Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pasang Behel Gigi, Jangan Sembarangan!

30 Mei 2023   06:05 Diperbarui: 30 Mei 2023   09:04 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokter gigi I Sumber: pexels.com/Andrea Piacquadio

"Kalau pakai behel gigi pasti keren, nih!"

Sekitar tahun 2010 ke atas, behel menjadi tren kala itu di Indonesia. Banyak remaja yang sengaja memasang behel di tukang gigi, tanpa memikirkan risiko kesehatan.

Dari mulai siswa hingga mahasiswa, semua berlomba-lomba mempercantik gigi dengan behel. Pada zaman itu, orang yang memakai behel dianggap keren.

Behel gigi tak sekadar mempercantik diri

ilustrasi senyum dengan behel gigi I Sumber: pexels.com/Roderick Salatan
ilustrasi senyum dengan behel gigi I Sumber: pexels.com/Roderick Salatan

Saya tidak menyangka sama sekali, justru saya sekarang menggunakan behel gigi. Pada 2018, saya memutuskan melakukan behel pada gigi saya. Keputusan ini, tentu bukan karena ingin mengikuti tren semata.

Saya sempat bingung, dan bertanya, apakah benar saya harus melakukan behel gigi? Namun, karena saran dokter gigi. Akhirnya, saya memutuskan melakukan behel pada gigi.

Pada 2017, saya melakukan pencabutan gigi di rumah sakit karena ada polip pulpa pada gigi geraham saya. Lalu, dokter gigi melihat gigi saya yang begitu berantakan. Kemudian, menyarankan saya untuk melakukan behel gigi.

Saran tersebut tidak langsung saya tanggapi, saya menanyakan alasan kuat mengapa harus melakukan behel pada gigi. Dokter menjelaskan, bahwa rahang saya miring akibat konstruksi gigi yang tidak rata. Sehingga, perlu merapikan gigi agar tidak menyebabkan penyakit lain yang timbul akibat rahang miring.

Oleh karena itu, dokter menyarankan behel gigi. Itu pun saya tidak langsung melakukan behel gigi. Setelah hampir setahun, baru saya membehel gigi.

Jadi, behel gigi tak hanya sekadar untuk mempercantik diri saja. Namun, juga demi kesehatan gigi agar tidak mengalami penyakit gigi lain yang lebih parah.

Sembarangan membehel gigi, risikonya tanggung sendiri

ilustrasi behel gigi I Sumber: pexels.com/cottonbro studio
ilustrasi behel gigi I Sumber: pexels.com/cottonbro studio

Kala itu, behel gigi bisa dilakukan oleh tukang gigi. Hanya bermodalkan kawat gigi, dan sedikit keahlian memasang kawat gigi. Padahal, behel gigi tak bisa dilakukan sembarangan.

Jika kamu menggunakan kawat gigi palsu atau membehel gigi sembarangan, bisa menyebabkan kerusakan pada gigi. Apakah kamu mau gigimu hancur hanya untuk mengikuti tren?

Sedikit bercerita pengalaman saya, sekitar tahun 2018, saya ditemani adik melakukan behel gigi ke klinik gigi yang telah direkomendasikan adik saya. Ada beberapa tahap sebelum melakukan pembehelan gigi.

Pertama, saya melakukan rontgen gigi untuk ditunjukkan pada dokter gigi sebelum berkonsultasi. Kedua, mengkonsultasikan dahulu masalah gigi dengan dokter. 

Ketiga, melakukan scaling gigi, menambal gigi yang berlubang dan memastikan kondisi gigi sehat sebelum dibehel. Terakhir, proses pembehelan gigi dibantu oleh dokter gigi.

Awalnya, saya berniat hanya menggunakan dokter gigi umum yang bersertifikat. Namun, ternyata masalah gigi saya cukup kompleks. Saya harus ditangani dokter gigi spesialis orthodontic untuk melakukan behel gigi.

Waktu itu, dokter memberitahukan bahwa tidak bisa memperbaiki rahang saya yang miring. Dokter menegaskan, membantu saya merapikan gigi agar kemiringan rahang berkurang.

Jika ingin rahang kembali semula, harus dilakukan operasi pemotongan rahang. Waduh, rasanya sangat ngilu mendengar pernyataan itu. Akhirnya, saya memutuskan untuk membehel gigi saja.

Saya ingat betul, biaya yang saya keluarkan cukup mahal. Dari mulai rontgen gigi, scaling, hingga membehel gigi dengan kawat metal standar dibantu dokter spesialis orthodontic sekitar 10 juta lebih. Kalau sekarang, mungkin lebih dari itu biaya totalnya. Wah, cukup menguras uang saku seorang pegawai yang baru saja bekerja.

Sudah jelas bukan? Pembehelan gigi tidak bisa dilakukan sembarangan, harus dilakukan oleh dokter gigi atau dokter gigi spesialis orthodontic. Kalau kamu sembarangan membehel gigi, tanggung sendiri risiko kerusakan gigi yang akan terjadi pada dirimu.

Perlu komitmen rutin kontrol behel gigi

ilustrasi kontrol behel gigi I Sumber: pexels.com/Andrea Piacquadio
ilustrasi kontrol behel gigi I Sumber: pexels.com/Andrea Piacquadio

Setelah gigimu selesai dibehel, tak sampai di situ saja. Kamu harus rutin kontrol behel setiap bulan. Sebaiknya, sebulan sekali atau maksimal banget dua bulan sekali. Semakin rutin kontrol, maka doktermu akan makin memahami masalah gigimu. Sehingga, bisa melakukan tindakan penanganan yang tepat agar gigimu cepat rapi.

Biasanya, membutuhkan waktu sekitar 2-3 tahun agar gigi rapi. Namun, balik lagi tergantung tingkat keparahan gigi berantakan yang kamu alami. Jangan ditanya soal rasanya, sudah pasti ngilu, sariawan, dan sakit akan sering kamu alami dalam proses merapikan gigi saat menggunakan behel.

Sayangnya, sejak saya memiliki anak dan pindah domisili, saya kesulitan melakukan kontrol gigi. Membuat saya jarang melakukan kontrol behel gigi. Sehingga membuat proses perapihan gigi saya lebih lama.

Perlu diketahui, setelah kamu melakukan behel gigi, maka tindakan perawatan kontrol gigi juga harus dilakukan oleh dokter gigi yang melakukan pemasangan behel tersebut. Hal itu karena setiap dokter gigi memiliki cara penanganan yang berbeda, sehingga tindakan yang diambil pun juga akan berbeda.

Pergantian dokter gigi biasanya hanya diizinkan apabila kendala domisili memang sangat jauh. Contohnya, kamu dari Jakarta, pindah ke kota lain, sehingga sangat sulit untuk kontrol gigi dengan dokter yang sama. Cukup sulit persyaratan untuk meminta surat rujukan pindah dokter gigi.

Saya pun sampai saat ini hanya bisa menunda kontrol gigi karena kendala pemulihan setelah melahirkan. Anak juga masih terlalu kecil untuk dibawa bepergian, sehingga harus menunggu anak usianya cukup dulu.

Nah, maka dari itu, perlunya komitmen rutin kontrol behel gigi agar gigimu cepat rapi. Jika kamu tak bisa berkomitmen, lebih baik tidak membehel gigi. Untuk copot behel sebelum selesai tindakan, juga butuh biaya.

Ada baiknya, sebelum sakit gigi atau terjadi masalah yang parah pada gigi, rutinlah melakukan perawatan gigi. Enam bulan sekali cukup untuk melakukan kontrol gigi rutin, apabila kamu tak memiliki masalah gigi.

Rawatlah gigi setiap hari agar gigimu sehat. Behel gigi adalah opsi terakhir jika memang gigimu harus diperbaiki karena masalah kesehatan. Buat dirimu semakin percaya diri dengan gigi yang terawat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun