Remaja sebagai orang yang paling aktif, terutama di dunia maya, pasti tidak bisa menghindari globalisasi. Globalisasi sedikit banyak akan memberi dampak pada remaja. Maka dari itu globalisasi mesti difilter mana yang baik yang sesuai dengan norma dan adat budaya dan mana yang buruk yang tidak sesuai dengan norma norma yang berlaku.
Globalisasi yang buruk dapat menyebabkan hilangnya akhlaq seorang remaja, dikarenakan budaya barat yang notabene tidak sesuai dengan bidaya kita yang bergerak kencang menjadikan lumpuhnya kekuatan budaya luhur bangsa.
Globalisasi juga dapat menjerumuskan remaja kedalam jurang pornografi dan pornoaksi. Sidah banyak penelitian tentang bahaya pornografi, antara lain :
- Pertama, dapat menciptakan ikatan emosional dengan dunia maya. Semua orang memiliki kebutuhan penting terhadap kedekatan manusia dan hubungan emosional dengan orang lain. Ketika seseorang melihat pornografi, mereka akhirnya menciptakan sebuah kecanduan terhadap dunia buatan, dunia yang palsu dan bisa benar-benar kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang yang nyata.
- Kedua, seks tanpa kedekatan. Bagi pasangan sah, kevanduan pornografi dapat merusak suasana batin. Dengan ketergantuingan psikologis terhadap gambar dan gerak, hubungan suami istri dilakukan tanpa kedekatan emosional, rasa lapar yang mendasari ketidakpuasan. Si pengguna mulai bertanya-tanya apa yang salah dengan hubungan mereka dan mulai jengkel dan tertekan. Mereka akhirnya merasakan kekosongan emosional dan terputus dari orang-orang di sekitar mereka.
- Ketiga, memicu siklus kecanduan di dalam otak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan fungsi otak yang sebenarnya pada seseorang yang memiliki kecanduan -- dan perubahannya adalah sama pada semua kecanduan terhadap alkohol, obat-obatan, atau pornografi. Karena penggunaan pornografi bisa menjadi kecanduan yang sebenarnya, si pengguna tidak mampu untuk menghentikan melalui kekuatan kehendak mereka sendiri. Para pecandu pornografi perlu untuk terlibat dalam proses pemulihan yang sulit sama seperti yang dialami pecandu narkoba.
- Keempat, tidak terpuaskan. Menggunakan pornografi untuk merasakan kesenangan dan melarikan diri dari perasaan rendah diri, kecemasan, kebosanan dan frustrasi menciptakan gerbang bagi kecanduan. Ketika kesenangan yang terburu-buru itu menghilang, perasaan yang dirasakan oleh pengguna yang sedang mencoba untuk melarikan diri muncul kembali lebih kuat daripada sebelumnya, dan mereka dipaksa untuk mengulangi siklus tersebut. Seiring waktu, kimia otak mereka diubah dan kecanduan yang penuh terjadi.
- Kelima, munculnya perasaan selalu lapar. Karena ini adalah zat adiktif, ini membuat hawa nafsu bagi dirinya sendiri. Hawa nafsu ini meningkat dari waktu ke waktu sewaktu Anda meluangkan lebih banyak waktu melihat pornografi. Waktu yang dihabiskan untuk melihat pornografi bisa membahayakan pekerjaan, hubungan dan ketertarikan terhadap hiburan yang sehat.
- Keenam, dalam pandangan agama (Islam), ketengangan jiwa menjadi hal pokok dalam menjaga ketahanan keluarga. Namun dengan pornografi dapat merusak ketenangan jiwa pasangan yang dapat berujung pada masalah keluarga. Dalam jangka panjang, pornografi tidak akan menopang ego yang goyah, tidak akan mengisi kekosongan yang tersisa dari luka masa kanak-kanak atau ditinggalkan, tidak akan menyelamatkan hubungan yang goyah atau pernikahan yang gagal dan yang tidak memuaskan. Pornografi akan memperbesar setiap luka emosional dari masa lalu dan melumpuhkan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan penting emosional, merusak kemampuan untuk memiliki hubungan yang sehat.
Karena bahaya pornografi yang begitu besar maka remaja harus dibekali dengan ilmu agama, sebab agama melarang pornografi, seperti dalam surat Al-Isra Ayat 32 yang melarang tentang mendekati perzinaan dan segala pemicunya, salah satu pemicu perzinaan sendiri adalah pornografi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting untuk membentengi remaja dari segala perbuatan perbuatan buruk serta sebagai pedoman hidup remaja sebab dalam agama sudah jelas mengenai yang baik dan yang buruk.
Referensi
Raharjo. 2012. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustaka Rizki Putra
Endang Ekowami. 1993. Kenakalan Remaja: Suatu Tinjauan Psikologi Perkembangan. Buletin Psikologi. 2. 24 - 27
Subandi. 1995. Perkembangan Kehidupan Beragama. Buletin Psikologi. 3(1). 11
Motivasi Beragama pada Remaja diakses pada 22 Oktober 2019 pukul 22:09
Pengaruh Globalisasi Terhadap Remaja diakses pada 22 Oktober 2019 pukul 22:24