"Kalau pakai behel gigi pasti keren, nih!"
Sekitar tahun 2010 ke atas, behel menjadi tren kala itu di Indonesia. Banyak remaja yang sengaja memasang behel di tukang gigi, tanpa memikirkan risiko kesehatan.
Dari mulai siswa hingga mahasiswa, semua berlomba-lomba mempercantik gigi dengan behel. Pada zaman itu, orang yang memakai behel dianggap keren.
Behel gigi tak sekadar mempercantik diri
Saya tidak menyangka sama sekali, justru saya sekarang menggunakan behel gigi. Pada 2018, saya memutuskan melakukan behel pada gigi saya. Keputusan ini, tentu bukan karena ingin mengikuti tren semata.
Saya sempat bingung, dan bertanya, apakah benar saya harus melakukan behel gigi? Namun, karena saran dokter gigi. Akhirnya, saya memutuskan melakukan behel pada gigi.
Pada 2017, saya melakukan pencabutan gigi di rumah sakit karena ada polip pulpa pada gigi geraham saya. Lalu, dokter gigi melihat gigi saya yang begitu berantakan. Kemudian, menyarankan saya untuk melakukan behel gigi.
Saran tersebut tidak langsung saya tanggapi, saya menanyakan alasan kuat mengapa harus melakukan behel pada gigi. Dokter menjelaskan, bahwa rahang saya miring akibat konstruksi gigi yang tidak rata. Sehingga, perlu merapikan gigi agar tidak menyebabkan penyakit lain yang timbul akibat rahang miring.
Oleh karena itu, dokter menyarankan behel gigi. Itu pun saya tidak langsung melakukan behel gigi. Setelah hampir setahun, baru saya membehel gigi.