Mohon tunggu...
Aisha Seftiani
Aisha Seftiani Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Life is a choice

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Bisa

5 Februari 2021   13:31 Diperbarui: 5 Februari 2021   14:51 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Enam tahun yang lalu aku adalah Aretha si anak lincah, polos, dan ceria yang masih berumur tiga belas tahun sedang menempuh pendidikan menengah pertama. Aku selalu berpikiran bahwa pendidikan itu sangat penting bagi anak muda bangsa ini.

Aku pun beranggapan bahwa anak sepertiku yang dalam keadaan ekonominya terbilang kurang pasti bisa menjadi orang sukses seperti kebanyakan orang diluar sana jika mau untuk terus sabar mencoba dan belajar.

Aku suka bermain alat musik segala alat musik selalu aku coba dan yang paling disukai adalah piano, menurutku jika mendengar suara alat musik, hati menjadi tenang dan segala pikiran pun menjadi hilang. Selain menyukai alat musik, aku juga suka menghitung dan sangat menyukai alam.

Pagi yang cerah aku awali dengan membantu ibu. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah aku selalu membantu ibu membuat kue kering mulai dari brownis, bolu pisang, pukis dan kue basah lainnya untuk di jual, kadang aku pun membawanya ke sekolah jika ibu banyak membuatnya, disekolah kue yang aku bawa selalu habis terjual, banyak teman-temanku yang selalu membelinya juga ada sebagian guru-guru yang juga ikut membeli.

Aku tidak sama sekali merasa malu berjualan di sekolah karena apa yang aku lakukan adalah kebaikan justru aku senang bisa berjualan di sekolah, karena aku sedikit demi sedikit bisa membantu ibu. Setelah selesai membantu ibu aku segera siap-siap untuk berangkat ke sekolah, aku sangat senang bila sekolah karena tidak hanya mendapatkan ilmu juga bertemu dengan teman-temanku.

Bercerita tentangku, aku adalah siswa yang selalu terpilih menjadi peserta lomba, baik lomba matematika maupun ipa karena itulah pelajaran yang sangat aku sukai sejak sekolah dasar karena menurutku pelajaran matematika dan ipa itu seru juga menyenangkan.

Selain itu, aku juga mengikuti ekstrakulikuler sains dimana setiap ada perlombaan aku selalu ditunjuk untuk ikut dan selalu memenangkan perlombaannya.

Aku selalu bercerita kepada keluargaku bahwa aku ingin menjadi dokter, tetapi disela aku bercerita datang saudaraku.
" Hah apa kamu ingin menjadi dokter?" tanya saudaraku sambil tertawa lepas.
" Iya, kenapa?" jawabku.
" Dasar kau terlalu tinggi jika bermimpi. " Kata saudaraku sambil tertawa dan jalan menuju kamar.
Aku sebenarnya emosi tapi hanya bisa tersenyum melihat saudaraku berbicara seperti itu. Tidak hanya sekali orang yang menertawakanku tetapi ada pula teman dan saudara-saudara yang lain yang sering menertawakanku jika aku bercerita dan ingin menjadi orang sukses suatu saat nanti.

Selain sekolah aku di sore hari nya mengaji di masjid dekat dengan rumahku, setiap hari aku selalu mengaji dengan anak-anak yang lain. Aku saat mengaji selalu diberi motivasi oleh ustadz untuk selalu terus semangat menggapai apa yang aku inginkan dan tidak mudah untuk terpengaruh oleh orang lain dan tidak mudah pula untuk putus asa karena sesuatu apa pun itu tergantung usaha kita dan tidak lupa pula untuk berdoa kepada Allah, supaya diberikan kelancaran dan kemudahan disetiap jalannya.

Lulus SMP, aku termasuk sebagai siswa juara umum di sekolah, aku ingin melanjutkan SMA dan mengambil jurusan IPA karena pelajaran kesukaanku adalah matematika dan ipa juga aku bercita-cita ingin menjadi dokter untuk itu aku akan memilih jurusan IPA.

Aku bersama teman-teman memilih SMA mana yang akan dituju, akhirnya aku diajak oleh teman ke SMA Pelita, dimana SMA itu adalah SMA favorit juga anak-anaknya terbilang berada sedangkan aku jauh dibawah dari mereka. Tetapi temanku memaksaku agar mencobanya terlebih dahulu dan aku pun mencobanya.

Beberapa hari, hari pengumuman penerimaan siswa baru SMA Pelita pun dibuka akhirnya aku keterima di SMA tersebut, sedangkan temanku yang mengajakku ke SMA ini tidak keterima. Awalnya aku takut karena hanya aku yang dari SMP Kencana, aku melihat murid-murid di SMA Pelita terlihat rapih dan cantik, aku semakin takut untuk masuk. Tetapi seiringin berjalannya waktu aku pun mulai terbiasa dengan keadaanya juga mendapatkan banyak teman yang baik dan selalu ada untukku.

Di SMA aku selalu terpilih menjadi siswa yang selalu mengikuti olimpiade mulai dari olimpiade matematika, biologi hingga fisika. Setiap bimbingan selalu diberikan uang dan makanan, uang yang diberikan itu aku simpan untuk keperluan mendadak atau untuk membeli keperluan sekolahku karena aku tidak ingin memberatkan orang tuaku.

Di kelas kadang kala aku merasa malu karena melihat teman temanku berbeda denganku, sedangkan aku adalah siswa yang biasa saja tetapi aku jika berpikiran seperti itu aku selalu ingat pesan ustadz dimana susah adalah awal dari kesuksesan.

Jadi aku jika teringat pesan ustadz selalu bersemangat tinggi kembali untuk menggapai cita citaku, membahagiakan orang tuaku, dan ingin membuktikan kepada dunia bahwa aku bisa, bahwa orang sepertiku yang terbilang susah akan ekonomi pun pasti bisa untuk sukses.

Seiring berjalannya waktu dipenghujung kelas dua belas aku berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri karena aku adalah siswa yang berhak mendapatkan kuota dari sekolah untuk bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti jalur seleksi masuk perguruan tinggi negeri.

Awalnya aku ragu untuk ikut seleksi tersebut, tetapi guruku memintaku untuk mengikutinya dan akhirnya aku pun mengikuti saran guruku yang sekarang sangat aku rindukan karena beliau adalah guru yang paling sabar dan selalu memberiku motivasi kepadaku.

Aku akhirnya memutuskan untuk memilih jurusan kedokteran dalam kedua pilihan tersebut. Tetapi hasil dari pengumuman nya aku dinyatakan gagal, perasaanku sangat sedih kacau dan sempat untuk menyerah, hati hancur remuk redam mendengar kabar itu tetapi aku ditawarkan untuk mengikuti seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) oleh guruku dan aku sempat menolaknya karena uangku tidak mencukupi, setelah itu guruku menyuruh untuk tetap ikut dan beliau yang membayarkan pendaftarannya.

Tidak ingin menyianyiakan kesempatan yang ada, aku belajar keras dari pagi hingga malam, sampai ibu pun memarahiku karena aku lupa waktu, seperti telat makan dan selalu diam di kamar.

Selama beberapa minggu aku belajar rasanya lelah dan ingin sekali semua ini cepat selesai dengan akhir yang bahagia. Tidak lupa pula disela waktu sholat aku selalu berdoa dan berdoa karena dengan berdoa dan disertai dengan ikhtiar insyaAllah menjadi lebih dipermudah.

Hari demi hari aku lewati akhirnya datang hari dimana aku mulai tes, dengan perasaan semangat bercampur dengan takut aku berdoa supaya diberi kelancaran serta jalan yang terbaik. Sebelum berangkat, aku sarapan terlebih dahulu agar nanti disaat mengerjakan fokus dan tidak lupa aku juga meminta doa kepada ibu untuk kemudahanku dalam mengerjakan soal, setelah itu aku naik angkutan umum untuk menuju tempatnya.

Saat sebelum mengerjakan aku berkeringat dingin, jantung pun berdebar kencang, aku terus berdoa dan berdoa lalu aku masuk ke ruangan bersama peserta-peserta lainnya.

