Janji kampanye Prabowo - Gibran  Rakabuming makan  siang gratis, kemudian diubah  makan bergizi gratis dan akhirnya menjadi program sarapan  bergizi gratis siap  tepati. Di lain pihak baru saja terjadi  gelombang penolakan kenaikan UKT, walaupun kebijakan tersebut dievaluasi namun kemungkinan entah tahun depan atau kapan pasti akan direalisasikan  Seberapa efektifkah jika  program makan bergizi gratis jika diwujudkan?Â
Siapa sih yang tidak suka diberi makan gratis, pastinya semua tidak akan menolak. Apalagi bagi orang tua tidak repot-repot menyiapkan makanan saat ke sekolah karena menu makanan bergizi sudah tersedia di sekolah. Secara otomatis juga akan menghemat anggaran dapur bagi ibu-ibu rumah tangga.Â
Bagaimana menu makan bergizi?Â
Menu makan bergizi adalah memiliki kandungan zat-zat yang diperlukan tubuh antara lain: karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Diantara zat-zat tersebut disajikan secara seimbang dengan sejumlah porsi yang nantinya dihidangkan kepada anak-anak sekolah dasar. Istilah keren saat ini adalah  "isi piringku" sebagaimana yang direkomendasikan Kemenkes RI. "Isi piringku"  merupakan porsi makanan  yang memenuhi kebutuhan  gizi   terdiri dari: karbohidrat  dari piring,  lauk pauk   dari piring dan untuk setengah piring lainnya diisi sayur dan buah-buahan.Â
Edukasi tentang makanan bergizi sebenarnya harus diberikan kepada seluruh masyarakat, mengingat banyak daerah yang peserta didiknya di sekolah dasar  mengalami stunting. Stunting merupakan kondisi gangguan kesehatan dengan ciri-ciri  terhambatnya tinggi badan dibanding anak seusianya akibat kekurangan gizi. Kondisi tersebut sebenarnya dimulai sejak dalam kandungan dan akan tampak pada usia anak-anak.Â
 Bukan isapan jempol, saya pernah bertugas di sebuah sekolah dasar yang menjadi sasaran penuntasan masalah stunting. Data tersebut sudah di kantongi oleh Kemenkes RI, karena secara berkala tenaga kesehatan selalu melakukan pemeriksaan  kondisi kesehatan anak-anak sekolah.Â
Kebetulan saat itu saya mendapat undangan dari dinas kesehatan untuk mengikuti sosialisasi Stunting. Ternyata  anak yang mengalami stunting bukan hanya dari kalangan miskin,  bahkan banyak yang berasal dari kalangan orang mampu dalam perekonomian. Kebiasaan  buruklah yang menjadi penyebab yakni  orang tua tidak membiasakan  anaknya untuk mengkonsumsi makanan  seimbang.  Itupun dialami oleh tetangga saya yang ternyata menu harian adalah sering mengkonsumsi mie instan.Â
Apakah  program makan  bergizi gratis dapat mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada anak-anak?Â
Kekurangan gizi jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan gangguan kesehatan dan kecerdasan. Kebiasaan makan yang tidak memenuhi standar kesehatan dan pola makan yang tidak teratur harus segera  diubah. Dengan menerapkan "isi piringku" merupakan solusi yang tepat.Â
Waktu makan yang ideal selama sehari adalah 3 kali yakni makan pagi (sarapan) makan siang dan makan malam. Diantara 3 waktu makan tersebut yang sering terlupakan adalah aktivitas sarapan. Saya sering dihadapkan pada kondisi anak-anak di sekolah tidak terbiasa makan pagi. Bahkan di pagi itu mereka hanya membeli jajanan ringan yang sama sekali jauh dari standar gizi. Kemudian kondisi lambung yang semalaman kosong diisi dengan cemilan yang agak keras dan berminyak, maka penyakit penyerta pun menghampiri, misalnya Maag sehingga akan menambah tidak sempurna proses pencernaan kita.Â
Program sarapan bergizi gratis sebenarnya sangat bagus diterapkan di sekolah. Dengan demikian dapat dipastikan anak sekolah sarapan pagi dengan memenuhi standar gizi. Namun apakah makan bergizi hanya diterapkan pada pagi hari? Kemudian  bagaimana penerapannya di dalam keluarga? Banyak pertanyaan  yang memerlukan pemecahan.Â
Penerapan pembiasan jadwal makan yang teratur dan memenuhi standar gizi harus dipolakan dalam keluarga.  Dengan pemberian sarapan pagi di sekolah, seakan terputus mata rantai sehingga tidak berlanjut di rumah. Kondisi orang tua yang tidak memahami  keperluan gizi akan berprinsip "yang penting kenyang" Â
Penanaman pembiasaan sarapan pagi harus di lakukan di keluarga karena tugas meracik menu makanan harian adalah orang tua. Dalam hal ini sosialisasi bisa dilakukan dimana saja misalnya di lingkungan RT, di sekolah melalui pertemuan wali murid dan sebagainya.Â
Berdasarkan hasil pemantauan yang saya lakukan terhadap siswa di sekolah bahkan para pendidikan dan tenaga kependidikan ada beberapa alasan mengapa tidak sarapan pagi di rumah yaitu:
Tidak terbiasa sehingga jika makan terlalu pagi lambung tidak bisa melakukan penerimaan sehingga selera makan hilang.
Orang tua tidak menyediakan menu makan pagi, sehingga cukup memberikan uang saku. Namun kondisi ini tidak bisa dipantau makanan apa yang dibelanjakan oleh anak.
Kunci pemecahan masalah adalah bentuk kedisiplinan. Pengaturan pola makan dan waktu makan merupakan salah satu bentuk hidup disiplin. Bukankah didalam  kurikulum merdeka  yang saat ini diterapkan, bukan hanya produk namun bagaimana sesuatu harus berproses sehingga terbentuk sikap yang positif.
Perlukah sarapan pagi di tanggung pemerintah?Â
Masalah di bidang pendidikan sampai saat ini masih belum kelar. Mutu pendidikan Indonesia masih rendah berdasarkan data yang dilansir laman worldtop20.org. Indonesia menempati urutan ke 67 dari 203 di kuartal pertama tahun 2023. Banyak  faktor penyebab  diantaranya kualitas guru dan tenaga kependidikan, keterbatasan sumberdaya, pemenuhan sarana prasarana, sosial  ekonomi dan sebagainya.
Berdasarkan kompleksitas permasalahan maka kita bisa melihat bahwa pastinya lembaga pendidikan yang terletak di perkotaan akan mudah mendapatkan berbagai akses dan sumber daya yang mendukung sehingga disinilah akan terjadi kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan.Â
Dengan demikian pemberian sarapan bergizi gratis pun bisa diberikan dengan melihat kondisi masyarakat dimana lembaga pendidikan tersebut berada. Kemudian hal yang harus dipertimbangkan adalah apakah program tersebut sangat mendesak sehingga wajib dilaksanakan. Â
Baru saja kita dihebohkan dengan UKT walaupun ada pembatalan namun masih ada ganjalan kemungkinan suatu saat akan muncul ke permukaan karena semakin tingginya biaya operasional perguruan tinggi. Jika kita berpikir rasional apa tidak seyogyanya jika sarapan bergizi gratis diganti dengan biaya pendidikan gratis atau paling tidak menambah subsidi kepada lembaga pendidikan mengingat banyak sarana prasarana jauh dari layak.
Kesimpulan
Program sarapan bergizi gratis sebenarnya bagus saja diterapkan, namun harus ada identifikasi terhadap sekolah yang siswanya banyak mengalami kekurangan gizi. Hal yang terpenting adalah edukasi kepada masyarakat akan pemenuhan gizi keluarga dan pola makan  teratur. Jika perlu ada gerakan sarapan  bersama dilakukan di sekolah.Â
Pendidikan gratis harus diprioritaskan karena banyak orang yang mengalami kendala dalam pembiayaan. Kemudian penuntasan sarana dan prasarana pendidikan, pemenuhan tenaga pendidikan dan kependidikan. Dan alangkah baiknya jika sarapan bergizi gratis di ganti menjadi biaya pendidikan gratis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H