Mohon tunggu...
Faridilla Ainun
Faridilla Ainun Mohon Tunggu... Human Resources - Ibu-ibu kerja

Ibu yang suka ngaku Human Resources Generalist dan masih belajar menulis. https://fainun.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Keluarga Cemara", Kenapa Fokusnya Euis Terus?

7 Januari 2019   01:43 Diperbarui: 7 Januari 2019   08:05 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sekolah, Ara harus menerima ketika drama sekolah tak memilihnya menjadi pohon walau sebenarnya ia mampu menjadi princess yang punya suara indah. Mau tak mau ia harus jadi pohon, karena kostumnya gratis. 

Euis kaget dengan kehidupan sekolah barunya. Ada si Ima yang dengan polos bertanya apakah keluarganya jatuh miskin. Belum lagi Euis yang mulai memasuki masa pubertas, tak merasa saat mensturasi datang, sialnya datang di sekolah dan roknya pun putih sehingga bercak darah tembus dan membuat teman sekelasnya mengejek ada 'Bendera Jepang'. PMS membuat Euis semakin marah kepada Abah. Menyalahkan Abah atas apa yang terjadi. Menganggap Abah tak mengerti Euis. Emang bener, lelaki selalu disalahkan, gak cuma status pacar atau suami, ketika ganti status menjadi ayah pun harus siap kena marah atau disalahkan anak. 

Momen Euis PMS menjadi pengingat Emak yang belum haid bulan ini. Benar saja, Emak hamil. Garis dua di testpack bisa menjadi berkah, namun bisa juga dianggap musibah awalnya. Tentu Abah dan Emak pusing, kondisi keuangan carut marut, tapi bakal ketambahan anak lagi. Kalau netijen nyinyir mungkin bakal komen, makanya jangan bikin anak, main aman dong. Tapi tenang, ada mantra ajaib, banyak anak banyak rejeki, tiap anak ada rejekinya masing-masing. Iya bah, tapi rejekinya juga dicari dan dikejar ya!

 Sakit kaki Abah akhirnya sembuh. Abah mulai bisa bekerja lagi. Mungkin sadar becak kini tak lagi menjanjikan, Abah mengikuti jejak Romli, teman kecilnya, untuk menjadi driver ojek online. Beruntung, hp canggih milik Abah dan Euis tak dijual ketika mereka bangkrut. Layaknya pengendara ojol, Abah pun meminta bintang lima kepada pelanggannya.

 Emak memang istri idaman, sudahlah tabah menghadapi cobaan, jago masak pula. Keahlian emak memasak membawanya menjadi sebuah ide usaha baru, jualan opak bersama seorang Loan Woman (Asri Welas). Bukan wanita pinjaman, tapi tukang kredit yang beralih menjadi partner bisnis. 

Euis pun terpaksa membantu Emak jualan opak di sekolah. Euis yang mengira teman-temannya tak asyik, rupanya menjadi sahabat baru yang membantu. Senasib sepenanggungan. Termasuk saat Euis mengacau, kangen sahabat lama di Jakarta, grup dancenya. Sayang beribu sayang, grup dance Euis yang diharap-harap justru secara tak disangka berubah. Anak SMP ini secara tak sadar sebenarnya sudah melupakan Euis. Posisi Euis saja sudah ada yang menggantikan, apalagi jaket seragam kebanggan mereka, pasti sudah berganti warna. Euis terpotek hatinya. Pulang ke rumah dengan lunglai, dimarahi Abah pula. 

Merasa Euis tak cocok hidup di kampung, Abah mencoba mencari rumah susun di Jakarta. Rumah Aki dicoba untuk dijual dengan bantuan sang Loan Woman. Walau tua begitu, peminat rumah Aki tenyata ada. Maudy Koenaedi yang punya suami bule dan anak kekinian yang mungkin punya profesi lain sebagai youtuber atau selebgram. 

Giliran sudah mau dijual, Euis dan Ara justru berat hati. Merasa lebih nyaman di kampung. Ingin di rumah ini saja. Sayang, tante Maudy sudah bayar DP. Abah pun berusaha membatalkan. Di saat yang sama, di momen ulang tahun Euis lagi, air ketuban Emak merembes. Emak akan lahiran. Panik, Euis minta bantuan Romli, mungkin tak mau menganggu Abah yang lagi punya bisnis penting. Becak Abah pun keluar untuk membantu Emak ke rumah sakit. Sedihnya, Romli tenaganya habis untuk mendorong becak.Untung, Euis tak hanya jago nari tapi juga jago lari. Bala bantuan datang. Abah pun dihubungi dan lahirlah si Agil, anak ketiga di keluarga ini.

*jreng jreng BCL nyanyi*

 Secara cerita tentu saja banyak pesan moral yang ingin disampaikan. Saya merasa jauh lebih banyak unsur menghibur dari beberapa dialognya dibanding yang mengharu biru. Terasa lebih menyenangkan daripada membuat trenyuh. 

Emak yang bisa bertahan walau awalnya bingung membuat saya yakin bahwa tak perlu ada sekolah khusus istri seperti yang diidekan oleh Wakil Bupati di Jawa Barat melalui instagramnya. Emak bisa menjadi role model istri dan ibu yang luar biasa bagi keluarga. Justru perlu sekolah untuk suami rasanya. Abah jauh terlihat lebih terpuruk dan penuh rasa penyesalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun