Mohon tunggu...
Ai QurotulAin
Ai QurotulAin Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Olshop, Penulis

An Ordinary Mama dari 2R

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Daring Bikin Darting, Oh Ya?

2 September 2020   15:08 Diperbarui: 2 September 2020   15:07 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumen Pribadi


"Sudah selesai, A?" Sambil melap keringat, kuhampiri si sulung. Tuntas sudah deretan pekerjaan rumah pagi itu. Mengepel, sebagai pekerjaan rumah terakhir, telah membuat sebagian tubuhku dibanjiri keringat."Belum." Dengan santai, Ia menjawab.

"Videonya sudah dipahami baik-baik kan? Aa mengerti, tidak?" Aku yang sedari tadi mengawasi, kembali menanyainya. Melihatnya tampak serius dengan gawai dan headset 20 menit lalu, membuatku tenang, bahwa sulungku yang tiga bulan lagi berusia 11 tahun, sudah mengerti dengan materi Matematika pagi itu."Nunggu Mama beres aja, sini dong, Mamanya, Aa nggak tahu harus mulainya dari mana."

Tarik napas, agar aku tak mengeluarkan nada tinggi padanya. Padahal, ingin sebentar saja menikmati lontong sayur yang sempat kubeli untuk sarapan pagi. Baiklah, aku tunda keinginan menikmati segarnya kuah itu, aroma khas yang sudah mencocoki hidung terpaksa kutahan.

"Apa yang belum Aa mengerti?" Masih bagaikan peri, aku menanyainya diiringi wajah sumringah.

"Kalau soal ini, yang dikerjain yang persen dulu apa yang desimal dulu? Terus jawabannya yang mana? Soalnya ini ada yang pecahan campuran, ada yang persen, ada yang desimal." Setelah Ia menunjukan halaman 32, lalu konsentrasinya mulai beralih pada lego kecil yang sempat Ia rakit, sebelum pembelajaran daring dimulai.

"Aa... ini kan sudah Mama jelasin, kalau dapat soal kaya gini, kamu lihat mana yang paling mudah diubahnya. Buat semua ke desimal, atau ke persen, atau ke pecahan? Nggak usah semua, mana yang menurut Aa paling mudah, itu kerjakan." Sahutku mulai menaikan nada suara. Sedikit kesal juga karena Ia masih terkesan main-main dalam mengerjakan soal.

Baru si sulung menuliskan beberapa angka, tiba-tiba dari arah samping terdengar suara meja yang sedang diketuk. Aku mencoba mengabaikannya. Ingin berkonsentrasi penuh pada Aa, agar Ia mengerjakannya dengan benar, melihat mata Mamanya yang mulai membulat mengawasinya tiap menit, serta tak bergeser sedikitpun dari sampingnya.

"Mama lihat... ini bagus kan? Ini Acid tahu yang bikin... hehehe.. ayo... Mama sini dulu dong, Mama mau gambar apa?" Dari arah suara tadi, rupanya sang pembuat kegaduhan sedang ingin memerlihatkan hasil karyanya.

Aku pun menoreh pada arah suara ketukan meja yang sedari tadi mengganggu konsentrasi kami berdua.

"Astagfirullah... Ade... lagi ngapain? Kenapa ujung pegangan scuter Ade jadiin mainan?" Bukannya senang atas kreativitas si kecil tanpa batas. Aku yang saat itu sedang kesal, makin tersulut emosi ketika melihat meja jati kami, sebagian besar bagian atasnya, terkelupas karena ulah si bungsu.

Ini baru cerita satu hari, loh. Banyak hari lain yang tak kalah penuh drama. Tak salah, jika banyak Ibu berkomentar bahwa pembelajaran daring, bikin darting. Anak yang sekolah satu saja, kepala rasanya sudah nyut-nyuttan. Apalagi, jika kondisi rumah masih dalam keadaan berantakan, yang kecil belum bisa dikondisikan. Ingin mengeluh dengan bertanya, kapan semua ini akan berakhir?

Bunda Salihah, saya yakin yang mengalami cerita seperti saya di atas, banyak. Bunda di rumah pun mengalami berbagai macam kejadian yang tak kalah seru, menegangkan sekaligus mengesalkan. Cerita apa pun, terkait Pembelajaran Jarak Jauh, yang telah kita lalui selama tujuh bulan ini, memang beragam, ya. Untuk itu, saya ingin berbagi,  tujuh tips agar daring nggak bikin darting, simak yuk, Bun !

1. Terima kenyataan, berdamai dengan keadaan

Pandemi telah mengubah segalanya. Banyak orang terkena imbas, karena keadaan ini. Tidak hanya kita yang pusing dengan akibat si virus tak kasat mata ini. Banyak ibu lainnya, mengalami hal serupa, bahkan jauh lebih menderita. Tak ada cara lain selain menerima keadaan.

Berdamailah dengan lingkungan sekitar, juga dengan segala perubahan yang ada. Dengan demikian, kita akan jauh lebih ringan dalam menjalani hari demi hari.

Tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan. Tanamkan dalam pikiran bahwa semua akan baik-baik saja. Yakin bahwa kita adalah manusia terpilih, yang Allah uji dengan datangnya pandemi. Sebagaimana yang kita ketahui, pandemi itu datangnya 100 tahun sekali.

Sebagaimana dilansir laman : 


Link siklus pandemi 100 tahun 

Entah kebetulan atau tidak, virus mematikan yang terjadi hampir di seluruh dunia terjadi pada siklus 100 tahun sekali, dengan angka tahun 20 di belakangnya.

Oleh karenanya, terimalah keadaan pandemi ini, dengan optimis. Bahwa kita, mampu menghadapinya. Hanya orang-orang terpilih, yang mendapatkan ujian pilihan pula.

Kurangi keluhan dan kesedihan. Tetap berkarya dengan memanfaatkan peluang yang ada. Apa yang bisa kita lakukan di masa sulit ini, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, kita akan lebih rileks dalam menjalani hari demi hari.

2. Pastikan semua pekerjaan rumah selesai sebelum PJJ dimulai


Jam belajar biasanya dimulai pada pagi hari, yakni kisaran jam tujuh sampai sembilan. Nah, usahakan semua pekerjaan rumah kita tuntaskan sebelum jam pembelajaran tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kita akan sepenuhnya pada pendampingan anak. Jika kita belum bisa mengatur dengan baik, maka pikiran kita akan terbagi, antara penyelesaian pekerjaan rumah, dengan waktu membersamai si kecil.

Mulai buat catatan kecil setiap malam menjelang tidur. Itu akan memudahkan kita, agar saat bangun bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai checklist yang telah dibuat malam sebelumnya. Meski belum sempat mandi atau sarapan pagi misalnya, jam 8 teng, kita sudah bisa duduk tenang membersamai si kecil belajar daring.

3. Kondisikan anak lainnya sampai Ia nyaman

Tips ini untuk Bunda yang memiliki anak lebih dari satu. Kita tidak bisa membersamai PJJ kedua anak atau lebih, dalam satu waktu. Maka, buatlah jadwal membersamai anak satu dengan yang lainnya. Jika yang lainnya belum bersekolah, usahakan Ia dengan posisi ternyamannya. Bisa dengan memberikan makanan disambi nonton film kartun, atau bermain mainan edukasinya, yang membuat Ia bisa berlama-lama dengan mainannya tersebut.

4. Ambil hikmah dari setiap kejadian

Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian. Dengan PJJ ini, bounding kita dengan anak akan terasa lebih dekat. Selain itu, kita jadi lebih menghargai, bagaimana tugas guru selama ini mendidik anak-anak kita, ternyata bukanlah hal yang mudah.

Hikmah lain yang tak kalah menenangkan adalah, kita jadi lebih aware terhadap pentingnya menjaga kebersihan diri. Selalu mencuci tangan, rajin membersihkan diri, memakai masker sebagai kebiasaan baru, adalah beberapa contoh hikmah yang bisa kita ambil, atas terjadinya pandemi ini.

5. Berbagi pekerjaan dengan suami

Untuk menjaga kewarasan kita sebagai ibu, tak ada salahnya berbagi pekerjaan dengan suami. Entah dalam hal pekerjaan rumah tangga, ataupun dalam penyampaian materi sekolah anak. Saya pribadi, sih, seringnya minta bantuan untuk si sulung belajar Matematika pada Papanya.

Terkadang, penyampaian logika antara seorang ayah dengan anak lelakinya, akan lebih cepat diterima baik, ketimbang penjelasan dari sang ibu, meski sampai berbusa. Selain itu, berbagi pekerjaan rumah pun sangat memengaruhi tingkat stres seorang Ibu. Jika sosok ayah lebih peka, mau membantu beberapa pekerjaan rumah tangga, akan membuat Ibu jauh lebih bahagia, karena merasa diperhatikan.

6. Usahakan tetap beristirahat yang cukup, makan teratur, luangkan waktu untuk berolahraga

Ini tips yang tak kalah penting. Bagaimana pun, menjaga imunitas tubuh adalah kunci, dalam masa sulit menghadapi pandemi. Salah satu caranya adalah dengan beristirahat cukup, menjaga asupan nutrisi yang baik untuk tubuh.  Karena jadi Ibu itu, tak boleh sakit. Kalau sakit, siapa nanti yang akan membersamai si kecil belajar daring?

Jadwalkan untuk olahraga rutin setiap hari, minimal berjalan kaki. Oia, jika perlu, sisihkan waktu untuk me time dengan mengomunikasikannya terlebih dahulu pada pasangan. Makan makanan favorit sembari nonton drama korea misalnya, tanpa diganggu anak-anak, itu saja sudah lebih dari cukup, membuat pikiran kita jadi lebih fresh, dari sebelumnya.

7. Jangan berekspektasi terlalu tinggi terhadap anak

Belajar tatap muka saja, anak kadang tidak mengerti 100% atas apa yang disampaikan gurunya. Apalagi, mereka hanya belajar lewat video call dan membaca buku pelajaran. Akan banyak materi yang tidak bisa diserap dengan baik. Oleh karenanya, jangan mengharapkan anak dengan hasil tinggi, terutama untuk hasil ulangan yang akan dia peroleh nanti dari pembelajaran daring. Anak mau belajar mandiri saja sudah patut diacungi jempol, loh.

Dengan demikian, kita tidak akan tersiksa dengan pengharapan terlalu besar yang berujung pada kekecewaan, karena standar penilaian telah diturunkan.

Well, Bunda Salihah... itulah ketujuh tips yang bisa Blunda terapkan, agar lebih bijak dalam menyikapi pembelajaran anak via daring. So, apakah daring bisa bikin darting lagi? Say No, dong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun