keluar kamar dan menuju meja makan. Benar saja ibunya sudah menyiapkan makanan kesukaannya. Sayur asem, sambel goang, dan ikan nila goreng. Tanpa menunda waktu Agus langsung melahapnya. Tak berapa lama habislah ikan di piring. Sambil mengucap alhamdulillah Agus beranjak dari kursi makan sambil mengelus perutnya yang kekenyangan. Dia pergi ke beranda untuk menghirup udara segar sambil berpikir siapa tahu ada ide lagi untuk menyelesaikan tantangan itu. Agus bertekad bahwa dia harus mendapatkan medali itu serta ikut jambore apapun alasannya.

Dia tak peduli berapa lama dan berapa banyak temannya yang bingung dengan tekadnya yang penting harus dapat. Sambil membayangkan ikut jambore Agus tiduran di teras dan tak lama pun terlelap. Saking terlelapnya dia bermimpi sedang mengikuti jambore literasi di suatu tempat yang sangat indah. Dalam mimpinya dia sedang mengikuti kegiatan bersama teman-temannya. Dia sedang asyik mengikuti lomba tiba-tiba harus loncat tangga. Dia nampak kebingungan karena tak pernah loncat ataupun berlari. Di sana tak ada yang mau menolongnya. Semua orang asyik sendiri-sendiri. Dalam kebingungannya Agus memberanikan loncat dan ....

Gubrag ... Agus terjatuh dari loncatannya. Dia mengaduh dan berteriak sekuat tenaganya. Tiba-tiba ada tangan yang terulur dan Agus mencoba menggapainya. Walau awalnya sangat susah akhirnya tergapai juga. Sedang asyik memegang tangan itu, tiba-tiba terdengar suara yang seperti dia kenal.

"Nak, mimpi apa sih sampai terjatuh gitu?" ibunya bertanya.

"Hah mimpi?" Agus tampak menggosok-gosokkan mata dengan tangannya.

"Iya, tapi kamu jatuh sambil berteriak-teriak," kata ibunya. "Sampai ibu yang di dapur pun kaget karena teriakan itu."

"Hehe, itu Bu tadi Agus mimpi sedang ikut Jambore Literasi tetapi disuruh ikutan loncat dan berlari. Di sana tak ada yang mau nolong Agus sampai akhirnya jatuh deh," ujar Agus sambil tersipu malu.

"Oh gitu Nak, ibu kira kenapa," jawab ibunya.

"Iya Bu," jawab Agus kembali dan kemudian bangun dari kursi yang dia gunakan untuk tidur tadi.

"Makanya kalau tidur jangan di kursi," kata ibunya.

"Iya Bu," jawab Agus sambil berdiri dan hendak pergi ke kamar mandi. "Oh iya, Aku belum salat asar Bu."

"Iya, sok sana," kata ibunya. "Udah mau akhir nih."

Agus masuk dan menutup kamar mandi. Selepas salat asar Agus kembali masuk ke kamarnya dan dia melanjutkan membaca buku yang akan dibuat review di bulan pertama ikut tantangan membacanya. Dia bertekad bulan pertama harus membuat review minimal tiga buku.

Dalam pikirannya dia bertekad harus berhasil lolos dalam mengikuti kegiatan tantangan ini. Tak ada tawar menawar dan tak ada yang boleh menghalangi tekadnya itu. Agus ingin membuktikan kepada semua orang yang pernah meremehkannya, bahwa dia itu punya kelebihan lain yang tidak semua anak bisa melewatinya. Sambil merencanakan hal itu, Agus terus membaca sampai akhirnya pun tertidur pulas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun