Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menunda Pernikahan Bikin Hidup Lebih Bahagia, Kok Bisa?

17 Juli 2024   14:37 Diperbarui: 17 Juli 2024   14:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pernikahan I sumber: pexels.com/Luis Quintero

Orang yang menikah terlalu awal atau di usia sangat muda, lebih mudah tertekan karena memulai kehidupan keluarga lebih awal. Namun, Johnson juga menambahkan, menunda menikah dalam waktu yang lama tidak menjamin bebas risiko.

Hasil penelitian ini menurut saya sejalan dengan pandangan milenial dan gen Z sekarang. Banyak dari mereka, termasuk saya sebelum memutuskan menikah, ingin menikmati masa muda dahulu. Menikmati hasil kerja sendiri, bersenang-senang bersama teman, membahagiakan orangtua sebelum berkomitmen lebih jauh dengan pasangan.

Usia Tepat Pernikahan Happy Minim Depresi

Mengapa menikah di usia tepat pernikahan menjadi happy dan minim depresi? Yuk, coba pikirkan!

Orang yang menikah terlalu muda, kemungkinan tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka terima di kehidupan pada usia dewasa. Sehingga, sebagian dari mereka, belum siap menjalani kehidupan keluarga.

Saya tidak menyebutkan, menikah muda sebuah kesalahan. Semua orang tetap memiliki hak untuk memilih. Usia muda kalau cara berpikirnya sudah matang dan dewasa kenapa tidak?

Sayangnya, kebanyakan orang yang menikah di usia terlalu muda, tidak bisa menikmati masa mudanya. Terlalu dini memiliki anak, sehingga pada usia yang seharusnya mereka masih menikmati peralihan masa remaja menuju dewasa, sudah mendapatkan tanggung jawab yang besar.

Kita sangat paham, anak tidak hanya butuh dinafkahi secara fisik saja, tetapi juga harus dididik dan dirawat dengan baik. Ini sangat tidak mudah, saya yang menikah di usia 26 tahun saja, masih harus beradaptasi dengan tanggung jawab baru. Butuh waktu tidak sebentar, untuk saya terbiasa menjadi istri dan seorang ibu.

Menikah di usia tua atau agak terlambat, juga tetap memiliki risiko depresi. Walau tidak banyak dari mereka, yang mengalaminya menurut hasil penelitian di atas. Hal ini karena dalam kehidupan selalu ada masa transisi, dimana kita sebagai pasangan dan orangtua, akan selalu menghadapi problematika hidup.

Entah itu karena perbedaan pendapat, masalah ekonomi, hal-hal yang mungkin saja tidak kita ketahui terjadi di masa mendatang. Masalah akan selalu ada dalam kehidupan, kita yang harus menemukan solusinya dan menghadapi dengan elegan. Tidak mudah memang, terpenting kita jalani dengan senyuman!

Bagaimana menikah di usia matang, tidak membuat happy dan minim depresi? Semuanya sudah disiapkan dengan matang, sehingga keluarga makin bahagia, gak cuma soal materi saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun