"Apaan sih loe Ra."
Kami tiba di Balai Desa Balegede. Pak Kades telah menyiapkan satu rumah warga yang dapat kami tempati, setelah menyampaikan program yang akan kami lakukan selama dua minggu sekaligus memperkenalkan tim kami diantarkan oleh staf desa yang bernama Kang Agus.
Rumah yang akan kami tempati tak jauh dari balai desa dan sekolah. Tadinya kami akan disiapkan 2 rumah agar cewek dan cowok dipisah, namun mengingat kami hanya dua minggu jadi tidak masalah tinggal di satu rumah. Kebetulan yang punya rumah seorang janda dan rumahnya besar, jadi bisa menampung 10 orang di rumahnya.
"Assalamu'alaikum wa" Kang Agus menyapa yang punya rumah yang sedang duduk bersama beberapa orang tetangga.
"Punten ibu-ibu, ini rombongan tamu dari Jakarta, anak-anak yang mau tinggal di rumah wa Ipah"
Kang Agus memperkenalkan kami kepada pemilik rumah, kami dipersilahkannya  masuk. Pemilik rumah yang biasa dipanggil wa Ipah langsung sibuk ke dapur dibantu tetangga lain yang tadi ngobrol di depan. "Ayo silahkan masuk, kalau di kampung ya begini ini dek, kalau ada tamu pada sibuk nyiapin makanan." Kang Agus mempersilahkan kami masuk. Barang-barang di mobil sudah diturunkan semua. Tak lama anak-anak berkerubung di depan rumah wa Ipah. "Asyik...asyik...asyik...asyik aya mahasiswa" mereka bersorak sorai menyambut kedatangan kami.
"Loe bakalan kerasan nggak tinggal di sini Mon, tidur di Kasur kapuk bukan Kasur empuk kayak di kamar loe." Laura mulai meledekku, karena yang disediakan di rumah ma Ipah hanya ada 3 kamar. Sudah pasti kami cewek berlima akan dibagi 2 kamar dan tidur di kasur lipat tipis. Ah, tak masalah rasanya tidur di kasur tipis yang penting aku bisa tinggal satu rumah dengan Jacky.
Besok hari pertama aksos kita, besok kita akan ke sekolah. Di desa Balegede terdapat 3 sekolah, kami membuat 3 tim agar semua sekolah bisa kami datangi.
"Agar kita adil dalam penetuan tim, kita bikin undian ya. Masing-masing dari kita ambil kertas yang sudah gw siapin" Kata Wisnu, karena cewek-cewek milih sekolah yang dekat dengan balai desa yang tak jauh dari rumah wa Ipah.
Aku dan Laura pisah tim. Aku satu tim dengan Anggia dan Jacky. Seolah-olah Tuhan menyetujui perasaanku pada Jacky.
Untuk menuju sekolah, tempat di mana aku dan tim mengajar lumayan jauh. Jalanan agak menanjak, karena lokasinya di perbukitan. Anggia ijin pulang duluan, karena datang bulan hari pertama. Hanya aku dan Jacky yang mengajar anak-anak. Setelah di kelas, kami mengajak anak-anak bermain di luar. Seru juga bermain dengan mereka, ini untuk pertama kalinya aku mengajar anak-anak. Sebagai anak Tunggal aku tidak pernah bermain dengan anak-anak seperti ini. Terlebih Jacky yang menjadi partnerku. Jacky ternyata cukup lihai bermain dengan anak-anak, dia banyak memberikan ide permainan.