Mohon tunggu...
Ainun Aini
Ainun Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hanya ridho-Nya yang kami cari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Munculnya Pemikiran Murjiah Dan Sekte - Sektenya

10 Oktober 2024   04:41 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Murjiah adalah salah satu aliran dalam teologi Islam yang muncul sebagai reaksi terhadap berbagai aliran lain, terutama dalam konteks perdebatan mengenai iman dan amal. Istilah "Murjiah" berasal dari kata "irja'" yang berarti menangguhkan atau mengulur, yang merujuk pada keyakinan bahwa iman seorang Muslim tidak tergantung pada amal perbuatannya.

Murjiah muncul pada abad pertama dan kedua Hijriah, terutama sebagai respons terhadap kontroversi politik dan teologis yang terjadi di kalangan umat Islam, terutama setelah peristiwa fitnah (perang saudara) yang melibatkan Ali dan Muawiyah.

Pendirian Murjiah banyak dipengaruhi oleh sikap toleran terhadap perbedaan dalam kalangan umat Islam. Aliran ini menekankan bahwa iman adalah inti dari keislaman, dan amal tidak dapat mengurangi nilai iman itu sendiri.

Tokoh Utama: Beberapa tokoh penting dalam pemikiran Murjiah adalah:

Al-Hassan al-Basri: Dikenal sebagai salah satu pemikir awal yang memiliki pandangan serupa.

Al-Mu'tazilah: Meskipun berbeda, beberapa konsep Murjiah juga dipengaruhi oleh aliran ini.

Perkembangan Pemikiran Murjiah

Klasifikasi: Dalam perkembangannya, Murjiah terbagi menjadi beberapa cabang, dengan berbagai penekanan pada aspek tertentu, seperti pentingnya niat dalam beramal.

Pengaruh dalam Teologi: Pemikiran Murjiah memberikan pengaruh pada perkembangan teologi Islam, khususnya dalam pengertian tentang hubungan antara iman dan amal. Mereka berargumen bahwa iman adalah sebuah keyakinan yang tidak dapat hilang meskipun seseorang melakukan dosa besar.

Respon terhadap Aliran Lain: Murjiah berfungsi sebagai penyeimbang terhadap aliran lain, seperti Khawarij yang menekankan bahwa amal adalah syarat mutlak untuk keimanan.

Relevansi Kontemporer: Meskipun tidak sepopuler aliran lain, pemikiran Murjiah tetap relevan dalam diskusi tentang toleransi, keberagaman, dan pengertian iman dalam konteks modern.

Sekte Murji'ah, ajaran dan tokohnya

Kemunculan sekte - sekte dalam kelompok Murji'ah tampaknya di picu oleh perbedaan pendapat (bahkan dalam hal intensitas) di kalangan para pendukung Murji'ah sendiri. Dalam hal ini terdapat problem yang cukup mendasar ketika pengamat mengklasifikasikan sekte - sekte Murji'ah. kesulitannya antara lain adalah ada beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat sebagai pengikut Murji'ah, tetapi tidak diklaim oleh pengikut lain. Tokoh yang dimaksud adalah Washil bin Atha' tokoh aliran Mu'tazilah dan Abu Hanifah dari Ahlus Sunnah, oleh karena itu Syahrastani seperti dikutip oleh Watt dalam Rosihan (2000:60) sebagai berikut:

a. Murji'ah Khawarij

b. Murji'ah-Qadariyah

c. Murji'ah-Jabariyah

d. Murji'ah Murni

c. Murji'ah Sunni

Sementara itu, Muhammad Imarah menyebukan 12 sekte Murji'ah yaitu;

a. Al-Jahmiyah, pengikut Jaham bin Ahofwan. b. AshSalihiyah pengikut Abu Musa Ash-Shalahi

c. Al-Yunusiyah pengikut Yunus As-Samry

d. As-Samaryah, pengikut Abu Samr dan Yunus

c. Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban.

f. Al-ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan Ad-Dimisqy.

