Mohon tunggu...
aisumarni125
aisumarni125 Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas / SDN 012 Surya Indah

Selain sebagai pendidik saya juga mempunyai hobi dari sejak kecil yaitu membaca dan sekarang sedang menggeluti hobi baru yaitu menulis, lebih dominan menulis cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sibuk tapi Berharga

13 Desember 2024   17:57 Diperbarui: 13 Desember 2024   19:18 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah pelaksanaan sumatif akhir semester, suasana di ruang guru SDN Impian Indah berubah total. Jika biasanya riuh dengan cerita ringan dan candaan antar-guru, kini berganti dengan hiruk-pikuk pengolahan nilai. Setiap sudut ruangan dipenuhi guru yang sibuk menata nilai dan mempersiapkan rapor semester ganjil. Dari meja depan hingga pojok ruangan, tampak laptop menyala, kertas-kertas berserakan, dan cangkir kopi yang nyaris kosong.

Bu Faridah, guru kelas IV yang dikenal paling sigap, mulai lebih awal. Namun, tantangan teknis tetap menghampirinya.

"Kenapa nilai Bahasa Indonesia ini tidak muncul ya? Padahal tadi sudah saya input," katanya sambil memandang layar laptop dengan ekspresi bingung.

Pak Nuri, guru kelas VI yang duduk di sebelahnya, segera datang membantu.

"Coba dicek di menu pengaturan. Kadang data itu tidak tersimpan otomatis, jadi harus klik simpan manual," jelasnya sambil menunjuk layar Bu Faridah.

Di sisi lain, Pak Alif, guru olahraga, tampak sibuk dengan kumpulan nilai praktik siswa. Meski pekerjaannya terlihat sederhana, Pak Alif sering terlambat memberikan nilai karena harus mencocokkan data dari berbagai sumber.

"Sabar ya, Pak Alif. Nanti kalau rapornya terlambat lagi, kita semua kena tegur," gurau Bu Murni, guru kelas I.

Pak Alif hanya tersenyum kecut. "Bukan saya yang lambat, tapi nilai siswa yang bikin kepala pusing," balasnya sambil tertawa kecil.

Di meja sebelah, Bu Juni, guru kelas III, terlihat gusar. Dia kurang pandai menggunakan komputer dan aplikasi e-Rapor, sehingga sering meminta bantuan Bu Cantika, guru muda yang lebih akrab dengan teknologi.

"Bu Cantik, ini kok rapornya jadi format aneh begini? Apa saya salah klik?" tanya Bu Juni sambil menggeser laptopnya ke arah Bu Cantika.

Dengan sabar, Bu Cantika menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan. "Iya, Bu Juni, ini tinggal diatur ulang formatnya. Jangan khawatir, nanti saya bantu sampai selesai," kata Bu Cantika sambil tersenyum.

Ketika sebagian besar guru mulai lega karena proses input nilai selesai, masalah lain muncul. Pak Andi, guru kelas II, baru saja mencetak semua rapor, tetapi ternyata tanggal pembagian rapor yang tertera salah.

"Astagfirulloh, bagaimana ini? Harus cetak ulang semuanya?" tanyanya panik.

Bu Faridah segera menenangkan. "Tenang, Pak. Kalau dicetak ulang cuma bagian covernya saja, masih bisa dikejar kok," katanya dengan nada optimis.

Meski begitu, Pak Andi tetap terlihat gelisah, terutama saat printer mulai kehabisan tinta di tengah proses cetak ulang.

Di sudut ruangan lain, kesalahan lebih unik terjadi. Bu Nur, guru kelas V, keliru memasang kertas saat mencetak rapor. Akibatnya, logo sekolah di kertas rapor terbalik.

"Ya ampun, ini kok jadi kayak gini?" serunya sambil menunjukkan hasil cetakannya kepada Pak Nuri.

Semua guru yang mendengar langsung tertawa.

"Mungkin ini inovasi baru, Bu," canda Pak Alif yang membuat suasana kembali hangat.

Bu Nur pun ikut tertawa meski wajahnya memerah. "Iya, inovasi yang bikin kerja dua kali," balasnya sambil mengatur ulang posisi kertas di printer.

Meski banyak kendala, para guru saling membantu dan berbagi tugas. Ketika printer Bu Faridah kehabisan tinta, Pak Andi meminjamkan tinta cadangannya. Saat laptop Bu Juni mendadak mati, Bu Cantika dengan sigap memindahkan datanya ke laptop lain. Keseruan ini menjadi momen berharga yang menguatkan kebersamaan mereka.

"Kalau semuanya lancar-lancar saja, kita nggak punya cerita untuk ditertawakan tahun depan," ujar Bu Faridah dengan bijak.

Hari pembagian rapor pun tiba. Siswa datang dengan pakaian rapi, sementara para orang tua tampak penuh harap menunggu di aula sekolah. Sebelum rapor dibagikan, kepala sekolah, Pak Abdul, memberikan sambutan.

"Rapor ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari proses belajar kita bersama. Saya mengapresiasi kerja keras para guru yang telah mengolah nilai dengan teliti. Terima kasih atas dedikasi kalian," katanya.

Saat rapor diserahkan, ada momen haru ketika salah satu siswa, Diana, yang sebelumnya mengalami kesulitan belajar, menunjukkan peningkatan signifikan. Ibunya memeluk Dina dengan mata berkaca-kaca.

"Terima kasih banyak, Bu Juni, sudah sabar membimbing anak saya," ucapnya penuh rasa syukur.

Di sisi lain, ada juga orang tua yang berdiskusi dengan guru tentang rencana mendukung anaknya di semester berikutnya.

Setelah acara selesai, para guru berkumpul di ruang guru untuk menikmati makan siang bersama. Pak Alif yang dikenal sebagai penghibur suasana, kembali membuat semua tertawa dengan cerita-cerita lucunya.

"Saya jadi penasaran, kalau logo terbalik di rapor itu dianggap seni kreatif atau kelalaian ya?" canda Pak Alif sambil melirik Bu Nur.

Semua pun tertawa lepas, termasuk Bu Yuni yang mengakui kesalahannya dengan santai.

Meski melelahkan, momen-momen ini menjadi kenangan indah bagi para guru. Pengalaman saling membantu dan berbagi selama pengolahan rapor mempererat keharmonisan di antara mereka.

"Tahun depan pasti akan ada cerita seru lagi," kata Bu Faridah sambil tersenyum. Para guru pun kembali ke rumah masing-masing dengan hati lega, siap untuk menikmati liburan yang sudah lama dinantikan.

Catatan: Cerita ini dikembangkan dengan bantuan AI ChatGPT dari OpenAI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun