Beberapa hari, hari pengumuman penerimaan siswa baru SMA Pelita pun dibuka akhirnya aku keterima di SMA tersebut, sedangkan temanku yang mengajakku ke SMA ini tidak keterima. Awalnya aku takut karena hanya aku yang dari SMP Kencana, aku melihat murid-murid di SMA Pelita terlihat rapih dan cantik, aku semakin takut untuk masuk. Tetapi seiringin berjalannya waktu aku pun mulai terbiasa dengan keadaanya juga mendapatkan banyak teman yang baik dan selalu ada untukku.
Di SMA aku selalu terpilih menjadi siswa yang selalu mengikuti olimpiade mulai dari olimpiade matematika, biologi hingga fisika. Setiap bimbingan selalu diberikan uang dan makanan, uang yang diberikan itu aku simpan untuk keperluan mendadak atau untuk membeli keperluan sekolahku karena aku tidak ingin memberatkan orang tuaku.
Di kelas kadang kala aku merasa malu karena melihat teman temanku berbeda denganku, sedangkan aku adalah siswa yang biasa saja tetapi aku jika berpikiran seperti itu aku selalu ingat pesan ustadz dimana susah adalah awal dari kesuksesan.
Jadi aku jika teringat pesan ustadz selalu bersemangat tinggi kembali untuk menggapai cita citaku, membahagiakan orang tuaku, dan ingin membuktikan kepada dunia bahwa aku bisa, bahwa orang sepertiku yang terbilang susah akan ekonomi pun pasti bisa untuk sukses.
Seiring berjalannya waktu dipenghujung kelas dua belas aku berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri karena aku adalah siswa yang berhak mendapatkan kuota dari sekolah untuk bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti jalur seleksi masuk perguruan tinggi negeri.
Awalnya aku ragu untuk ikut seleksi tersebut, tetapi guruku memintaku untuk mengikutinya dan akhirnya aku pun mengikuti saran guruku yang sekarang sangat aku rindukan karena beliau adalah guru yang paling sabar dan selalu memberiku motivasi kepadaku.
Aku akhirnya memutuskan untuk memilih jurusan kedokteran dalam kedua pilihan tersebut. Tetapi hasil dari pengumuman nya aku dinyatakan gagal, perasaanku sangat sedih kacau dan sempat untuk menyerah, hati hancur remuk redam mendengar kabar itu tetapi aku ditawarkan untuk mengikuti seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) oleh guruku dan aku sempat menolaknya karena uangku tidak mencukupi, setelah itu guruku menyuruh untuk tetap ikut dan beliau yang membayarkan pendaftarannya.
Tidak ingin menyianyiakan kesempatan yang ada, aku belajar keras dari pagi hingga malam, sampai ibu pun memarahiku karena aku lupa waktu, seperti telat makan dan selalu diam di kamar.
Selama beberapa minggu aku belajar rasanya lelah dan ingin sekali semua ini cepat selesai dengan akhir yang bahagia. Tidak lupa pula disela waktu sholat aku selalu berdoa dan berdoa karena dengan berdoa dan disertai dengan ikhtiar insyaAllah menjadi lebih dipermudah.
Hari demi hari aku lewati akhirnya datang hari dimana aku mulai tes, dengan perasaan semangat bercampur dengan takut aku berdoa supaya diberi kelancaran serta jalan yang terbaik. Sebelum berangkat, aku sarapan terlebih dahulu agar nanti disaat mengerjakan fokus dan tidak lupa aku juga meminta doa kepada ibu untuk kemudahanku dalam mengerjakan soal, setelah itu aku naik angkutan umum untuk menuju tempatnya.
Saat sebelum mengerjakan aku berkeringat dingin, jantung pun berdebar kencang, aku terus berdoa dan berdoa lalu aku masuk ke ruangan bersama peserta-peserta lainnya.