An-Najriyah, pengikut al-Husain bin Muhammad bin Syabib

g. Al-Hanafiyah, pengikut Abu Hanifah an-Nu'maaan.

h. Asy-Syabibyah, pengikut Muhammad bin Syabib

i.Al-Mu'aziyah, pengikut Muadz ath-Thaumi.

j. Al-Murisiyah, pengikut Basr al-Murisy,

Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji'ah menjadi dua sekte, yaitu golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji'ah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin. Tidak kafir tidak pula kekal dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya dan bila diampuni Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali. Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan rasul-rasulnya-Nya serta apa saja yang datang dari-Nya secara keseluruhan namun garis besar iman tidak pula bertambah dan tidak pula berkurang. Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini, penggagas pendirian ini adalah Al-hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli Hadits.

Adapun yang termasuk kelompok ektrim adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shahiliyah, al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan al-Hasaniyah.

Pandangan tiap kelompok itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

 1. Yunusiyah

Sekte ini dipimpin oleh Yunus Ibn "Un al-Namiri, mereka berpendapat bahwa iman adalah mengenal Tuhan, tunduk kepadanya, tidak takabur dan cinta kepadanya, bilamana karakteristik tersebut bukan merupakan unsur dari iman, karena itu bila ditinggalkan tidak akan merusak iman. Mereka berpendapat bahwa iblis sebenarnya sangat mengenal Tuhan tetapi karena ia takabur maka ia menjadi kafir. Selanjutnya, mereka mengatakan bilamana dalam hati seseorang telah bersemi rasa ketundukan dan rasa cinta kepada Allah maka perbuatan maksiat apapun tidak bisa merusaknya. Sekalipun begitu orang mukmin masuk surga karena keihlasan serta kecintaanya kepada Tuhan, bukan karena amal serta ketaatannya.

2. Ubaidiyat

Mereka adalah para pengikut dari Ubaid al-Muktaib, sekte ini berpendapat bahwa dosa dan kejahatan yang dilakukan tidak merusak iman, jika seseorang masih dalam keimanan maka dosa dan kejahatan yang dilakukan tidak merusak iman, jika seorang masih dalam keimanan maka dosa dan kejahatan yang dilakukannnya tidak akan merugikan dirinya. Semua dosanya nampaknya dengan jelas akan diampuni Tuhan, hanya satu saja yang tidak diampuni itulah dosa syirik.

3. Ghasaniyat 

Tokoh sekte ini adalah Ghasan al-Kufi, ia berpendapat bahwa iman adalah mengenal Allah dan Rasul-nya serta mengakui segala kebenaran dan ketentuan Allah dan rasulnya secara keseluruhan tidak secara parsial. Dan iman itu tidak bisa bertambah dan berkurang.Sementara itu al-Bagdadi (1928:123) menjelaskan pendapat sekte ini mengenai iman sebagai pengikut, iman sebagai pengakuan dan cinta kepada Allah, mengagungkan dengan tidak takabur pada-Nya. Iman bisa bertambah tapi tidak bisa berkurang sekte ini nampaknya berbeda dengan Yunusiah, sebab menurut sekte ini bahwa setiap unsur dari iman itu adalah merupakan bagian dari iman.

4. Saubaniyah

Mereka pengikut dari Abu Sauban al-Murji mereka berpendapat bahwa iman adalah mengenal dan mengakui Tuhan serta rasul-Nya. Mengetahui apa yang secara rasional tidak boleh dikerjakan dan apa yang secara rasional boleh ditinggalkan bukanlah termasuk iman. Dalam pandangan sekte ini amal adalah juga merupakan nomor dua dan iman berbeda dengan Yunusiah dan Ghasaniyah, mereka beranggapan bahwa apa yang menurut pertimbangan akal merupakan suatu kemestian, maka hukumnya wajib meskipun belum ada nasibnya dan Suyari' (Bagdadi: 124)

