Ketika sebagian besar guru mulai lega karena proses input nilai selesai, masalah lain muncul. Pak Andi, guru kelas II, baru saja mencetak semua rapor, tetapi ternyata tanggal pembagian rapor yang tertera salah.
"Astagfirulloh, bagaimana ini? Harus cetak ulang semuanya?" tanyanya panik.
Bu Faridah segera menenangkan. "Tenang, Pak. Kalau dicetak ulang cuma bagian covernya saja, masih bisa dikejar kok," katanya dengan nada optimis.
Meski begitu, Pak Andi tetap terlihat gelisah, terutama saat printer mulai kehabisan tinta di tengah proses cetak ulang.
Di sudut ruangan lain, kesalahan lebih unik terjadi. Bu Nur, guru kelas V, keliru memasang kertas saat mencetak rapor. Akibatnya, logo sekolah di kertas rapor terbalik.
"Ya ampun, ini kok jadi kayak gini?" serunya sambil menunjukkan hasil cetakannya kepada Pak Nuri.
Semua guru yang mendengar langsung tertawa.
"Mungkin ini inovasi baru, Bu," canda Pak Alif yang membuat suasana kembali hangat.
Bu Nur pun ikut tertawa meski wajahnya memerah. "Iya, inovasi yang bikin kerja dua kali," balasnya sambil mengatur ulang posisi kertas di printer.
Meski banyak kendala, para guru saling membantu dan berbagi tugas. Ketika printer Bu Faridah kehabisan tinta, Pak Andi meminjamkan tinta cadangannya. Saat laptop Bu Juni mendadak mati, Bu Cantika dengan sigap memindahkan datanya ke laptop lain. Keseruan ini menjadi momen berharga yang menguatkan kebersamaan mereka.
"Kalau semuanya lancar-lancar saja, kita nggak punya cerita untuk ditertawakan tahun depan," ujar Bu Faridah dengan bijak.