Saat saya mengucapkan kata "Panti Jompo", apa yang kamu pikirkan? Apakah kamu seorang yang mempertimbangkan menitipkan orangtua di panti jompo saat lansia nanti? Ataukah kamu tak menyetujuinya?
Dalam berita CNBC Indonesia (31/05/2024), Mensos Tri Rismaharini menyampaikan pendapat mengenai panti jompo yang dianggap sebagai budaya barat, tidak cocok untuk Indonesia. Ini menjadi pendapat yang cukup kontroversial karena kita mengenal panti jompo di Indonesia sudah ada sejak lama.
Nah, sebenarnya bagaimana panti jompo bisa dikenal di Indonesia? Dan bagaimana pandangan tentang panti jompo itu sendiri?
Sejarah Berdirinya Panti Jompo di Indonesia
Informasi dalam berita lanjutan CNBC Indonesia (31/05/2024), panti jompo ternyata dikenalkan pada zaman VOC. Dengan alasan rasa kemanusiaan dan keagamaan, VOC mengumpulkan para lansia dari bekas tentara dan pegawai VOC itu sendiri yang hidup sebatang kara dan menyantuni mereka dalam satu tempat tinggal. Merawatnya dengan baik, memberikan santunan, dan mengurus mereka hingga akhir usia.
Panti jompo mulai berdiri di Batavia sejak tahun 1680-an. Sejarawan Hendrik E. Niemeijer dalam Batavia Masyarakat Kolonial Abad XVII (2012) menggambarkan, biasanya panti jompo berdampingan dengan panti asuhan. Pendirian panti jompo zaman VOC itu yang menjadi inspirasi masyarakat Indonesia turut mendirikan panti jompo yang masih terus ada hingga kini.
Panti Jompo Hanya Solusi Terakhir
Apakah panti jompo solusi yang tepat? Saya tidak bisa membenarkan atau menyalahkan keputusan setiap orang yang akhirnya memilih untuk menua di panti jompo, atau menitipkan orangtuanya di sana.
Apakah saya sudah pernah melihat panti jompo secara langsung? Belum sama sekali. Hanya saja, saya ingin sedikit memberikan pandangan tentang lansia di masa tua.
Saya memang belum tua, usia pun masih terbilang sangat muda, baru masuk kepala tiga. Namun, saya cukup paham bagaimana perasaan lansia yang tinggal seorang diri di masa tuanya.