Mohon tunggu...
Galeri Cerita Ani Wijaya
Galeri Cerita Ani Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - The taste of arts and write

Kisah cinta umpama sebuah buku. Kau tetap akan membaca selembar demi selembar meskipun telah tahu akhir ceritanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Moros

17 Februari 2016   13:13 Diperbarui: 18 Februari 2016   07:34 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa panas seketika menyerbu, bahkan membakar setiap bagian organ dalam tubuh. Satu persatu indera milikku hampir kehilangan fungsinya. Buram. Kelu. Tercekik. Tapi samar-samar pendengaranku masih menangkap teriakan Cinta,

“Papa, Mama kenapa Pah. Mulutnya berbusa, sama kayak si Kitty.”

Suamiku ternyata datang, dia memenuhi janji. Tapi aku sama sekali tak mampu meraihnya. Untuk sekedar berbisik, mengucapkan ‘Aku cinta kamu’.
Derap langkah kaki mereka terdengar menjauh, meninggalkanku. Sebelum cahaya terakhir padam, masih kulihat siluet Andre yang memunggungiku. Menggendong Cinta yang terus menatap iba, tak melepaskan pandangan bola mata bulatnya dariku.

Di sebelahku berbaring makhluk berbulu yang kini terbujur kaku. Lidah merah mudanya terjulur keluar.

***

“Selamat petang, pemirsa. Sekilas liputan kembali menyampaikan info terbaru. Aparat satuan narkoba hari ini menggrebeg tempat persembunyian AS yang selama beberapa bulan ini telah masuk dalam daftar DPO. Sangat disesalkan, AS berhasil lolos saat polisi mencoba menangkapnya.

Para petugas langsung mendatangi kediamannya untuk meminta keterangan dari istri tersangka. Namun polisi menemukan sesosok mayat perempuan di TKP yang ternyata adalah istri dari AS. Fe, tiga puluh tahun ditemukan tewas dengan mulut berbusa dan tubuh membiru. Diduga ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan meminum racun. Sementara jejak dari sang suami masih belum dapat ditemukan.

Sekian berita sekilas liputan kali ini. “

###

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun