Masa remaja adalah masa keemasan, dimana seseorang akan berproses menuju kedewasaan. Dimasa ini juga seseorang akan bertemu dengan banyak hal baru, mulai dari macam macam orang, kebiasaan dan, kebudayaan baru.
Namun perlu diketahui bahwa orang, kebiasaan dan kebudayaan itu bermacam macam. Ada yang baik seperti orang yang dermawan, mengucap salam pada sesama muslim, dan lain sebagainya. Dan ada pula yang buruk seperti: mencuri, percaya hal mistis lalu pergi ke dukun, judi, togel, mabuk mabukan, balap liar, sex bebas dan masih banyak lagi.
Maka dari itu seorang remaja harus dibekali dengan ilmu agama, sebagai benteng hari hal-hal yang buruk, serta menjadi pedoman hidup yang baik. Karena didalam agama diajarkan nilai nilai moral yang seharusnya. Dan agama juga dapat menjadi batasan perilaku yang boleh dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan.
Disini akan dipaparkan betapa pentingnya agama dalam kehidupan seseorang terutama remaja.
Pengertian remaja
Remaja  berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Â Â Menurut Calon (dalam Monks, dkk 1994) mengatakan Bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Y. Singgih D. Gunarso, (1998:8). Bahwa remaja ialah permulaannya ditandai oleh perubahan-perubahan fisik yang mendahului kematangan seksual. Kurang lebih bersamaan dengan perubahan fisik ini, juga akan dimulai proses perkembanganm psikis remaja pada waktu mereka melepaskan diri dari ikatan orang tuanya, kemudian terlihat perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara hidup untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak -- kanak dan masa dewasa,  yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara  usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih. 2004 : 45).
Dari beberapa penuturan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa perpindahan dari kanak kanak ke masa dewasa, yang ditandai demgan perkembangan fisik dan psikis, yang ditandai dengan kematangan seksual, bagi laki-laki akan tumbuh jakun, rambut jenggot dan kumis, suara menjadi berat dan lainnya. Sedangkan bagi remaja perempuan ditandai Payudara mulai berkembang atau membesar, Menstruasi, Mood jadi labil, Perubahan secara fisik, Perubahan secara emosional, Munculnya jerawat.
Masa remaja juga merupakan masa keemasan dari kehidupan seseorang namun juga merupakan masa yang rapuh sebab dimas ini seseorang akan bertemu banyak orang, kebudayaan ,kebiasaan yang beragam. Namun tidak semua itu bersifat baik. Jika tidak diimbangi dengan ilmu agama yang kuat maka bisa saja seseorang akan terjerumus kedalam keburukan, disini ilmu agama datang sebagai petunjuk jalan yang benar untuk menggapai masa depan yang lebih baik dan agar terhindar dari sesuatu yang buruk.
Masa remaja merupakan masa yang paling krusial, karena di masa ini adalah masa dimana seseorang akan mencari jati dirinya. Remaja biasanya akan melakukan sesuatu untuk menunjukan eksistensinya serta mendapat pengakuan ditengah-tengah masyarakat. Biasanya remaja akan melakukan banyak hal, hal itu bisa berupa hal yang positif maupaun hal yang negatif. Contoh perilaku remaja yang positif yaitu aktif dalam karang taruna, menjadi remaja masjid, aktif berorganisasi dan lain lain. Namun ada pula perilaku remaja yang negatif seperti contoh, mencuri, menjadi anak punk, bertato, dan yang parah yakni pergaulan bebas.
Masa remaja digolongkan menjadi 3 tahap yaitu : Â
- Masa pra remaja : 12 -- 14 tahun. Yaitu periode sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemasakan seksual yang sesungguhnya tetapi sudah terjadi perkembangan fisiologi yang  berhubungan dengan pemasakan beberapa kelenjar endokrin.
- Masa  remaja awal : 14 -- 17  tahun. Yaitu periode dalam rentang perkembangan dimana terjadi kematangan alat -- alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi.
- Masa remaja akhir : 17 -- 21 tahun. Berarti tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan  fisik (Hurlock, Elizabeth B.  1999 : 206).
   Selain pembagian diatas ada pula perkembangan jiwa pada remaja. Perkembangan jiwa pada remaja terbagi dalam tiga bagian.
- Pertama, fase pueral, dalam fase ini seorang remaja tidak mau dikatan anak anak maupun disebut dewasa, difase ini remaja merasa tidak tenang.
- Kedua, fase negative, fase ini berlangsung beberapa bulan saja, dan ditandai dengan sikap ragu ragu, muring, suka melamun dan sebangainya.
- Ketiga, fase pubertas, fase ini juga disebut fase Adolesen, Liella Cole dalam (Raharjo, 2012:34) membagi peta remaja menjadi empat bagian :
- Preadolesence usia 11 - 13 tahun (perempuan) dan 13 - 15 tahun (laki-laki)
- Early Adolescence usia 13 - 15 tahun (perempuan) dan 15 - 17 tahun (laki laki)
- Middle Adolescence usia 15 - 18 tahun (perempuan) dan 17 - 19 tahun (laki laki)
- Late Adolescence usia 18 - 21 tahun (perempuan) dan 19-21 tahun (laki laki)
Perasaan beragama pada remaja
Gambaran remaja tentang tuhan dengan sifat sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri, Raharjo (2012:35).
Oleh karena perasaan remaja masih labil maka perasaan remaja kepada tuhan bukanlah tetap dan stabil, tetapi bergantung pada emosi emosi yang bergejolak dengan cepat. Disaat mereka merasa aman mereka seakan tidak butuh akan Allah, tetapi sebaliknya jika mereka merasa gelisah atau mengalami musibah, atau takut gagal, dan merasa berdosa, mereka akan merasa butuh kepada Allah. Jadi jiwa beragama para remaja itu masih labil dan dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan atau perasaan mereka.
Motivasi beragama pada remaja
   Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motifasi beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu:
- Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
- Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
- Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia atau intelek ingin tahu manusia.
- Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan. Raharjo (2012 : 36)
Jadi motivasi remaja dalam beragama itu dipengaruhi oleh perasaan mereka dan keadaan emosi mereka, tapi belum dipengaruhi oleh kesadaran akan pentingnya dan tujuan beragama.
Sikap remaja dalam beragama
   Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
- Percaya ikut- ikutan, biasanya dihasilkan karena remaja hanya mendapat pendidikan agama secara sederhana melalui keluarga dan lingkungannya.
- Percaya dengan kesadaran, remaja yang percaya dengan kesadaran biasanya termotivasi oleh keinginan mereka untuk menjalankan agamanya secara sungguh sungguh untuk membuktikan pribadinya. Karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut ikutan saja. Biasanya terjadi pada usia 17- 18 tahun.
- Percaya tetapi agak ragu ragu, biasanya keraguan muncul sebab kegoncangan jiwa dan proses perubahan dalam dirinya, atau disebabkan karena adanya ketidak sesuaian atas apa yang dilihatnya fan apa yamg di yakininya, atau dengan pengetahuan yang ia miliki.
- Tidak percaya atau cenderung ateis, ketidak percayaan ini biasanya muncul seja seorang masih kecil yang tertekan oleh kekuasaan orang tuanya, hingga dia menentang kekuasaan apapun termasuk kekuasaan tuhan.
Remaja sebagai orang yang paling aktif, terutama di dunia maya, pasti tidak bisa menghindari globalisasi. Globalisasi sedikit banyak akan memberi dampak pada remaja. Maka dari itu globalisasi mesti difilter mana yang baik yang sesuai dengan norma dan adat budaya dan mana yang buruk yang tidak sesuai dengan norma norma yang berlaku.
Globalisasi yang buruk dapat menyebabkan hilangnya akhlaq seorang remaja, dikarenakan budaya barat yang notabene tidak sesuai dengan bidaya kita yang bergerak kencang menjadikan lumpuhnya kekuatan budaya luhur bangsa.
Globalisasi juga dapat menjerumuskan remaja kedalam jurang pornografi dan pornoaksi. Sidah banyak penelitian tentang bahaya pornografi, antara lain :
- Pertama, dapat menciptakan ikatan emosional dengan dunia maya. Semua orang memiliki kebutuhan penting terhadap kedekatan manusia dan hubungan emosional dengan orang lain. Ketika seseorang melihat pornografi, mereka akhirnya menciptakan sebuah kecanduan terhadap dunia buatan, dunia yang palsu dan bisa benar-benar kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang yang nyata.
- Kedua, seks tanpa kedekatan. Bagi pasangan sah, kevanduan pornografi dapat merusak suasana batin. Dengan ketergantuingan psikologis terhadap gambar dan gerak, hubungan suami istri dilakukan tanpa kedekatan emosional, rasa lapar yang mendasari ketidakpuasan. Si pengguna mulai bertanya-tanya apa yang salah dengan hubungan mereka dan mulai jengkel dan tertekan. Mereka akhirnya merasakan kekosongan emosional dan terputus dari orang-orang di sekitar mereka.
- Ketiga, memicu siklus kecanduan di dalam otak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan fungsi otak yang sebenarnya pada seseorang yang memiliki kecanduan -- dan perubahannya adalah sama pada semua kecanduan terhadap alkohol, obat-obatan, atau pornografi. Karena penggunaan pornografi bisa menjadi kecanduan yang sebenarnya, si pengguna tidak mampu untuk menghentikan melalui kekuatan kehendak mereka sendiri. Para pecandu pornografi perlu untuk terlibat dalam proses pemulihan yang sulit sama seperti yang dialami pecandu narkoba.
- Keempat, tidak terpuaskan. Menggunakan pornografi untuk merasakan kesenangan dan melarikan diri dari perasaan rendah diri, kecemasan, kebosanan dan frustrasi menciptakan gerbang bagi kecanduan. Ketika kesenangan yang terburu-buru itu menghilang, perasaan yang dirasakan oleh pengguna yang sedang mencoba untuk melarikan diri muncul kembali lebih kuat daripada sebelumnya, dan mereka dipaksa untuk mengulangi siklus tersebut. Seiring waktu, kimia otak mereka diubah dan kecanduan yang penuh terjadi.
- Kelima, munculnya perasaan selalu lapar. Karena ini adalah zat adiktif, ini membuat hawa nafsu bagi dirinya sendiri. Hawa nafsu ini meningkat dari waktu ke waktu sewaktu Anda meluangkan lebih banyak waktu melihat pornografi. Waktu yang dihabiskan untuk melihat pornografi bisa membahayakan pekerjaan, hubungan dan ketertarikan terhadap hiburan yang sehat.
- Keenam, dalam pandangan agama (Islam), ketengangan jiwa menjadi hal pokok dalam menjaga ketahanan keluarga. Namun dengan pornografi dapat merusak ketenangan jiwa pasangan yang dapat berujung pada masalah keluarga. Dalam jangka panjang, pornografi tidak akan menopang ego yang goyah, tidak akan mengisi kekosongan yang tersisa dari luka masa kanak-kanak atau ditinggalkan, tidak akan menyelamatkan hubungan yang goyah atau pernikahan yang gagal dan yang tidak memuaskan. Pornografi akan memperbesar setiap luka emosional dari masa lalu dan melumpuhkan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan penting emosional, merusak kemampuan untuk memiliki hubungan yang sehat.
Karena bahaya pornografi yang begitu besar maka remaja harus dibekali dengan ilmu agama, sebab agama melarang pornografi, seperti dalam surat Al-Isra Ayat 32 yang melarang tentang mendekati perzinaan dan segala pemicunya, salah satu pemicu perzinaan sendiri adalah pornografi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting untuk membentengi remaja dari segala perbuatan perbuatan buruk serta sebagai pedoman hidup remaja sebab dalam agama sudah jelas mengenai yang baik dan yang buruk.
Referensi
Raharjo. 2012. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustaka Rizki Putra
Endang Ekowami. 1993. Kenakalan Remaja: Suatu Tinjauan Psikologi Perkembangan. Buletin Psikologi. 2. 24 - 27
Subandi. 1995. Perkembangan Kehidupan Beragama. Buletin Psikologi. 3(1). 11
Motivasi Beragama pada Remaja diakses pada 22 Oktober 2019 pukul 22:09
Pengaruh Globalisasi Terhadap Remaja diakses pada 22 Oktober 2019 pukul 22:24
Pustaka Makalah diakses pada 22 oktober 2019 pukul 22:35
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H