Beberapa menit usai sudah aku melakukannya dengan penuh keyakinan, aku keluar dengan tersenyum tipis pada dunia.
Seperti ada yang merasa bahagia di hari ini,
" Ya, aku telah menyelesaikan tes ini dengan bantuan doa dari semua sehingga aku dilancarkan. " Kataku dalam hati sambil melangkah keluar dari ruangan.
" Hai na, duluan ya. " Sapa temanku
" Oh ya silahkan, hati-hati dijalan. " Jawabku
Aku sangat meresa lega hari itu karena aku merasa saat mengerjakan soal-soal terasa tidak telalu sulit dengan apa yang aku bayangkan.

Aku pulang dengan wajah yang ceria bagaikan bulan sabit yang indah hadir di sore hari. Lalu ibu bertanya kepadaku
" Bagaimana?lancar? "
" Alhamdulillah lancar bu, ini semua berkat doa ibu dan semuanya yang mendoakanku." Jawabku
" Alhamdulillah ibu doakan semoga mendapat jalan yang terbaik. "
Aku pun menjawab kembali
" Iya aamiin bu. " Sambil mencium tangan ibuku.
Tidak sabar rasanya ingin cepat-cepat mengetahui hasil tes yang aku kerjakan dengan kerja kerasku dari pagi hingga malam aku belajar dengan keras.

Hari demi hari aku lewati, tiba saatnya hari dimana keluar hasil tesnya yang aku sangat tunggu-tunggu. Perasaanku sangat takut, jantungku kembali berdebar. Tidak ingin menyianyiakan orang tua dan guruku yang sudah memberikan banyak jalan dan kemudahan serta doa bagiku.
Tiba di sekolah guruku menyambut dengan senyum dan menyapaku untuk segera masuk ke ruangan komputer.

Perlahan-lahan dengan jantung yang semakin berdebar kencang, aku mengklik mouse dan hasilnya pun terbayarkan dengan semua kerja keras yang aku lakukan, guruku langsung memeluk dan mengucapkan selamat kepadaku. Akhirnya aku diterima di Fakultas Kedokteran. Dengan senang hati aku memeluk balik guruku dengan penuh kebahagian dan tidak sia-sia aku belajar hingga larut malam.

Setibanya di rumah, ibu, adik dan saudaraku berkumpul, ibu lalu bertanya kepadaku
" Bagaimana? "
" Alhamdulillah bu. " Jawabku.

Ibu langsung memelukku dengan rasa penuh kebahagiaan dan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya. Mengusap kepalaku dan mencium pipiku dengan wajah penuh bahagia. Adik dan saudaraku pun mengucapkan selamat kepadaku.

Selama aku menunggu jadwal masuk kuliah, aku mengisi hari-hariku dengan membantu ibu berjualan dan juga belajar untuk mempersiapkan kuliah agar nanti dimana mulai kuliah ada sedikit bayangan materi di kepalaku.

Beberapa minggu kemudian aku akhirnya mulai masuk kuliah, di kampus banyak sekali kakak tingkat yang melihat kami, adik tingkatnya. Aku merasa malu dilihat banyak orang, karena tidak terbiasa jika dilihat banyak orang itu rasanya malu sekali bagiku.

Waktu ospek pun terjadi mungkin kebanyakan orang mengganggap ospek itu hal menakutkan karena berbagai macam rintangan harus dilalui sebagai mahasiswa baru.

Tetapi menurutku ospek itu adalah hal yang menyenangkan seru juga menantang, aku sangat menyukai hal itu rasanya ada kesan tersendiri bagiku untuk menyesaikan dan menghadapinya, ya aku memang sedikit cengeng tetapi tidak dalam hal mencoba sesuatu, justru aku lebih menyukai tantangan, mau menerima hal menyakitkan jika kita berbuat salah dan mau menerima kebahagiaan ketika kita berbuat baik dan benar. Selama menjalankan ospek aku dituntut untuk disiplin, menurutku itu hal yang penting dan bagus karena memang benar juga terkadang ada yang kurang disiplin apalagi disiplin dalam waktu itu sangatlah terbukti banyak yang kurang disiplin.

Selain dituntut untuk disiplin juga dituntut sabar dan juga saling berbagi satu sama lain, banyak menjalin hubungan komunikasi dengan teman baru. Aku pertama kali mendapatkan teman saat sedang manjalankan ospek yang sekarang menjadi bahan cerita bagi kami karena masa ospek itulah masa-masa pertama kita bertemu, berkenalan juga masa dimana kita memulai untuk berjuang demi masa depan kita masing-masing.

Selesai masa-masa ospek, mulailah kuliah. Aku pertama kali masuk kelas merasa malu, takut, dan merasa canggung karena berbeda jauh denganku. Mereka terlihat mewah sedangkan aku biasa-biasa saja tetapi seiring berjalannya waktu teman-teman kelasku sangatlah baik, tidak memandang apa pun termasuk juga tidak memandang keadaan. Aku sangat bersyukur dan senang sekali memiliki teman seperti mereka.

Dua bulan aku lalui, sore hari ada informasi mengenai beasiswa akupun terkejut mendengar informasi itu. Aku sangatlah antusias ingin mendaftar dan mengikuti beasiswa tersebut. Bercerita dengan temanku, aku di support harus mengikuti beasiswanya.

Akhirnya tanpa berpikiran panjang aku daftar dan mengikuti beasiswa tersebut. Aku berdoa supaya aku terpilih dan mendapatkan beasiswanya agar aku bisa meringankan dan membanggakan orang tua juga ingin membuktikan kepada semua bahwa aku bisa mencapai cita-citaku.

Setelah satu minggu pendaftaran akhirnya keluar daftar nama mahasiswa yang lolos dan mendapatkan beasiswa tersebut. Rasanya jantungku tidak normal, bedetak kencang kembali setelah berdetak kencang diawal aku mengikuti tes.

Hari itu aku tiba di kampus, temanku datang dengan muka bahagia juga senyum tipis di bibirnya telihat semakin cantik dengan matanya yang sipit juga kerudung yang berwarna pink menambah kecantikannya. Dia memukul punggungku sembari berkata
" Hey udah datang aja nih pagi-pagi "
" Iya dong harus rajin " jawabku
" Kamu sudah lihat belum siapa saja mahasiswa yang mendapatkan beasiswanya? " Tanya temanku
" Belum tuh " jawabku kembali
" Lihat dulu tuh " katanya kembali sembari senyum tipisnya keluar.
Akupun bersama temanku menuju lobby untuk melihat pengumuman mahasiswa yang mendapatkan beasiswa.
Aku melihat pengumuman itu dan sangat tidak percaya, sangatlah tidak percaya. Akhirnya aku lolos dan mendapatkan beasiswa itu, aku dan temanku saling merangkul, menangis karena senang bahagia.
Hari itu aku sangat bahagia karena aku bisa mendapatkan beasiswa dan terkabulkan doaku yang dari waktu kecil ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi juga mendapatkan beasiswa penuh, tentu saja ingin sekali membanggakan orang tuaku dan orang-orang yang sudah baik padaku selama ini.

Aku sangat berterima kasih kepada orang-orang yang selama ini mendoakan ku, membantuku, juga menyemangatiku dalam hal apa pun hingga aku bisa seperti sekarang menjadi mahasiswa dan bisa mendapatkan beasiswa yang selama ini aku impi-impikan.

Untuk Ibuku tersayang yang juga tidak ada yang bisa mengalahi kebaikannya, aku anakmu sudah menjadi mahasiswa kedokteran dengan beasiswa penuh akan membuatmu bangga kepadaku, terima kasih banyak ibu sudah mendoakan ku, mengurusku, juga mendidikku tanpa lelah hingga aku tumbuh seperti sekarang. Sehat dan panjang umur lah ibu, tunggu aku nanti akan berbalas budi dan akan membahagiakanmu.

Ini kisah hidupku dimana aku seorang yang tak punya harta berlimpah tetapi dengan niat, doa serta usaha akan menjadikanku ke arah yang lebih baik dengan bisa tercapainya keinginan dan cita-citaku untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi hingga aku bisa menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi favorit di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun