Senioritas, membuat kakak kelas merasa tidak masalah melakukan kekerasan pada adik kelas. Senioritas justru menjadi ajang untuk menindas adik kelas.
Premanisme selalu ada di sekolah
Palak memalak, premanisme, menjadi hal biasa yang selalu ada di sekolah. Seperti kasus siswi kelas 2 SD di Gresik yang mengalami kebutaan karena ditusuk mata kanannya oleh kakak kelas.
Dalam berita BBC News Indonesia (21/09/2023), sang ayah memberikan kesaksian bahwa anaknya mengaku dipalak oleh kakak kelas. Korban yang menolak memberikan uang jajannya, membuat kakak kelas marah dan melakukan tindakan berbahaya. Oh ternyata, sudah lama siswi SD itu sering dipalak oleh kakak kelasnya, sehingga sering kehabisan uang jajan tanpa digunakan.
Sejak zaman saya sekolah, saya sendiri sering menyaksikan premanisme di sekolah. Anak yang merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih, sengaja memalak uang jajan temannya. Dan dianggap sebagai sesuatu yang biasa terjadi di sekolah oleh para siswa. Jadi, mereka membiarkan uangnya diambil demi keamanan walau tidak bisa jajan.
Ruang BK dianggap keramat
Apakah kalian tahu? Banyak siswa yang menganggap ruang BK adalah ruang keramat. Siswa menganggap ruang BK itu khusus untuk anak bermasalah, sehingga jika dipanggil ke ruang Guru BK, mereka sudah takut dulu. Padahal, tidak melulu yang dipanggil ke ruang BK itu bermasalah, lho!
Anak-anak yang sering masuk ruang BK, dianggap anak lain sebagai anak bermasalah di sekolah. Ini hal yang membuat mereka di cap jelek, dan merasa sudah terlanjur dianggap jelek, ya sekalian saja melakukan kenakalan. Sehingga sebagian siswa merasa takut dengan siswa yang masuk ruang BK, dan melanggengkan kekerasan terjadi di sekolah.
Menganggap hukuman fisik solusi tepat di sekolah
Saya sering diceritakan oleh orangtua bahwa pada zaman dulu, jika siswa tidak bisa mengerjakan soal atau melakukan kesalahan dan kenakalan, guru akan memberikan hukuman dengan memukul tangan siswa menggunakan penggaris. Zaman dulu, hukuman fisik dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mendidik anak.
Namun, sekarang sudah terjadi transformasi pendidikan, beda zaman, beda karakter muridnya, juga beda cara mendidiknya. Hukuman fisik sudah tidak bisa digunakan sebagai solusi agar siswa jera. Makin sering dihukum fisik, siswa akan menyimpan dendam pada guru.