Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Pendidikan Tinggi Menjamin Kesuksesan Seseorang?

23 Mei 2024   18:38 Diperbarui: 24 Mei 2024   10:31 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Siapa sih yang tidak pengen sukses memperoleh gelar kesarjanaan dan pekerjaan mentereng? Lantas apakah dengan pendidikan tinggi menjamin kesuksesan seseorang? Bagaimana nasib bagi lulusan SMA? 

 Saya cerita dulu pengalaman ya ..!

Bisa kuliah merupakan impian banyak orang, termasuk saya. Walaupun kondisi ekonomi orang tua pas-pasan semangat itu tidak pernah padam. Seandainya waktu itu ada UKT mungkin tidak terlalu berpikir panjang. 

Sambil menunggu keputusan, berbagai alternatif terpikirkan yakni untuk bekerja dahulu. Namun mencari pekerjaan pun sulit karena tidak punya skill. Apalah arti lulusan SMA, yang pada saat itu akses informasi sangat sudah, berwirausaha pun tidak memiliki modal.  Kadang ada benar juga asumsi bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin akan cenderung miskin. Bukan isapan jempol conversation. com (3/12/2019) merilis hasil  riset SMERU Institute  bahwa "Anak yang lahir dari keluarga miskin cenderung berpenghasilan lebih rendah ketika mereka dewasa."

Ternyata ada benarnya, kondisi finansial juga mempengaruhi keberhasilan walaupun tidak 100%. Secara logika jika ada pertanyaan setelah lulus SMA kamu kuliah kemana? Pastinya dia akan memilih jurusan dan kampus yang kelak mempermudah dalam berkarir. Selama masa kuliah potensi pun digali secara maksimal dengan mengikuti berbagai kegiatan, walaupun hal tersebut juga bisa diikuti oleh setiap mahasiswa, namun bagi yang kekurangan isi kantong, aktivitas yang mengeluarkan biaya banyak  akan dihindari. 

Saya mempunyai teman, kuliah mengambil jurusan keguruan, namun ijazahnya tidak digunakan untuk mengajar.  Dia meneruskan usaha orang tuanya yang sudah besar yakni toko peralatan bangunan  Ternyata kuliah hanya digunakan sebagai pelengkap hidupnya. Pada dasarnya kemampuan dagang  didapatkan dari orang tua. 

Ada orang yang bisa memanfaatkan kondisi ekonomi orang tua dengan baik, namun ada yang sebaliknya. Dalam hal ini yang menjadi penekanan saya adalah kondisi ekonomi orang tua yang sudah mapan  dengan ekonomi pas-pasan. Jika kita buat perbandingan dari dua orang sama-sama pekerja keras, mereka yang mempunyai orang tua kaya, menang banyak langkah dari segi permodalan. 

Namun untuk sukses berlaku kepada siapa saja jika Tuhan menghendaki.  Banyak jalan yang dilalui bagi orang-orang yang kurang mampu, terutama dalam menempuh pendidikan. Dalam. hal  Ini fasilitas yang diberikan oleh pemerintah sangat berarti. 

Kita flashback dulu melanjut   cerita  semula. Berawal dari iseng saya daftar UMPTN (Ujian masuk perguruan tinggi negeri)  dan diterima di kampus IKIP Malang. Mengapa mengambil sekolah keguruan? Alternatif tersebut dengan pertimbangan bahwa untuk mendapatkan uang SPP yang terjangkau. Uang semester saat itu sebesar Rp. 120.000,- di tahun 1990. 

Saya iseng-iseng mencari informasi berapa harga emas saat itu? Ternyata berkisar Rp. 20.000/gram. Jika dikonversi dengan harga saat ini berkisar Rp 1.350.000,- gram. Jika kita menyimpan emas berapa harga saat ini.  Woow... angkanya kok besar!  Ya sudahlah nanti pusing jika kita banding-bandingkan. Standar nilai uang kita  bukan didasarkan pada emas.

Untuk membayar uang semester perlu perjuangan keras. Penggunaan jurus super hemat itulah sebagai solusi. Namun tetap saya syukuri, karena program diploma yang saya ambil merupakan proyek pemerintah, tidak repot-repot akan kemana saya nanti lulus. 

Plus minus kebijakan 

Setiap zaman  ada kebijakan yang mempunyai nilai plus dan minus. Pada era Orde baru  banyak beasiswa  yang memberikan sokongan kepada mahasiswa yang kurang mampu salah satunya yang berasal dari yayasan Supersemar. Yayasan tersebut diinisiasi oleh Bapak Presiden Suharto, dengan menghimpun para dermawan  yang kemudian memberikan kepada mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri. Namun beasiswa tersebut memberikan kuota terbatas sehingga sudah barang harus memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan. 

Beasiswa bukan hanya  bagi kalangan tidak mampu, orang-orang potensial direkrut melalui  sekolah-sekolah kedinasan, namun pendaftar membludak yang diperlukan hanya sedikit. Berbagai perusahaan pun ikut ambil andil untuk mendapatkan orang-orang terbaik. 

Bagaimana bagi kalangan bawah dengan kemampuan akademik pas-pasan? Mereka semua belum bisa tercover dalam jaringan beasiswa ataupun keringanan biaya. Perolehan fasilitas diperuntukkan bagi orang-orang yang istimewa. Sedangkan mereka yang berkemampuan rata-rata belum mendapatkan haknya. Lulusan SMA yang akan melanjutkan pendidikan lebih tinggi harus berpikir seribu kali  Angkatan saya dalam satu kampung bisa dihitung berapa yang sanggup kuliah atau bahkan tidak ada. Padahal jika dibandingkan saat ini, tergolong murah namun untuk mencari sesuap nasi pun begitu susah. Pola hidup sederhana itulah yang menjadikan  bisa bertahan hidup.  

Alhamdulillah negara ini semakin merangkak untuk mengejar ketertinggalan.  Program wajib belajar 9 tahun dapat diwujudkan sehingga saat ini hampir sebagian besar anak Indonesia mengenyam pendidikan SMA. Jika saya pulang kampung, pengen bernostalgia untuk bisa makan nasi tiwul yang merupakan makanan harian, namun susah sekali mencari keberadaannya. 

Kebijakan UKT 

Sebuah berita gembira bagi kalangan ekonomi kelas bawah. Dengan diterapkannya UKT menjadi pemicu semakin banyaknya anak-anak Indonesia mengenyam pendidikan tinggi. Melalui Permendikbud nomor 55 tahun  2013  UKT telah diterapkan di Perguruan Tinggi Negeri. Dengan demikian pemerintah telah menanggung sebagian operasional Perguruan Tinggi. 

Demikian juga dengan siswa-siswi lulusan SMA yang  berprestasi dan tidak mampu mendapatkan beasiswa melalui Bidikmisi pada kepemimpinan Bapak SBY kemudian diperluas dengan KIP  kuliah pada. Kepemimpinan Bapak Jokowi. Tetangga saya hari ini pada lulus sarjana melalui fasilitas tersebut. Mereka adalah anak-anak tukang becak, buruh angkut dan tukang cukur di pinggir jalan. 

Baru-baru ini kita dihebohkan dengan adanya kenaikan UKT di sejumlah perguruan tinggi. Pro dan kontra pun mencuat. Semakin besarnya biaya  penyelenggaraan perguruan  tinggi menjadi permasalahan utama,. BOPTN belum bisa menutupi keperluan kampus, sementara  tuntutan mutu menjadi prioritas. 

Di lain pihak lontaran keberatan datang berbagai pihak. Ketakutan para mahasiswa dan orang tua sangat mendasar karena mereka memikirkan  keberlanjutan. Menurut informasi yang saya peroleh bahwa Kenaikan UKT hanya berlaku untuk mahasiswa yang baru, sedangkan untuk mahasiswa lama  tetap menggunakan standar biaya yang lama. UKT juga sangat memperhatikan inklusivitas  sebagaimana tertera pada laman detik.com (19/05/2024) bahwa kemdikbud telah mengatur dua golongan UKT terendah yakni kelompok. 1 sebesar Rp. 500 ribu dan kelompok 2  sebesar Rp 1 juta. 

Mengutip laman  cnbcindonesia.com (19/05/2024) mahasiawa yang. membayar UKT penuh kemudian di tengah jalan mengalami kesulitan maka dia bisa mengajukan pengertian sementara UKT, pengurangan UKT perubahan kelompok atau oembayaran secara mengangsur.  Apapun kebijakan semoga realisasinya pada ekonomi kelas bawah tidak dirugikan. 

Peluang kerja 

Lulus sarjana bukan serta merta mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.  Dunia kerja memerlukan tenaga terampil. Sementara lulusan sarjana tidak mempunyai skill apa yang diinginkan oleh dunia kerja.  Hal tersebut menjadi Simalakama sehingga menambah banyak persentase jumlah pengangguran di kalangan lulusan PT. Kemudian ada asumsi untuk apa kuliah tinggi-tinggi jika pada akhirnya sulit cari kerja. 

Dalam dunia kerja yang diperlukan  adalah Skill sehingga pendidikan mendapatkan urutan kesekian.  Banyak orang sukses membangun usaha bukan karena dia mempunyai latar belakang sarjana. Jiwa entrepreneur telah dia miliki,   pengalaman merupakan pembelajaran baginya. Jaringan komunikasi  menjadi pendukung untuk melebarkan sayap, Akses modal pun mengalir dengan mudah. Mungkin alasan itu pula kata mas menteri pendidikan bahwa kuliah merupakan kebutuhan tersier alias tidak wajib. 

Namun banyak lowongan kerja yang mensyaratkan pendidikan sarjana. Tidak sembarangan Perusahaan merekrut karyawannya. Orang yang mempunyai pengalaman kerja itulah yang dicari. Bagi fresh graduate harus melalui seleksi ketat. Apalagi perusahaan  bonafit pastinya mensyaratkan misalnya standar nilai IPK minimal, akreditasi kampus dan melampirkan curriculum vitae. Bukan hanya kelengkapan administrasi, sebagai tindak lanjut ada uji kemampuan yang berupa  psikotes dan wawancara. 

Selain lulusan sarjana, seringkali perusahan juga membuka lowongan bagi lulusan SMA. Lowongan tersebut misalnya Jabatan sales marketing, staff administrasi, operator produksi, tenaga keahlian yang bersifat privasi (bagi lulusan SMK),  driver dan lain-lain. 

Di setiap daerah keperluan tenaga kerja sangat bervariasi tergantung potensi daerah.  Misalnya saja daerah Sampit yang merupakan tempat  domisili saya tinggal. Sektor perkebunan  (sawit dan kelapa) yang mendominasi sehingga bagi lulusan SMA  tidak terlalu sulit untuk mencari kerja asal tidak gengsi gengsian. 

Banyak  sarjana yang nganggur salah satu pemicu bisa jadi karena mereka gengsi,  Masak sih posisi lulusan sarjana  sama dengan lulusan SMA!"  Coba kita lihat perekrutan Sales marketing yang mensyaratkan lulusan SMA.  Pada kenyataannya lulusan sarjana pun tidak malu untuk melamar posisi  tersebut.    Mereka mencari  pengalaman kerja sebagai batu pijakan agar nantinya bisa berkarir di dunia bisnis. Itu hanya sebagai contoh, masih banyak bidang lain yang bisa ditekuni. 

Sebagai kesimpulan akhir pendidikan jangan dijadikan patokan ukuran dalam memilih pekerjaan. Dimana ada peluang maka manfaatkan peluang tersebut.  Menapak dari bawah merupakan hal yang tepat karena semua memerlukan proses. Kesuksesan akan diperoleh melalui keuletan dan kerja keras. Siapapun orangnya apakah dia lulusan sarjana, lulusan SMA atau lulusan apa saja semua berhak untuk sukses. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun