Ada baiknya kita tergabung dalam organisasi atau forum mahasiswa sedaerah. Sebab selama di perantauan dan jauh dari orang tua, teman sedaerah yang akan bisa memahami kebiasaan adat, tradisi, dan budaya yang sama dengan kita. Merekalah adalah keluarga kedua yang akan membantu kita dalam keadaan terpuruk, misalnya saat jatuh sakit.
5. Kecanduan Jalan-jalan
Namanya juga anak muda, kalau cerita soal kampusku yang ada di Yogyakarta dengan nuansa kota pelajar, icon malioboro, bangunan lama lawang sewu dan berbagai tujuan wisata religi, pendidikan, maupun budaya memang seringkali jadi pusat perhatian bagi para pelajar rantauan.
Memang, tak selamanya dengan jalan-jalan memberikan kemudharatan. Dengan berkunjung di situs-situs tersebut dapat juga menghilangkan stres, menambah pengalaman, pengetahuan, sejarah dan sebagainya.
Yang kurang baik adalah terlalu berlebihan dan terlalu sering, sampai-sampai rela bolos kuliah hanya untuk menyenangkan diri dengan alih-alih “kita juga butuh healinggg!!”
Perlu kita sadari dan tekankan bahwa “Sesungguhnya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik”
6. Mahasiswa Rantau Harus Mampu Self Reward
Untuk me-refresh juga memberikan pemulihan semangat pada diri, self reward perlu adanya. Seperti dengan memberikan hadiah, apresiasi pada diri sendiri atas apa yang dicapainya.
Bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, mendapatkan IPK sesuai target, hingga hal-hal besar yang memang perlu diapresiasi.
Apresiasinya pun tidak harus melulu dengan sebuah hadiah yang mahal, tapi dapat dimulai dari hal yang sederhana, seperti dengan melakukan hobi, scrolling media sosial, atau bahkan healing sebagai rewardnya.
7. Tidak Menutup Kontrol dari Orang Tua