5. Tumaniyah

Tokoh sekte ini Abu Mua'az al-Tumani menurut pendapat mereka iman adalah apa yang terjaga serta terpelihara dari kekufuran. Di dalamnya terkandung beberapa unsur iman, apabila ditinggalkan maka orang yang meninggalkannya menjadi kafir. Setiap unsur dari unsur-unsur iman tersebut bukanlah iman dan bukan pula sebagian iman, unsr unsur iman tersebut bukan pula sebagian dari iman, unsur-unsur iman itu ialah ma'rifat, tasdiq mahannah, ikhlas serta mengakui tentang kebenaran yang dibawa rasul. Orang yang meninggalkan shalat atau puasa karena mengganggap halal diangngap kufur. akan tetapi kalau meninggalkannya dengan niat mengkodo maka tidaklah pembunuhan yang dilakukan melainkan dari sisi melecehkan,

6. Shalihiyah 

Mereka adalah pengikut Shalih ibn Umar al-Shalihi. Mereka berpendapat bahwa iman adalah mengenal Tuhan, ibadat menurut mereka bukanlah amal tetapi iman itu sendiri yaitu mengenal Tuhan. Apa yang dikenal secara umum sebagai ibadah seperti salat puasa dan lain menurut sekte ini bukan ibadah. Akan tetapi hanya merupakan ketaatan melaksanakan iman. Jadi konklusinya ibadah adalah iman itu sendiri.

7. Hajaria

Sekte ini pengikut dari Husein ibn Muhamad al-Najar menurut mereka iman itu adalah mengenal Allah dan rasulnya disertai ketundukan secara total kepadaNya, diikuti dengan pengajuan melalui perkataan. Semua itu merupakan satu kesatuan integral. Sementara kufur adalah menolak dari elemen-elemen di atas dan taat adalah berupa sikap kemauan melaksanakan elemen-elemen iman tersebut. menurut sekte ini iman itu dapat bertambah tetapi tidak dapat berkurang atau hilang. Sebab iman hanya akan hilang jika ia kafir.

8. Ghailaniyat.

Mereka adalah pengikut Ghailan. Iman menurut sekte ini paling tidak memiliki empat unsur. Yaitu mengenal Allah tidak dengan "telah kritis' maka ma'rifat seperti itu hasilnya bukanlah iman. 

9.Karomiyah 

Sekte ini adalah pengikut dari Muhammad Ibn Karram. Menurut mereka iman adalah pengakuan dan pembenaran dengan lisian tanpa ketertiban hati. Karena itu ma'rifah dengan hati saja tanpa membenarkan dengan ketertiban secara verbal dari lisan bukanlah iman. Bagi mereka kufur terjadi bila mengingkari secara lisan. Mereka juga berpendapat bahwa kaum munafik yang hidup pada masa rasullah menurut mereka benar-benar sebagai kaum yang beriman. Pandangan ini jelas banyak ditolak orang sebab munafik adalah sebuah term ditujukan bagi seseorang yang sebenarnya kafir tetapi menyembunyikan kekafirannya dengan mengakui iman secara lisan (muqalat; 199)

Pendapat-pendapat ektrim seperti ini diuraikan diatas timbul dari pengertian bahwa perbuatan dan amal tidaklah sepenting iman yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan menentukan mukmin atau tidak mukmin seseorang Perbuatan tidak mempunyai pengaruh dengan iman. Letaknya iman di dalam hati. Dan apa yang ada di dalam hati seseorang tidak diketahui manusia lain. Selanjutnya perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan perbuatan seseorang tidak mesti mengenang arti bahwa tidak mempunyai iman, yang penting ialah iman yang di dalam hati. Dengan demikian ucapan dan perbuatan tidak merusak iman seseorang (Harun Nasution 1998;280)

Selanjutnya Harun mengungkapkan bahwa sejarah ini ada bahayanya karena dapat memperlemah ikatan- ikatan moral atau masyarakat yang besifat permissiv, masyarakat yang dapat mentoleler penyimpangan-penyimpangan dari norma- norma akhlak yang berlaku. Karna yang dipentingkan hanyalah iman norma norma akhlak bisa dipandang penting dan diabaikan oleh orang-orang yang menganut faham demikian.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun