Mohon tunggu...
ainulfahmiya
ainulfahmiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa semester 7 program studi Psikologi di Universitas Negeri Suarabaya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mengajarkan 6 Emosi Dasar pada Anak: Langkah Awal Membangun Kecerdasan Emosional

25 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 25 Desember 2024   00:00 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Setiap individu mengalami berbagai aspek perkembangan dalam tiap fase kehidupannya. Mulai dari masa anak-anak, dewasa hingga lansia. Masa anak-anak, tepatnya anak usia dini kerap disebut sebagai The Golden Age, hal ini disebabkan otak anak sedang berkembang dengan pesat sehingga perkembangan dapat terjadi dengan optimal. Masa ini sangat penting bagi anak karena stimulasi dan pendidikan yang diterima pada masa ini akan menentukan bagaimana tahap perkembangan anak selanjutnya. Salah satu aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan sejak dini adalah aspek sosial emosional. 

Emosi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap individu. Emosi adalah sebuah perasaan yang muncul sebagai reaksi terhadap situasi tertentu atau seseorang yang dianggap penting. Menurut Jean Piaget, salah satu tokoh psikologi, menjelaskan bahwa pemahaman individu akan emosi sudah muncul sejak usia 4 tahun. Pengenalan mengenai emosi pada anak penting untuk dilakukan sebagai langkah pertama dalam membangun kecerdasan emosional mereka yang mencakup keterampilan untuk mengenali, mengelola dan mengekspresikan perasaan yang mereka rasakan secara sehat. Ketika anak-anak memahami emosi maka mereka akan dapat bersikap secara adaptif serta meminimalisir kemungkinan terjadinya permasalahan emosi di masa mendatang. Kualitas pengendalian emosi yang baik akan melahirkan keberhasilan bagi sang anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Terdapat 6 emosi dasar yang dapat dipelajari oleh anak-anak sejak dini:

  1. Senang (Joy)

Senang adalah emosi yang dapat mudah dikenali oleh anak-anak yang dapat ditandai dengan senyuman, tawa dan kegembiraan. Mengajarkan anak untuk mengenali rasa senang dapat membantu mereka untuk memahami bahwa perasaan positif ini adalah bentuk respon terhadap hal yang menyenangkan atau memuaskan. Dengan mengenali emosi senang, anak-anak dapat belajar untuk menghargai setiap momen bahagia dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

  1. Marah (Anger)

Marah dapat muncul ketika individu berada di situasi yang merugikan atau merasa tidak dihargai. Pada anak-anak emosi ini dapat termanifestasikan dalam perilaku agresif seperti tantrum atau menangis. Mengajarkan anak untuk mengenali emosi marah dan cara mengelolanya sangat penting untuk membantu mereka menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Teknik pengelolaan emosi sederhana dapat dikenalkan kepada anak, seperti berdiam diri sejenak dan menarik nafas dalam-dalam.

  1. Takut (Fear)

Takut merupakan emosi yang muncul sebagai respon terhadap suatu ancaman atau bahaya. Pada anak-anak rasa takut seringkali muncul ketika mereka merasa tidak aman atau tidak memahami situasi yang terjadi. Sebagai orang tua, penting untuk mengajarkan anak mengenali ketakutan mereka dan cara menghadapinya. Anak perlu memahami bahwa perasaan takut adalah hal yang normal, tetapi mereka harus menghadapinya dengan cara yang sehat.

  1. Kesedihan (Sadness)

Sedih adalah emosi yang hadir ketika seseorang berada di kondisi yang tidak memuaskan, mengecewakan dan kehilangan. Dengan mengenali emosi sedih, anak-anak dapat lebih mudah menerima dan mengelola perasaannya tanpa merasa cemas atau bingung. Mengajarkan anak bahwa perasaan sedih adalah bagian alami dari kehidupan serta memberikan ruang untuk mengekspresikan kesedihannya dapat membantu mereka mengatasi perasaan itu dengan cara yang konstruktif. 

  1. Jijik (Disgust)

Jijik merupakan emosi yang muncul atas ketidaknyamanan yang dirasakan seseorang seperti merasakan hal-hal yang dianggap kotor, tidak menyenangkan atau tidak sehat. Anak-anak perlu dikenalkan dengan emosi ini untuk membantu mereka memahami batasan pribadi mereka dan menghindari hal-hal yang bisa membahayakan diri mereka. Misalnya, melalui pengajaran kebersihan atau menghindari makanan yang sudah tidak layak konsumsi, anak-anak dapat belajar bagaimana mengelola perasaan jijik mereka.

  1. Terkejut (Surprise)

Terkejut adalah emosi yang timbul akibat peristiwa yang tidak terduga, baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan. Pada anak-anak, perasaan terkejut bisa terlihat ketika mereka terpapar pada situasi baru atau perubahan yang tiba-tiba. Mengenalkan anak pada emosi terkejut membantu mereka belajar untuk merespons perubahan dengan lebih fleksibel dan menerima ketidakpastian sebagai bagian dari kehidupan.

Cara mengenalkan emosi pada anak-anak hendaknya disesuaikan dengan karakteristik khas anak-anak dan cara yang menyenangkan. Kegiatan-kegiatan sederhana dapat membantu orang tua untuk mengenalkan emosi pada anak. 

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Menggunakan media dan cerita

Penggunaan media visual dan cerita sangat disukai oleh anak-anak. Orang tua dapat memilihkan buku cerita, video, gambar dan permainan yang membantu anak-anak mengenali berbagai perasaan mereka. Salah satu contohnya adalah buku cerita yang menunjukkan seorang tokoh merasakan emosi tertentu dan bagaimana tindakan setelah merasakan itu. Dengan demikian anak-anak dapat lebih mudah memahami dan mengidentifikasi perasaannya sendiri.

  1. Aktivitas Kreatif

Aktivitas seni atau kreatifitas menjadi cara yang menyenangkan untuk anak-anak. Misalnya, mereka bisa menggambar atau mewarnai gambar yang menggambarkan perasaan tertentu, seperti senyum untuk senang atau awan gelap untuk marah atau sedih. Selain itu memadankan warna-warna tertentu yang mewakili tiap emosi juga dapat dilakukan.

  1. Membangun obrolan dengan anak

Sebagai orang tua, tanyakan apa yang mereka rasakan dalam berbagai situasi dan dorong mereka untuk menggunakan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan mereka. Misalnya, jika anak tampak cemas atau takut, ajak mereka untuk mengidentifikasi apa yang membuat mereka merasa demikian.

  1. Modeling

Anak-anak seperti spons, ia mudah menyerap berbagai hal dari apa yang mereka lihat. Dengan menunjukkan ekspresi emosional yang sehat, orang tua atau pengasuh bisa memberikan contoh yang baik. Ketika orang tua merasa marah, misalnya, tunjukkan cara Anda mengelola emosi tersebut dengan cara yang positif, seperti berbicara dengan tenang atau mencari cara untuk menenangkan diri.

  1. Memberikan ruang untuk berekspresi

Untuk membuat anak-anak merasa aman dalam mengekspresikan perasaan mereka tanpa takut dihukum atau dihakimi, orang tua perlu menciptakan lingkungan yang mendukung. di mana anak merasa nyaman untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan. Misalnya, jika anak merasa marah atau sedih, beri mereka ruang untuk berbicara atau mengekspresikan perasaan mereka melalui kegiatan yang menenangkan, seperti menggambar atau menulis di jurnal. Memberikan perhatian yang penuh saat anak sedang mengekspresikan perasaan mereka membantu mereka merasa dihargai dan dipahami. Ini juga mengajarkan mereka bahwa perasaan mereka valid dan penting.

Selain beberapa cara diatas, tentu masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan emosi pada anak. Orang tua, pengasuh dan pendidik memegang peranan penting dalam proses pengenalan ini. Melalui pendekatan yang penuh perhatian dan kasih sayang, kita dapat membantu anak-anak mengenali dan mengelola emosinya dengan cara yang positif. Ketika anak-anak belajar untuk mengungkapkan dan mengelola emosi mereka dengan baik, mereka siap menghadapi dunia dengan lebih percaya diri dan penuh empati.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun