Tentu, ungkapan bahwa “Hidup harus punya prioritas” bukanlah hal yang salah. Dalam tugasnya sebagai mahasiswa maka mahasiswa memang harus memprioritaskan kuliahnya namun bukan berarti menolak untuk melakukan aktivitas lain, seperti berorganisasi.
Dengan adanya prioritas kita akan lebih fokus dan dengan adanya kegiatan di luar prioritas kita dapat belajar dalam memanajemen waktu sebaik mungkin untuk memaksimalkan keduanya. Kuliah bukan hanya sekedar jadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang).
Mahasiswa yang digadang-gadang sebagai “agent of change” atau “agen perubahan” ini harus bisa menjadi perintis, penggerak, penggagas sebuah perubahan pada kemajuan dunia, salah satunya dengan memperjuangkan hak-hak, memberdayakan masyarakat dan mengatasi permasalahan sekitar juga untuk Indonesia.
Kemampuan dalam berorganisasi dan penggerak jiwa sosial dalam diri, tidak sepenuhnya bisa didapatkan di matkul perkuliahan, tapi kita perlu melatihnya melalui organisasi.
Begitu pula sebaliknya, jangan sampai kita terlena dan meninggalkan prioritas kita sebagai mahasiswa untuk belajar, sampai-sampai rela mengorbankan waktu belajarnya untuk berorganisasi. Itulah kegagalan yang sesungguhnya “lupa dengan prioritas utama”.
“Usia mudamu memang sangat berharga, namun usia orang tuamu jauh lebih berharga!”
Dengan berada jauh di perantauan, untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memang menjadi hal yang paling didambakan untuk meraih kemapanan hidup dan membahagiakan kedua orang tua tentunya.
Di sana, kita akan menghabiskan waktu kita tanpa orang tua, tentu bukanlah hal yang sebentar dan itu akan teramat berharga saat beliau telah berhasil melihat kita memangku gelar kesuksesan atau saat dua pahlawan kita telah tiada, waktu akan jauh terasa lebih berharga.
Untuknya, tak hanya sekedar mimpi, kebahagiaan kita semata yang harus kita capai tapi juga amanah dan kepercayaan mereka perlu kita pertanggungjawabkan.
Jangan sampai masalah membuat kita lengah dan putus asa, sering sering kita me-refresh kembali pikiran kita dengan melihat jerih payah, dan perjuangan mereka untuk menyampaikan kita pada titik ini.
Seringkali, kita dapati di laman-laman berita resmi dari universitas maupun pemerintahan, mahasiswa fresh graduate yang mampu memberikan kontribusinya bagi masyarakat dalam merealisasikan peranya sebagai “agent of change”, menjadi mahasiswa unggul dan sebagainnya.