Kebaikan, sejatinya semua makhluk di dunia ini tidak diciptakan dalam keadaan yang tidak baik atau untuk menjadi tidak baik. Semua orang dapat dipastikan, selalu memiliki kebaikan dalam dirinya. Senada dengan firman Allah SWT dalam QS At-Tin ayat yaitu;
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk paling sempurna dari makhluk lainnya. Namun, biasanya ketika kita bertumbuh, ada yang mempengaruhi perilaku dalam diri, bisa dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal berupa sesuatu yang tidak bisa dikendalikan olehnya, hingga membuatnya berperilaku tidak baik, atau berbagai kemungkinan dari faktor eksternal yang akhirnya dapat membuat kita berperilaku buruk. Pada akhirnya terserah kita, apakah mau mengendalikan atau tidak.
“Kebaikan adalah perilaku yang membawa dampak positif bagi orang lain, entah mereka yang ada di sekeliling kita atau masyarakat luas.”
Berbuat baik pada diri sendiri juga merupakan kewajiban kita sebagai umat manusia. Kita perlu menjaga diri sendiri dari bahaya dan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan kita. Ketulusan amatlah diperlukan dalam berbuat kebaikan, karna semua kebaikan yang kita lakukan adalah investasi hidup.
“Ketika tulus melakukan kebaikan, kita bisa mengalami kepuasan batin dan merasakan kebahagiaan.”
Kebahagiaan yang dirasakan seseorang tersebut dapat mengeluarkan cahaya dari wajah dan tubuhnya, kebahagiaan dari dalam diri, yang disebabkan oleh perbuatan baik yang dikerjakannya, ketaatan pada Tuhan, diiringi dengan ketenangan hati yang mengaliri aktivitas-aktivitas baik yang ia lakukan.
Mengutip dari, apa yang disampaikan oleh Dr. Aisyah Dahlan dalam kajiannya, perbuatan baik tersebut, dapat meningkatkan gelombang spiritual yang ada dalam dirinya. Pada hakikatnya tubuh manusia terdiri dari badan seluler dan badan bioplasmik. Badan seluler merupakan badan inti manusia. Sedangkan badan bioplasmik merupakan badan yang terbentuk dari kekuatan vibrasi yang keluar dari gelombang elektromagnetik jantung.
Adapun fungsinya adalah untuk menyampaikan pesan-pesan yang manusia ucapkan, pikirkan, dan rasakan ke alam semesta. Seluruh tubuh akan mengirimkan vibrasi mengenai pesan-pesan tersebut. Cahaya tersebut tertangkap dan terurai melalui terlibatnya pikiran dan perasaan, sehingga dapat mempengaruhi warna dalam dirinya. Warna ini sering disebut juga dengan aura.
Sistem holistik yang terdapat pada tubuh manusia, akan mengakses gelombang yang dirasakan melalui peningkatan aktivitas pada lapisan bioplasmik tadi, perasaan dan pikiran positif yang membawa pada kebahagiaan dan ketenangan dapat meningkatkan gelombang spiritual tersebut.
Beberapa aktivitas dapat meningkatkan gelombang spiritual, membangkitkan cahaya dalam tubuh manusia, dengan berbagai manfaat yang diperolehnya;
1. Kegiatan spiritual, berdoa, berbuat baik, berprasangka baik dsb
Berdoa merupakan kegiatan yang paling sering kita lakukan, apalagi untuk umat islam yang 5 waktunya senantiasa diwajibkan untuk beribadah, juga dengan anjuran-anjuran waktu yang baik untuk berdoa, saking begitu cinta dan besarnya kemurahan hati Allah SWT, memudahkan hambanya untuk senantiasa dekat dengan-Nya di waktu dan kondisi apapun.
“Doa, niat dan prasangka itu keluarnya didorong melalui lapisan luar, namanya lapisan spiritual. Paling luar, gelombang spiritual itu akan keluar saat kita berdoa, berniat dan berprasangka juga,” ujar dokter ahli saraf, Aisyah Dahlan
dalam sebuah tulisannya, aisyah Dahlan juga mengungkapkan bahwa gelombang spiritual dari doa ini memang sangatlah kuat, mulai dari kita mengangkat tangan hingga meniatkan dengan penuh ketulusan, memberikan pancaran cahaya pada diri kita akibat meningkatnya gelombang spiritual tadi.
Gelombang spiritual yang terpancar dalam diri seseorang seringkali kita rasakan, seperti ketika kita melihat orang-orang yang ahli ibadah, memiliki pribadi yang baik, wajahnya pun akan terlihat tenang, penuh ketertarikan juga terpancar cahaya yang alamiah, benar begitu bukan?
Belum lagi ketika kita mendengarnya berbicara, sangat menenangkan yang ibarat sebuah nasihat kalimatnya akan langsung melesat pada jiwa kita, kedamaian dan energi spiritualnya pun ikut dirasakan oleh orang-orang disekitarnya.
2. Perasaan bahagia, pancarkan cahaya awet muda
Bagi orang-orang yang suka berpikir negatif dan tidak berkemauan, seringkali menganggap bahwa perasaan bahagia tidak bisa dirasakan olehnya. Tentu itu salah besar, jika kita tidak bisa rasakan bahagia, maka kita harus melangkah untuk menciptakan kebahagiaan tersebut.
Perasaan bahagia timbul dari rasa syukur dan menerima atas apa yang didapatkannya, dengan kebahagiaan kita pun akan dengan mudah membawa orang lain untuk bahagia, juga menciptakan suasana kenyamanan untuk lingkungan sekitarnya. Menggembirakan orang lain membuat gelombang spiritual semakin meningkat.
Lalu apa hubungannya dengan Awet Muda?
Ketika kita bahagia, maka hormon endorphin akan diproduksi dalam tubuh meningkatkan kesehatan dan menjaganya dari rasa sakit, juga menyembuhkannya dari duka yang tengah dirasakannya, serta dapat membuat orang tersebut jadi terlihat ceria dan lebih muda dari usianya.
"Cantik itu adalah bahagia dan bahagia itu adalah cantik" ujar Dr. Aisyah Dahlan
Bahagia merupakan keadaan yang senang dan merasa tentram, dan bebas dari segala yang menyusahkan serta bersyukur dan suka berbagi. Jika ingin makin cantik dalam kesehariannya, kita harus menerima diri kita seutuhnya, merasa nyaman dan menerima diri dengan sehat lahir batin.
3. Menata hati dan pikiran untuk menyikapi ragam bumbu kehidupan.
Bumbu kehidupan? Ya, kehidupan pasti akan dipenuhi berbagai problematika atau bumbu-bumbu yang membuatnya jauh lebih indah, ada suka, duka, permasalahan, penyelesaian hingga berakhir kebahagiaan. Itulah hakikat kehidupan jadi menata emosi dan segala perasaan yang lain memang diperlukan.
“Tiap inti sel tersimpan 3 miliar informasi genetik. Hakikat manusia terukir dalam gen dan tertidur, Gen yang tertidur ini dapat dibangkitkan dengan dzikruallah. Pada saat manusia rutin melakukan aktivitas ini maka manusia dapat dengan mudah menemukan hakikat dirinya dan alam semesta. Pembuluh meridian akan peka terhadap apa yang sedang terjadi di sekitarnya.“ kata Dr. Aisyah Dahlan dalam kajiannya mengenai Gelombang Spiritual
4. Menata prasangka untuk selalu positif
Setiap manusia memiliki prasangka, dan akan selalu berprasangka tentang apa yang terjadi di kehidupannya. Prasangka dapat dibagi menjadi dua, prasangka baik dan prasangka buruk.
Pikiran dan perasaan menjadi penentu nasib diri atau disebut dengan Law of Projection. Dapat dikatakan bahwa nasib baik merupakan hasil pikiran dan perasaan yang baik. Sukses dan baiknya masing-masing tergantung pada hasil dari konsep hidup yang mereka ciptakan.
Manusia senantiasa dianjurkan untuk bersikap optimis dan berharap sesuatu yang baik. Harapan akan menjadi daya tarik kuat yang mempengaruhi akal dan qalbu. Sebab, hidup dan nasib merupakan realita sekunder dari realita primer (akal dan qalbu).
Dapat dikatakan bahwa pikiran dan perasaan adalah kunci dari kebahagiaan kita, dan kebahagiaan akan membuat kita bercahaya, dengan cahaya spiritual tadi menandakan bahwa kita hidup. Tentu manfaatnya pun sangat luas, dengan bahagia maka kesehatan akan senantiasa terjaga, gairah hidup akan terus menggebu hingga hari tua untuk mempersiapkan bekal kematiannya.
Orang-orang yang bercahaya ini memiliki kebaikan yang tidak umum, namun dapat dipraktikan oleh siapa saja. Cahaya tersebut dapat turun ketika semangat menurun dan dapat meningkat ketika memulai banyak kebaikan-kebaikan juga ilmu yang bermanfaat dalam hidupnya. Cahayanya dapat menerangi hidupnya sendiri dan orang lain.
Mulai dari sekarang, mari kita kendalikan pikiran kita, sembari mengikhtiarkan diri untuk menghilangkan su’udzon. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah memaksakan diri untuk berbaik sangka dan tinggalkan persepsi negatif, ghibah, ataupun gosip.
Senantiasa mengganti kata yang bernada negatif menjadi positif, misalkan; lemah menjadi belum/kurang mampu. Kata-kata adalah doa serta mampu mempengaruhi pikiran dan perasaan.
Meski terkadang pikiran/perasaan positif dan negatif datang bersamaan. Manusia diharapkan sadar dan senantiasa berikhtiar mengenali pikiran positif, pikiran negatif, perasaan positif, dan perasaan negatif. Semakin kita mampu mengendalikan itu, maka cahaya spiritual akan terpancar dengan sendirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H